2022-06-27 05:44:03
Preeklampsia merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Nur & Yunita, 2021). Definisi lain dari preeklampsia adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140/90 mmHg pada dua kali pemeriksaan yang berjarak 4-6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi setelah kehamilan 20 minggu atau pada periode pasca salin dini disertai dengan proteinuria (Sutiati Bardja, 2020).
Berdasarkan pada fakta di lapangan, bahwasannya kematian Ibu masih menjadi masalah di berbagai dunia, termasuk di Indonesia sendiri (Kemenkes, 2021). Berdasarkan pada data survei terakhir Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia sebesar 305/100.000 kelahiran hidup (SUPAS 2015) dalam (Kemenkes, 2021). Penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia terjadi akibat hipertensi atau preeklampsia atau eklampsia, perdarahan, dan infeksi. Hipertensi dalam kehamilan menempati urutan pertama penyebab kematian di Indonesia sebesar 33% (SRS Litbangkes, 2016).
Adapun, secara global preeklamsia juga masih merupakan suatu masalah yang terjadi pada Ibu hamil, sesuai data di lapangan terdapat sebanyak 10% ibu hamil di seluruh dunia mengalami preeklamsia, dan menjadi penyebab 76.000 kematian ibu dan 500.000 kematian bayi setiap tahunnya (Kemenkes, 2021). Berdasarkan penelitian Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) pada tahun 2016, sebanyak 99% kematian ibu hamil berkaitan dengan negara dengan pendapatan ekonomi rendah dan sedang.
Dengan melihat tingginya kasus preeklamsia pada Ibu hamil, maka perlu mengetahui apa saja faktor risiko atau penyebab terjadi preeklamsia pada ibu hamil. Faktor risiko terjadinya preeklampsia pada Ibu hamil bisa disebabkan karena usia, riwayat terjadinya preeklamsia atau eklamsia atau hipertensi pada anggota keluarga, berat badan ibu, pekerjaan, jumlah kelahiran (paritas), jarak kehamilan, pendidikan Ibu tentang kehamilan, pemeriksaan antenatal.
Menurut penelitian Isnawati (2012) dalam Sutiati Bardja (2020), Ibu hamil yang terpapar asap rokok memiliki risiko mengalami preeklampsia 8.38 kali lebih besar daripada ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok setelah mengontrol berat badan ibu hamil, status gravida dan status ANC. Menurut penelitian Hofmeyr et al., (2014) dalam Sutiati Bardja (2020), suplementasi dengan dosis rendah kalsium secara signifikan mengurangi risiko preeklampsia (RR 0,38, 95% CI 0,28 hingga 0,52; I² = 0%).
Preeklampsia dalam kehamilan adalah komplikasi yang serius yang terjadi pada trimester kedua-ketiga dengan gejala klinis yang ditunjukkan yaitu seperti edema, hipertensi, proteinuria, kejang sampai koma dengan umur kehamilan di atas 20 minggu (Siti & Ety, 2016). Selain itu, dampak yang ditimbulkan akibat preeklamsia pada ibu hamil yaitu solusio plasenta, abruptio plasenta, hipofibrinogenemia, hemolisis, perdarahan otak, kerusakan pembuluh kapiler mata hingga kebutaan, edema paru, nekrosis hati, kerusakan jantung, sindrom HELLP, kelainan ginjal (Astuti,2015) dalam (Nur & Yunita, 2021).
Sedangkan, dampak yang bisa terjadi pada janin akibat preeklamsia selama kehamilan yaitu dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah akibat spasme arteriol spiralis desidua menurunkan aliran darah ke plasenta, yang mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Kerusakan plasenta ringan dapat menyebabkan hipoksia janin, keterbatasan pertumbuhan intrauterine (IUGR), dan jika kerusakan makin parah maka dapat berakibat prematuritas, dismaturitas dan IUFD atau kematian janin dalam kandungan (Nur & Yunita, 2021).
Oleh karena itu, setelah mengetahui dampak-dampak yang akan ditimbulkan akibat preeklamsia dan untuk mencegah terjadinya komplikasi preeklamsia yang lebih parah, maka para Ibu perlu mengetahui upaya dan cara apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah kondisi yang tidak diinginkan. Pencegahan primer preeklampsia adalah pemeriksaan antenatal care dilakukan secara rutin untuk deteksi awal faktor-faktor resiko, lalu untuk pencegahan sekunder terjadinya preeklamsia yaitu dengan meningkatkan suplementasi kalsium, makanan yang mengandung antioksidan, dan melakukan diet seimbang kaya protein (Sarma N. Lumbanraja, 2018). Kemudian, jika terjadi preeklamsia berat kepada Ibu hamil maka harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Referensi:
Rakhmawati, Nur & Wulandar, Yunita. (2021). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREEKLAMSIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA. Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol. 12(1):59-67. ISSN(E): 2684-7345.
Bardja, Sutiati. (2020). Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu Hamil. : Jurnal Kebidanan, Vol. 12(1):18-30. e-ISSN: 2714-7886.
Paulina Ika D.R Bere, dkk. (2017). FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN BELU. JURNAL MKMI, Vol. 13(2):176-182.
N. Lumbanraja, Sarma. (2018). PENCEGAHAN DAN MANAJEMEN PADA PRE-EKLAMSIA. Medan. Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine University of Sumatera Utara.
Dwi Imelda, Ajeng & Putriana, Yeyen. (2017). PENANGANAN AWAL KEJADIAN PREEKLAMSIA BERAT DAN EKLAMPSIA SALAH SATU RUMAH SAKIT DI PROVINSI LAMPUNG. Jurnal Keperawatan, Vol. XIII(2):203-208. ISSN 1907 - 0357.
Nur Indah, Siti & Apriliana, Ety. (2016). Hubungan antara Preeklampsia dalam Kehamilan dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Majority, Vol. 5(5):55-60.
Kemenkes. (24 Mei 2021). Peringatan Hari Preeklamsia Sedunia 2021. "https://promkes.kemkes.go.id/peringatan-hari-preeklamsia-sedunia-2021" Peringatan Hari Preeklamsia Sedunia 2021 (kemkes.go.id).
Imelda, dkk. (2018). Penanganan Awal Kejadian Preeklamsia Berat dan Eklampsia Salah Satu Rumah Sakit di Provinsi Lampung. "http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/34035" Penanganan Awal Kejadian Preeklamsia Berat dan Eklampsia Salah Satu Rumah Sakit di Provinsi Lampung (kemkes.go.id).
Anasiru & Anas, M. (2015). PENGATURAN GIZI PADA PENANGANAN PREEKLAMPSIA."http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/31735" PENGATURAN GIZI PADA PENANGANAN PREEKLAMPSIA (kemkes.go.id).
Penulis: Shinta Desy Rachmawati (Airlangga Nursing Journalist)
Editor: Lailatul Yusnida (Airlangga Nursing Journalist)