Ayo Bunda, Berikan ASI Eksklusif Demi Kebaikan Bunda Dan Si Buah Hati

2022-10-04 07:58:55


Fenomena Tentang ASI Eksklusif

Jika mendengar kata ASI eksklusif, tentu sudah tidak asing bukan ? ASI eksklusif adalah bahwa bayi hanya menerima ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat (Kemenkes, 2019). Walaupun sudah tidak terdengar asing tentang ASI eksklusif, namun faktanya pemberian ASI eksklusif di dunia masih rendah. Bahkan sampai saat ini fenomena tentang ASI eksklusif masih menjadi topik yang sering diperbincangkan. Bagaimana tidak ? Organisasi kesehatan dunia telah merekomendasikan pemberian ASI eksklusif harus diberikan pada bayi sejak usia nol hingga enam bulan (WHO & UNICEF, 2019).

Walaupun demikian, tantangan tercapainya angka cakupan ASI eksklusif yang optimal masih menjadi tugas untuk kita semua. Secara dunia, hanya dua dari lima bayi yang mendapatkan ASI eksklsuif. Lalu bagaimana dengan Indonesia ? Lebih dari 40% bayi di Indonesia diperkenalkan terlalu dini kepada makanan pendamping ASI yaitu sebelum usia enam bulan atau hanya satu dari dua bayi berusia di bawah enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif (WHO & UNICEF, 2019) Beberapa provinsi di Indonesia masih dibawah rata-rata capaian ASI eksklusif secara nasional. Gorontalo, tercatat sebagai provinsi dengan persentase rata-rata capaian Nasional terendah yakni hanya sebesar 52,75%, di ikuti Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara sebesar 55,98% dan 57,83% (BPS, 2021). Kenapa hal tersebut bisa terjadi ? Ya, banyak hal yang mempengaruhi sehingga capaian ASI eksklusif secara global maupun nasional sampai saat ini belum optimal.

Alasan Rendahnya Cakupan ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif sering mengalami kendala yang sering membuat para ibu pada akhirnya memutuskan untuk berhenti memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan diberbagai tempat maupun Negara, banyak hal yang menjadi hambatan dalam pemberian ASI eksklusif. Misalnya, adanya anggapan bahwa suplai ASI ibu tidak mencukupi sehingga diberikan dengan bantuan susu formula, alasan sibuk bekerja sehingga tidak memiliki cukup waktu untuk menyusui (Zhang et al., 2018), adanya anggapan bahwa dengan menyusui ASI eksklusif dapat membuat payudara kendor sehingga membuat ibu khawatir akan perubahan bentuk tubuhnya, bahkan adanya anggapan bahwa jika hanya diberi ASI saja bayi tidak kenyang sehingga diberikan bubur saring atau bubur pisang (Mufdillah, 2017).

Hal-hal tersebut merupakan anggapan yang salah, sehingga menyebabkan perilaku terhadap ASI eksklusif menjadi negatif. Padahal faktanya, hanya sekitar 5% dari wanita yang benar-benar mengalami masalah fisiologis ASI tidak cukup (Zhang et al., 2018). Oleh karena itu, pengetahuan tentang pentingnya ASI eksklusif, kekuatan dalam pengambilan keputusan untuk menyusui, dan sikap positif terhadap ASI eksklusif sangat berperan penting dalam menentukan perilaku positif terhadap ASI eksklusif (Zhang et al., 2018).

Banyaknya Dampak Buruk yang ditimbulkan Akibat Tidak ASI Eksklusif

Seperti apa dampaknya jika tidak ASI eksklusif ? Tidak main-main, dampak tidak ASI eksklusif bahkan bisa mengakibatkan kematian ibu dan si buah hati. Akibat tidak ASI eksklusif, bisa berdampuk buruk pada tumbuh kembang si buah hati, kecerdasan dan perkembangan intelektual, kekebalan tubuh terhadap penyakit, resiko terkena penyakit diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, dan masih banyak lagi (Mufdillah, 2017). Namun, dampak buruk akibat tidak ASI eksklusif tidak hanya berdampak pada sibuah hati, namun juga pada kesehatan ibu misalnya bisa mengakibatkan kanker payudara, obesitas, dan lain sebagainya (Kemenkes, 2019).
Sejuta Manfaat ASI Eksklusif
Manfaat ASI eksklusif sangat banyak, bukan hanya dari segi kesehatan namun dari segi ekonomi dan bahkan Negara. Dengan ASI eksklusif, dapat meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan si buah hati (Lau, 2018), meningkatkan kecerdasan si buah hati, melindungi tubuh si buah hati dari berbagai penyakit, dan banyak lagi (Antonio, L., Ciampo, D. and Lopes, I.R, 2018). Jika pemberian ASI eksklusif meningkat secara dunia, bisa menyelamatkan lebih dari 820.000 nyawa anak usia balita, dapat mencegah kasus kanker payudara pada ibu setiap tahunnya, dapat menurunkan resiko stunting dan menurunkan angka kematian bayi (WHO & UNICEF, 2019). Selain itu, manfaat bagi Negara adalah dapat menghemat pengeluaran Negara karena penghematan obat, sarana kesehatan, penghematan devisa untuk biaya pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, dan lain sebagainya.

Program Peningkatan ASI Eksklusif

Demi tercapainya capaian ASI eksklusif yang optimal di dunia, WHO dan UNICEF menetapkan Global Strategy for Infant and Young Child Feeding yang ditindaklanjuti oleh pemerintah Indonesia dalam bentuk strategi Nasional pemberian makanan bayi dan anak yang disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012. Tujuan utama Strategi Nasional tersebut antara lain adalah pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang merupakan pemberian ASI dalam waktu 30 menit sampai 1 jam setelah kelahiran, memberikan ASI eksklusif selama enam bulan dan meneruskan pemberian ASI sampai usia 2 tahun yang diselingi dengan pemberian makanan pendamping (MP) ASI (Kemenkes RI, 2019). Salah satu program yang sangat penting dalam keberhasilan program pemberian ASI eksklusif kepada bayi adalah program Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan ibu yang berperan aktif dalam pemberian ASI tersebut. Program ini sangat penting untuk dilakukan dalam menciptakan keberhasilan pemberian ASI eksklusif seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, menyusui dengan pemberian ASI eksklusif harus dipromosikan secara aktif dan didukung sepenuhnya oleh kebijakan yang tepat sebagai metode pemberian makanan bayi yang paling sempurna (Mufdlilah, 2017).

Penulis : Restiyana Agus, S.Kep., Ns


KIRIM TULISAN
LITERASI HIDUP SEHAT