2022-07-26 06:48:30
NERS - Covid-19 masih menjadi isu yang hangat diperbincangkan sampai dengan saat ini. Telaah mengenai dampak covid-19 khususnya pada pasien HIV dengan pekerjaan sebagai seorang PSK (Pekerja Seks Komersial) dilakukan oleh Intan Munawaroh, mahasiswa Program Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Covid 19 semakin dirasakan kelompok rentan yang sebelumnya telah mengalami tantangan dalam memenuhi kebutuhan dasar, seperti askes pada kesehatan dan ekonomi (UNAIDS), 2020). Tantangan ini semakin besar pada kelompok rentan yang mengalami stigma dan diskriminasi, seperti Pekerja Seks dengan HIV/AIDS (International Labour Organization, 2021). Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Tertularnya seseorang dengan HIV ini akan menyebabkan orang tersebut menderita sakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Virus) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2020). HIV/AIDS dapat menimbulkan masalah utama bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yaitu penurunan daya tahan tubuh yang bisa membawa dampak buruk pada kualitas hidup mereka (DIKRIANSYAH, 2018). Kualitas hidup merupakan persepsi individual terhadap posisinya dalam kehidupan, dalam konteks budaya, sistem nilai dimana mereka berada dan hubungannya terhadap tujuan hidup, harapan, standar, dan lainnya yang terkait. Masalah yang mencakup kualitas hidup sangat luas dan kompleks termasuk masalah kesehatan fisik, status psikologik, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan lingkungan dimana mereka berada (World Health Organization, 2012) dalam (Jacob & Sandjaya, 2018).
Menurut World Health Organization populasi terinfeksi HIV terbesar di dunia adalah di benua Afrika (25,7 juta orang), kemudian di Asia Tenggara (3,8 juta), dan di Amerika (3,5 juta). Sedangkan yang terendah ada di Pasifik Barat sebanyak 1,9 juta orang (World Health Organization, 2020). Tingginya populasi orang terinfeksi HIV di Asia Tenggara mengharuskan Indonesia untuk lebih waspada terhadap penyebaran dan penularan virus ini. Di indonesia data kasus HIV AIDS terus meningkat dari tahun ke tahun. selama sebelas tahun terakhir jumlah kasus HIV di Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2019, yaitu sebanyak 50.282 kasus (Kemenkes RI, 2020). Berdasarkan data The Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) menunjukkan bahwa perilaku berisiko tinggi turut menjadi penyumbang angka kasus HIV/AIDS. Hal ini dapat dilihat melalui jumlah prevalensi HIV dari kalangan pengguna napza suntik adalah sebesar 29%, 26% adalah prevalensi di antara lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL), 25% prevalensi HIV bagi transgender dan 5% prevalensi HIV di kelompok pekerja seks (Dea et al., 2017).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Noya & Demsy Wattimena, 2021) bahwa perilaku pekerja seks komersial dalam mempertahankan hidupnya dengan kemampuan dalam mengatasi berbagai permasalah yang melengkapi kehidupannya; kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi; masalah-masalah yang dialami adalah suatu kondisi yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kesejahteraan sosial tidak hanya dilihat dari terpenuhinya aspek ekonomi saja melainkan dilihat juga dari aspek kebutuhan yaitu secara material maupun spiritual. Kebutuhan bukan hanya kebutuhan ekonomi saja, melainkan kebutuhan material dan spiritual seperti kesehatan, kenyamanan dan keamanan. Pada masa pandemi Covid 19 menjadi tantangan yang sangat besar serta dilematis bagi PSK dengan HIV/AIDS dalam meningkatkan kualitas hidup. Berbagai upaya untuk mempertahankan hidup demi kebutuhan finansial serta ekonomi bagi keluarga akan tetapi disisi lain dengan kondisi sebagai penyandang ODHA tentunya harus mempertahankan kesehatan karena memiliki imunitas yang sangat rendah dan resiko tinggi terpaparnya virus Covid 19 (Jacob & Sandjaya, 2018). Sebagai kelompok masyarakat yang rentan terhadap penyakit oportunistik lain dengan kasus yang terus meningkat setiap tahunnya, ODHA membutuhkan perhatian khusus dalam perawatannya termasuk peningkatan kualitas hidupnya sehingga dapat memperpanjang angka harapan hidup serta mengurangi kasus kematian akibat AIDS di Indonesia karena semakin buruk kualitas hidup yang dimiliki maka semakin besar peluang pasien dengan HIV positif untuk memiliki penyakit AIDS (Monasel et al., 2022).
Penulis : Intan Munawaroh