2024-10-08 16:16:55
Komunikasi interprofessional adalah suatu proses dalam perencanaan pelaksanaan dan mengevaluasi program komunikasi yang ditujukan untuk penyedia layanan kesehatan yang memerlukan keterampilan penting, sehingga dapat meningkatkan fungsi tim berkualitas tinggi dalam melalukan perawatan pasien dengan melibatkan beberapa disiplin ilmu seperti dokter, perawat, dan tim kesehatan lainnya. Komunikasi interprofesional merupakan hal penting dalam pelayanan kesehatan dan merupakan salah satu sarana yang dapat menunjang kualitas pelayanan kesehatan. Dengan komunikasi interprofesional yang efektif, kolaborasi antar tim tenaga kesehatan dalam pelayanan perawatan pasien akan lebih terjamin sehingga pasien akan merasa puas. Komunikasi interprofesional adalah salah satu bagian penting yang harus dimiliki dalam pelaksanaan Interprofessional Collaboration.
Menurut Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organization, kesalahan medis menempati peringkat kelima dalam sepuluh penyebab kematian paling banyak di Amerika Serikat. Akar dari permasalahan tersebut adalah buruknya kolaborasi antar tenaga kesehatan yang menyebabkan keterlambatan pengobatan serta kesalahan fatal pada operasi. Selain itu menurut National Prescribing Service Australia menyebutkan bahwa 6% kasus yang terjadi di rumah sakit disebabkan karena efek samping obat dan kesalahan selama perawatan. Hal ini muncul karena buruknya kolaborasi antar profesi kesehatan. Interprofessional Collaboration (IPC) yang tidak baik akan memberikan dampak yang tidak baik pula bagi rumah sakit, staf, dan pasien sebagai penerima pelayanan. Hal ini akan meningkatnya ketidakpuasan dan tuntutan pasien atau keluarga pasien kepada pihak pelayanan kesehatan. Insiden-insiden buruk yang terjadi dalam tataran praktik kolaboratif pada umumnya disebabkan karena kegagalan mengkomunikasikan informasi-informasi krusial antar tenaga kesehatan terutama dokter dan perawat.
Kesalahan medis akibat miskomunikasi di layanan kesehatan sering kali berujung pada keterlambatan pengobatan dan kekecewaan pasien, seperti yang terjadi di Puskesmas Janti, Malang pada bulan Mei 2024 lalu. Dalam kasus ini, pasien BPJS yang seharusnya mendapatkan perawatan tepat waktu justru mengalami penundaan karena perawat tidak menyampaikan kondisi kritis pasien dengan jelas kepada dokter jaga. Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, Dr. Asih Tri Rhami Nuswantari, menjelaskan bahwa insiden ini disebabkan oleh miskomunikasi. Kejadian ini menyoroti pentingnya pelatihan komunikasi bagi staf medis serta perbaikan sistem informasi kesehatan di fasilitas kesehatan, agar komunikasi antara tenaga medis dan keluarga pasien dapat berjalan lebih efektif dan mengurangi potensi kesalahan.
Karena itu, kita perlu menerapkan komunikasi interprofesional untuk memastikan koordinasi dan kolaborasi yang efektif di dalam pelayan kesehatan. Beberapa hal yang dapat diterapkan agar tercipta komunikasi yang efektif yaitu :
1. Melakukan rapat tim dengan tenaga kesehatan untuk mendiskusikan rencana perawatan pasien
2. Menggunakan komunikasi yang sudah terstandarisasi yaitu, komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation)
3. Melakukan kolaborasi dalam pengambilan keputusan
4. Melakukan evaluasi secara rutin untuk menilai efektivitas kolaborasi Penerapan komunikasi efektif tersebut dapat membantu mengurangi risiko kesalahan medis, meningkatkan kualitas perawatan pasien, dan juga dapat meningkatkan efisiensi tim dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Penulis : Kelompok 2 (A2/2023) Komunikasi Terapeutik
Editor : Nasya Puspita A (Airlangga Nursing Journalist)