INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

NERS NEWS - “Praktik keperawatan tanpa penelitian, itu hanya dianggap ritual saja, bukan praktik profesional,” demikian penekanan awal yang disampaikan Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs., (Hons) dalam acara Seminar dan Workshop Nasional Keperawatan yang dihelat oleh mahasiswa/i Prodi Magister dan Doktoral Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (FKp Unair) pada hari Sabtu (30/11/2019) lalu, di Aula Kahuripan Kampus C Mulyorejo.

Apalagi di era revolusi industri 4.0, bidang kesehatan juga ikutan mengalami disrupsi di berbagai lini. Kalau profesi keperawatan tidak bisa beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat dengan melakukan penelitian serta menerapkannya dalam tatanan praktik langsung kepada pasien, bisa-bisa akan ditinggalkan oleh penggunanya, lalu peran perawat bisa saja diganti profesi lain yang lebih mampu beradaptasi, atau bahkan diganti oleh robot yang memanfaatkan kemajuan Artificial Intelligence (AI).

Menyadari akan tantangan tersebut, Dekan FKp Unair tersebut mengajak semua hadirin yang didominasi perawat untuk terus melakukan terobosan dan inovasi. “Tidak hanya melakukan penelitian, tetapi kita juga harus mampu menerjemahkan hasil riset dalam praktik, sehingga pasien menerima layanan yang bermutu dan memuaskan.”

Pelayanan yang baik dan bermutu bisa terwujud bila didasarkan bukti hasil penelitian yang sahih. Konsep mengenai Evidence Based Practice (EBP) atau praktik berbasis bukti telah lama diperkenalkan dalam dunia pendidikan maupun pelayanan kesehatan/keperawatan. Namun harus diakui, hingga saat ini masih banyak yang belum memahami secara komprehensif tentang cara mengaplikasikan riset dalam praktik keperawatan.

Sebagai jawaban dari persoalan tersebut, Profesor keperawatan yang menjabat sebagai Ketua DPW PPNI Jawa Timur itu berharap agar perawat mampu menerjemah hasil riset termutakhir dalam praktik keperawatan, sesuai tema utama seminar yang mengusung isu,“Translation Nursing Research into Practice ini Industry Era 4.0.

Pada kesempatan itu, Prof. Nursalam menunjukkan beberapa contoh yang pernah dilakukannya bersama tim. Salah satu di antaranya tentang Penggunaan Aplikasi ALISA (Automatic Alarm Fluid Control Hemodialysis), yaitu sebuah aplikasi yang bisa membantu pasien yang sedang menjalai terapi hemodialisis, agar bisa mengontrol cairan tubuhnya dalam batas wajar.

Dijelaskan lebih lanjut, inovasi seperti itu bisa terwujud melalui beberapa tahapan kegiatan. Tahap pertama dinamakan deskriptif eskplorasi, yang terdiri atas aktivitas seperti mengevaluasi dokumentasi perencanaan pulang (discharge planning) yang sudah ada beberapa tahu terakhir;  mengevaluasi pengetahuan, keyakinan dan kepatuhan pasien; dan ketiga penyusunan pengembangan model perencanaan pulang (discharge planning) dengan merujuk pada hasil riset terkini, diskusi kelompok terfokus (FGD) dan diskusi pakar. Tahap yang kedua, ketika model hasil pengembangannya sudah siap diimplementasikan, maka dilakukan kegiatan seperti: sosialisasi dan pendampingan; evaluasi; dan penyusunan pengembangan model perencanaan pulang (discharge planning) dengan merujuk pada hasil riset terkini, diskusi kelompok terfokus (FGD) dan diskusi pakar.

Masih ada juga contoh lainnya yang cukup menarik minat para peserta. Hal itu bisa terlihat pada saat diskusi, ada begitu banyak peserta yang ingin bertanya. Namun, karena keterbatasan waktu, hanya beberapa orang saja yang mendapat kesempatan. Istimewanya lagi, para penanya mendapatkan hadiah masing-masaing satu buku yang ditulis oleh Prof. Nursalam.

Penulis: Saverinus Suhardin, S.Kep.,Ns (Mahasiswa Magister Keperawatan Unair)

Hits 3909