Kandidat Tanaman Obat Indonesia sebagai Anti-HIV

2021-06-17 02:14:00


Pada 2019, sekitar 38 juta orang dilaporkan hidup dengan HIV (ODHA), dan 690 ribu orang meninggal karena mengidap penyakit AIDS. Saat ini, penatalaksanaan pengobatan pada ODHA menggunakan obat yang dikenal dengan nama antiretroviral (ARV) dengan regimen dosis kompleks. ARV ini dianggap memiliki mekanisme kerja yang mampu menekan replikasi virus HIV. Namun, terdapat efek samping pada penggunaan ARV yang berkepanjangan yaitu menimbulkan resistensi obat/ARV. Hal ini dikarenakan sifat/karakteristik virus HIV yang mudah sekali bermutasi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menemukan senyawa baru dari tanaman obat yang banyak ditemukan di Indonesia, dimana berpotensi menghambat replikasi virus HIV dan mampu mengobati penyakit AIDS.

Zingiberaceae adalah ramuan abadi yang sebagian besar tumbuh di daerah subtropics dan iklim tropis di Asia dan Pasifik. Selanjutnya ramuan ini dapat ditemukan di Srilanka, India, Cina, Jepang, Asia Tenggara, dan Pasifik, hingga Fiji, Samoa, Kepulauan Caroline, dan Australia. Ada sekitar 1.200 spesies Zingiberaceae didunia, di mana sekitar 1000 spesies terdapat di hutan tropis di Asia. Di Indonesia, khususnya Pulau Sulawesi memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan Zingiberaceae seperti Alpinia dan Etlingera, yang telah tersusun secara sistematis dipelajari oleh beberapa ahli botani. Studi etnofarmakologi telah mengidentifikasi tiga pulau di Sulawesi endemik dengan tumbuhan Zingiberaceae, yaitu Alpinia eremochlamys K. Schum, Etlingera fl exuosa A.D. Poulsen, dan Etlingera acanthoides A.D. Poulsen. Tumbuhan ini dapat ditemukan di Taman Nasional Lore Lindu (LLNP) Sulawesi Tengah, Indonesia dan telah digunakan secara tradisional oleh suku Topo Baria sebagai obat-obatan, penyedap rasa makanan, dan pembungkus makanan.

Penggunaan tumbuhan Zingiberaceae sebagai agen anti-HIV-1 juga telah diteliti, dan ditemukan ekstrak metanol rimpang Alpinia galanga yang menunjukkan aktivitas penghambatan yang kuat pada replikasi virus HIV pada gen protease (PR). Selanjutnya, 19S-19Acetoxychavicol asetat yang diisolasi dari Alpinia galanga dilaporkan mampu memblokir transportasi pada gen Rev. (E) -Labda-8 (17), 12-diene-15,16-dial yang diisolasi dari Alpinia zerumbet memiliki kemampuan untuk menghambat replikasi virus HIV pada gen integrase. Zerumbone merupakan senyawa utama dari Zingiber zerumbet dan Zingiber aromaticum yang juga dilaporkan mampu menghambat replikasi virus HIV. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan skrining sebagai kandidat anti-HIV pada tumbuhan endemik di Sulawesi yaitu Zingiberaceae, Alpinia eremochlamys, Etlingera fl exuosa, dan Etlingera acanthoides.

Metode skrinning sebagai kandidat anti-HIV pada tanaman obat Zingiberaceae, Alpinia eremochlamys, Etlingera fl exuosa, dan Etlingera acanthoides.dilakukan secara in-vitro di laboratorium HIV/AIDS di Lembaga Penyakit Tropis, Universitas Airlangga. Pengujian ini menggunakan fasilitas laboratorium berstandart tinggi yaitu Biosafety laboratorium Level 3 (BSL3). Tahapannya meliputi ektraksi senyawa, karakterisasi senyawa, uji toksisitas dan uji aktivitas anti-HIV dengan menggunakan sel limfosit (sel T) dan virus HIV yang diisolasi dari pasien HIV tipe 1.

Hasil skrining anti-HIV-1 menunjukkan bahwa dua dari sembilan ekstrak yang diujikan memiliki aktivitas penghambatan yang bagus. Ekstrak rimpang dari E. acanthoides ditemukan sangat aktif dengan nilai IC50 = 1,74±2.46 μg/mL, nilai sitotoksisitas yang rendah yaitu CC50 = 204,90±106,35 μg/mL, sehingga didapatkan nilai indeks selektivitas (SI) yang tinggi sebesar 117,76. Ekstrak rimpang dari A. eremochlamys juga menunjukkan aktivitas antivirus dengan nilai IC50 = 64,18±2,58 μg/mL, tetapi tanaman ini tidak bersifat toksik, sehingga memiliki nilai SI yang tinggi yaitu sebesar 19,05. Secara keseluruhan, nilai SI dari semua ekstrak menunjukkan penghambatan yang signifikan pada replikasi HIV-1. Namun jika dibandingkan dengan kontrol positif yaitu obat duviral, aktivitas penghambatan sangat berbeda.

Hasil skrining aktivitas antivirus menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari rimpang E. acanthoides dan A. eremochlamys berpotensi menghambat replikasi virus HIV-1 pada sel MT-4 secara in-vitro. Rimpang E. acanthoides menunjukkan aktivitas antivirus yang paling bagus dengan nilai IC50 dan tingkat toksisitas yang paling rendah, dan selektivitas indeks tertinggi diantara kandidat anti HIV lainnya. Identifikasi awal pada tanaman ini secara kimia dengan GC-MS menemukan adanya kandungan senyawa terpenoid seperti zerumbone, ar-turmerone, caryophyllene, dan caryophyllene oxide dan juga beberapa asam lemak jenuh dan tak jenuh yang berpotensi sebagai aktivitas antivirus.

 

Sumber: http://news.unair.ac.id/2021/06/08/kandidat-tanaman-obat-indonesia-sebagai-anti-hiv/

Sumber gambar: Hot Liputan6

Penulis: Siti Qamariyah Khairunisa, S.Si., M.Si

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

Zubair, MS, et.al. (2021). Antiviral screening on Alpinia eremochlamys, Etlingera flexuosa, and Etlingera acanthoides extracts against HIV-infected MT-4 cells. Heliyon. Vol. 7, No. 4. Available oline at https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2021.e06710

 


KIRIM TULISAN
LITERASI HIDUP SEHAT