NERS NEWS - Project based learning baru saja diselenggarakan pada Minggu (02/05/21). Project ini merupakan metode pembelajaran yang diadakan oleh sekelompok mahasiswa semester empat Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Acara berlangsung secara online melalui zoom cloud meeting dengan mengangkat tema “Risiko Pernikahan Dini pada Kesehatan Reproduksi”.
Webinar ini diawali dengan sambutan dari Bu Retnayu Pradanie, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen fasilitator Keperawatan Maternitas I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga dan diisi oleh dua pemateri yaitu Nur Jihan Fakhirah serta Yutri Istiqomah yang merupakan mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Negara Indonesia tercatat sebagai peringkat kedua di ASEAN dalam pernikahan dini. Menurut sumber Susenas pada Maret 2018, provinsi Kalimantan Selatan adalah provinsi tertinggi dalam tingkat pernikahan dini. Padahal maraknya pernikahan dini dapat menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan reproduksi bagi setiap pasangan.
Menurut BKKBN, usia yang ideal bagi wanita untuk menikah adalah 21 tahun, sedangkan pada pria adalah 25 tahun karena saat usia tersebut alat reproduksi dari pria dan wanita sudah matang dan siap untuk membuahi.
Berbagai macam faktor yang menimbulkan pernikahan dini seperti tingkat pendidikan sangat berpengaruh. Beberapa masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah biasanya memilih untuk menikah dini karena kurangnya pengetahuan tentang risiko penyakit yang akan dialami oleh pasangan setelah menikah terutama pada sang ibu. Ibu muda yang sedang mengandung cenderung terkena penyakit hipertensi dan dapat berpengaruh terhadap janin. Menikah dini juga dianggap sebagai solusi bagi sebagian masyarakat untuk meringankan beban orang tua dan memperbaiki status ekonomi keluarga jika anak dinikahkan dengan keluarga yang berkecukupan. Selain itu pernikahan dini juga dapat disebabkan oleh kecelakaan atau MBA (Married by Accident).
Namun tidak cukup itu saja, beberapa risiko kesehatan seperti kanker serviks dan kanker endometrium juga rentan terjadi pada ibu muda. Risiko keguguran dan trauma hingga infeksi juga dapat terjadi akibat ketidakseimbangan besar bayi yang dikandung dengan lebar panggul sang ibu.
Dampak kemungkinan yang dapat terjadi bagi sang bayi yaitu BBLR atau berat badan lahir rendah, cacat fisik, hingga kecerdasan janin terhambat karena kurangnya asupan gizi yang dikonsumsi oleh sang ibu. Trauma psikis seperti stres dan depresi juga dapat dialami oleh sang ibu karena kondisi psikologis yang belum siap untuk memiliki anak.
Di akhir pembahasan pemateri juga menyampaikan upaya dan pencegahan pernikahan dini seperti, edukasi melalui webinar dan pamflet. Menunda kehamilan juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi setelah menikah saat berhubungan. Dengan adanya edukasi tersebut para peserta dihimbau untuk menghindari pernikahan dini agar mencegah terjadinya penyakit akibat menikah dini.
Penulis : Dewi Rachmawati
Editor : Risky Nur Marcelina