2022-12-23 06:40:02
Perencanaan pulang merupakan aspek penting dari sistem kesehatan di banyak negara. Perencanaan pemulangan yang berhasil telah lama diidentifikasi sebagai landasan transisi individu yang efektif dari rumah sakit ke rumah. Perencanaan pemulangan adalah proses konsultatif yang memerlukan beberapa komponen, termasuk penilaian kebutuhan pasien saat ini, antisipasi yang tepat terhadap kebutuhan perawatan berkelanjutan, dan pengenalan sumber daya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan perawatan setelah masuk rumah sakit (Gholizadeh et al., 2018). Sedangkan menurut Nursalam( 2016), Discharge planning adalah kolaborasi antara keperawatan, pasien dan keluarga pasca rawat inap, yang bertujuan untuk menyiapkan kemandirian pasien, keluarga secara fisik, psikologis, social, pengetahuan, keterampilan perawatan dan sistim rujukan berkelanjutan. Hal tersebut dilaksanakan untuk mengurangi kekambuhan, serta menukar informasi antara pasien sebagai penerima layanan dengan perawat selama rawat inap sampai keluar dari rumah sakit.
Discharge planning merupakan proses mempersiapkan klien untuk meninggalkan satu tingkat perawatan ke tingkat perawatan yang lebih baik di dalam atau di luar lembaga perawatan kesehatan saat ini. Tujuan dari discharge planning adalah agar pasien dan keluarga dapat melakukan manajemen perawatan secara mandiri pasca-rawat inap. Pasien menjadi lebih percaya diri dalam hal pengetahuan mengenai diet, manajemen pengobatan dan penyakit, batasan aktivitas, sumber-sumber layanan kesehatan setelah kepulangan, dan kontak dari sumber informasi, yang berdampak terhadap nilai kesiapan adaptasi pulang dan koping terhadap stress (Annurrahman, Arif Koeswandari & Lismidati, 2018). Perencanaan pulang dapat meningkatkan. Perencanaan pulang yang baik dapat meningkatkan kwalitas perawatan rawat inap dan mengurangi penerimaan kembali rumah sakit yang tidak direncanakan. Mencegah penerimaan kembali yang tak terhindarkan berpotensi meningkatkan kualitas kehidupan bagi pasien dan kesejahteraan finansial sistem perawatan kesehatan. Perbaikan dalam perencanaan pemulangana rumah sakit dapat meningkatkan secara signifikan hasil Kesehatan untuk pasien saat mereka pindah ke tingkat perawatan berikutnya.
Program discharge planning difokuskan pada pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien yang meliputi nutrisi, kegiatan atau pelatihan, obat-obatan dan instruksi khusus tentang tanda dan gejala penyakit yang diderita pasien. Sebelum pulang, pasien dan keluarganya perlu mengetahui bagaimana mengelola kondisi atau pemulihannya (Asmuji, Faridah & Handayani, 2018). Menurut Nursalam( 2016), manfaat discharge planning adalah:
1) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mendapat pengajaran selama di rumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu di rumah.
2) Tindak lanjut sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinuitas keperawatan pasien.
3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan keperawatan baru.
4) Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan rumah.
Dalam pencapaian tujuan discharge planning perlu memperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan discharge planning itu sendiri, baik dari perawat sebagai pelaksana discharge planning, ataupun dari pasien dan keluarga sebagai penerima discharge planning. pengaruh faktor-faktor tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu seerti; penelitian Achmadi (2018), mengatakan berberapa faktor perawat yang mempengaruhi pelaksanaan discharge planning yaitu motivasi yang dimiliki oleh perawat dan cara yang komunikatif dalam penyampaian informasi kepada pasien dan keluarga sehingga informasi akan lebih jelas untuk dapat dimengerti oleh pasien dan keluarga. Pengetahuan perawat merupakan kunci keberhasilan dalam pendidikan kesehatan. Pengetahuan yang baik akan mengarahkan perawat pada kegiatan pembelajaran pasien dan keluarga, sehingga dapat menerima informasi sesuai dengan kebutuhan.
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan mempunyai waktu yang cukup panjang berada di dekat pasien sehingga diharapkan lebih mengenal perkembangan atau kondisi pasien selama pasien dirawat melalui pendekatan pemberian lima tahapan asuhan keperawatan. Kelima tahapan asuhan keperawatan ini sangat bermanfaat dalam penentuan kapan dan bagaimana pasien atau akan menerima discharge planning. dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dikenal lima tahap yaitu; pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. Sedangkan untuk menjadi perawat pelaksana discharge planning perlu mempunyai pengetahuan, motivasi dan ketrampilan dalam berkomunikasi yang baik agar dapat mempermudah proses pelaksanaan discharge planning sesuai dengan tujuan asuhan keperawatan dan kondisi pasien itu sendiri.
Pelaksanaan discharge planning menurut Perry & Poter (2005), terdiri dari; pengkajian, pendiagnosaan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pengkajian merupakan proses pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data yang berhubungan dengan pasien, Diagnosa Keperawatan merupakan pusat dari peran perawat, diagnosa keperawatan bersifat individu sesuai dengan kebutuhan pasien. Disusun setelah melakukan pengkajian discharge planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga. Diagnosa keperawatan yang sering muncul: kecemasan, kurang pengetahuan perawatan diri dan stres, disusun sesuai problem, etiologi (penyebab), support sistem (faktor pendukung discharge planning), dengan menentukan tujuan yang relevan. Perencanaan berfokus pada kebutuhan pengajaran yang baik untuk persiapan pulang pasien, yang disingkat dengan METHOD;
1. Medication (obat) pasien diharapkan mengetahui jenis, jumlah obat yang dilanjutkan pasca rawat inap.
2). Environment (lingkungan)
Dalam proses discharge planning dibutuhkan lingkungan yang nyaman serta fasilitas kesehatan yang baik untuk proses perawatan setelah rawat inap.
3). Treatment (pengobatan)
Perawat memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah pasien pulang, yang dilakukan oleh pasien dan anggota keluarga.
4). Health Teaching (pengajaran kesehatan).
Sebelum pasien dijadwalkan untuk pulang, sebaiknya diberikan edukasi tentang kondisi kesehatannya serta perawatan kesehatan tambahan.
5). Out patient Referal.
Pasien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau komunitas lain diluar rumah sakit yang dapat meningkatkan perawatan berkelanjutan.
6). Diet Pasien
Perawat sebaiknya memberikan edukasi tentang pola makan yang sebaiknya dikonsumsi oleh pasien.
Implementasi dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana pengajaran referal. Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pulang (discharge summary). Intruksi tertulis diberikan kepada pasien, penatalaksanaan dilakukan persiapan sebelum hari pemulangan pasien dan pada hari pemulangan. Demontrasi ulang harus memuaskan, pasien dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang digunakan dirumah. Evaluasi sangat penting dalam proses discharge planning digunakan untuk persiapan pasien pulang, Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai.