Sering berjemur? Waspadai Penyakit Kanker Kulit, Ketahui Waktu yang Tepat untuk Berjemur

2020-09-05 09:09:18


Kanker kulit adalah pertumbuhan kulit tidak normal yang diakibatkan oleh kerusakan pada kulit. Kanker kulit muncul ketika DNA sel kulit yang rusak yang memicu mutasi sehingga sel kulit berkembang secara tidak normal dengan cepat, tidak dapat dikendalikan dan mulai membentuk tumor melanoma. Kondisi ini ditandai dengan perubahan pada kulit, seperti munculnya benjolan, bercak, atau tahi lalat dengan bentuk dan ukuran yang tidak normal. Ada tiga jenis kanker kulit yang paling sering terjadi diantaranya karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, dan kanker melanoma.

Center of Diseases Control (CDC) memperkirakan pada tahun 2005 di Amerika Serikat ada sekitar lebih kurang 53.792 orang didiagnosa terkena kanker kulit melanoma dan sekitar 8.345 orang meninggal dunia. Sedangkan American Cancer Society mengestimasi bahwa pada tahun 2008, 1000–2000 orang Amerika meninggal dunia disebabkan kanker kulit sel basal dan squamosa. Di Indonesia kanker kulit dijumpai sekitar 5,9–7,8% dari keseluruhan jenis penyakit kanker (WHO, 2008). Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 kanker kulit menempati urutan ke 3 (tiga) dari keseluruhan jenis kanker yang ada di Indonesia.

Kanker kulit terutama disebabkan oleh paparan radiasi ultraviolet (UV) dari matahari atau sumber lainnya seperti mesin tanning di solarium. Kerusakan disebabkan oleh sinar UV yang terkumpul dari waktu ke waktu. Paparan sinar matahari yang berkepanjangan selama bertahun-tahun akan menyebabkan kerusakan pada jaringan kulit, bahkan tanpa perlu membakar kulit. Penelitian menunjukkan bahwa kerusakan sel-sel kulit akibat matahari bisa dimulai sejak masa kanak-kanak. Individu yang terus menerima paparan sinar matahari yang berlebihan tanpa perlindungan yang memadai di usia dewasa bisa menyebabkan kerusakan sel-sel kulit dan menyebabkan kanker kulit. Kanker kulit juga bisa bisa disebabkan oleh faktor genetik. Hal ini terjadi di daerah kulit yang biasanya tidak terpapar pada sinar matahari.

Memiliki kebiasaan berjemur? Ketahui waktu yang tepat!

Kegiatan berjemur tidak selalu berdampak negatif. Pada masa pandemi seperti saat ini, berjemur adalah salah satu hal yang lumrah dilakukan oleh masyarakat. Beberapa manfaat berjemur di pagi hari saat pandemi corona seperti sekarang ini yaitu dapat meningkatkan imunitas kekebalan tubuh, mengurangi risiko kanker, dan menghilangkan stress. Selain itu, paparannya sinar matahari di pagi hari memiliki manfaat bagi kesehatan tulang karena menjadi sumber vitamin D.

Pada waktu berkas sinar ultraviolet mengenai kulit, maka sinar ini akan disaring di kulit, di bawah kulit terdapat sejumlah besar simpanan kolesterol. Sinar ultraviolet mengubah simpanan kolesterol ini menjadi vitamin D. Untuk mencukupi kebutuhan vitamin D, berjemur yang aman dapat dilakukan sebanyak 3 kali seminggu pada pukul sekitar 09.00 pagi selama 5-15 menit. Seseorang yang melakukan paparan sinar ultraviolet jam 9 pagi selama 15 menit dengan frekuensi 3 kali secara langsung terhadap sinar matahari merangsang tubuh memproduksi vitamin D. Paparan sinar matahari pada wajah, leher, lengan, dan kaki selama 10-15 menit dapat menghasilkan 1.000 unit internasional (IU) sampai 3.000 IU, tergantung pada jenis kulit dan kebutuhan vitamin D yang diperlukan oleh tubuh masing-masing dalam satu hari. Vitamin D berfungsi untuk meningkatkan penyerapan kalsium di dalam usus dan mentransfer kalsium melintasi membaran sel, sehingga dapat menguatkan tulang. Vitamin D juga dapat memberikan perlindungan terhadap jenis kanker (seperti kanker paru-paru, prostat, dan kulit), osteoporosis, rakhitis, dan diabetes. Selain itu, vitamin D dapat membantu menurunkan kadar kolestrol darah sehingga membantu melawan penyakit jantung.

Saat pandemi seperti ini, berjemur sudah menjadi kebiasaan masyarakat. Akan tetapi agar tidak menimbulkan dampak negatif, kegiatan berjemur hendaknya dilakukan dengan tetap memperhatikan langkah yang aman, yaitu dengan memperhatikan jadwal dan durasi yang tepat untuk berjemur. Hindari berjemur terlalu lama karena dapat merusak kulit dan meningkatkan resiko terjadinya kanker kulit. Proteksi tambahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan lotion yang mengandung minimal SPF 30 atau diatasnya untuk mencegah agar kulit tidak gosong atau mengalami sunburn. Saat berjemur ditengah kondisi pandemi ini, hendaknya tetap dilakukan dengan selalu menerapkan physical distancing. Hindari berjemur ditempat yang ramai dan jaga jarak dengan orang lain setidaknya 1 meter. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mengurangi resiko terpapar virus corona.

Referensi:
Fiannisa, R. (2019). Vitamin D sebagai Pencegahan Penyakit Degeneratif hingga Keganasan. Jurnal Medula, 9(3), 385-392.
Fitria, C. N., & Prabowo, A. (2016). Efektifitas Paparan Ultra Violet Sinar Matahari terhadap Kepadatan Massa Tulang dan Kadar Kolesterol pada Lansia. Profesi (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian, 14(1), 1-4. Hendaria, Made Putri, A. A. G. N. Asmarajaya, Sri Maliawan. (2015). Kanker kulit. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Laporan hasil riset kesehatan dasar RISKESDAS – Indonesia-tahun 2007, Depkes RI, Jakarta, 2008
Kementrian dalam negeri RI. 2020. Pedoman Manajemen Bagi Pemerintah Daerah Dalam Penanganan COVID-19 dan Dampaknya. Diunduh di https://www.kemendagri.go.id/documents/covid19/BUKU_PEDOMAN_COVID-19_KEMENDAGRI.pdf. 26 Agustus 2020.
Raflizar, R., & Nainggolan, O. (2010). Faktor Determinan Tumor/kanker Kulit di Pulau Jawa (Analisis Data Riskesdas 2007). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 13(4), 21319.


Kontributor : Kelompok 21 PKK 1
Editor : Ida Sholihatun Nisa’(Airlangga Nursing Journalist)


KIRIM TULISAN
LITERASI HIDUP SEHAT