2021-08-06 11:49:38
Mioma uteri (Fibroid rahim) adalah pertumbuhan massa di dalam rahim atau di luar rahim yang tidak bersifat ganas. Hingga saat ini, belum ditemukan secara pasti penyebab tumbuhnya mioma. Namun, beberapa literatur menyebutkan bahwa faktor risikonya yaitu hormon estrogen yang banyak dan kematangan sel yang tidak baik.
Di Indonesia, kejadian mioma uteri sebesar 2,39%-11,7% dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) angka kasus mioma uteri diperkirakan sebesar 20 dari 1000 wanita dewasa dan dalam 1 tahun penderita mioma uteri sebanyak 49.598 kasus.
Mioma uteri dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti pemicu keguguran, gangguan plasenta, prematuritas, serta perdarahan postpartum pada ibu hamil, perdarahan sebentar hingga perdarahan yang terus-menerus, anemia serta kelelahan, dan juga kemandulan. Selain itu penderita juga bisa merasakan nyeri yang berkala hingga bisa menjadi menoragia berat dan nyeri perut kronis dengan spasme (kontraksi/kejang spontan) intermiten. Kemandulan sendiri bisa terjadi akibat dari metroragia dan menoragia yang berkelanjutan, mengarah pada infeksi kronis dan spasme uteri.
Beberapa studi telah menyebutkan fakta-fakta untuk mendukung bahwa mioma uteri mempengaruhi terjadinya kemandulan seperti hadirnya 5-10% pasien mandul dan mioma uteri sebagai satu-satunya penyebab kemandulan pada 1-2,4% pasien. Pengobatan mioma uteri juga meningkatkan tingkat kehamilan dari 25% menjadi 45%. Hal ini semakin mendukung fakta bahwa mioma uteri mempengaruhi terjadinya kemandulan.
Mekanisme yang melibatkan terjadinya kemandulan karena mioma uteri antara lain adanya perubahan struktur dan fungsi rahim dan juga mekanisme perubahan hormonal. Mioma uteri juga menghalangi saluran tuba falopi (saluran penghubung ovarium dan rahim). Dengan demikian, mekanisme di atas dapat menurunkan potensi reproduksi, gangguan penyaluran sel telur, penurunan kemampuan implantasi embrio dan suasana lingkungan yang tidak cocok dengan pertumbuhan embrio.
Upaya pencegahan mioma uteri yaitu dengan melakukan pemeriksaan lanjut pada wanita yang telah mengalami pubertas (10-21 tahun) dan wanita yang paling berisiko terkena mioma (35-45 tahun), selain itu dapat menganjurkan untuk membiasakaan pola hidup sehat, yaitu dengan memperbanyak asupan kedelai yang mengandung protein sehingga dapat menghambat pertumbuhan mioma. Selain itu disarankan juga untuk mengurangi asupan daging merah dan produk susu yang mengandung estrogen tinggi yang dikhawatirkan dapat memicu tumbuhnya mioma.
Oleh :
Dosen Pembimbing : Tiyas Kusumaningrum S.Kep., Ns., M.Kep
Kelompok 1.5 Praktik Klinik Keperawatan III
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Sumber Bacaan :
Tumaji, Rukmini, Oktarina & Nailul Izza, 2020. Pengaruh riwayat kesehatan Usia Reproduksi Terhadap kejadian Mioma Uteri Pada Perempuan di Perkotaan Indonesia. E-Journal Litbang Kemenkes, Volume 23(2), pp. 89-98.
Sulastriningsih, K. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Mioma Uteri Pada Wanita di RSUD Pasar Rebo Tahun 2017. Journal Educational Of Nursing (JEN), 2(1), 110-125.
Lubis, P. N. (2020). Diagnosis dan Tatalaksana Mioma Uteri. CDK, 47(3), 196-200.
Xiaoxiao Catherine Guo, BS & James H. Segars, MD. 2012. Dampak dan Manajemen Fibroid untuk Kesuburan : Pendekatan Berbasis Bukti. Obstet Ginekologi Klinik North Am. Vol 39 (4), hlm 521-533.
Prodi, D. I. I. I., & Thamrin, M. H. (2015). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MIOMA UTERI PADA WANITA DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU LAMPUNG 2013. Jurnal Ilmu Kesehatan, 7, 2.