2022-08-05 14:57:18
NERS - Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis (TB) yang tinggi merupakan kelompok sasaran yang penting untuk pencegahan TB. Health promotion model merupakan gabungan dari 2 teori yaitu : 1). Expextancy value theory (teori nilai pengharapan),teori ini menjelaskan bahwa orang cenderung bekerja menuju tujuan yang bernilai bagi mereka. Orang akan berusaha mencapai tujuan yang diyakini dapat dicapai dan akan menghasilkan hasil sesuai yang diinginkan. 2). Social cognitive theory (teori kognitif sosial ), prinsip utama teori ini adalah self efficacy. Teori Bandura mengusulkan bahwa semakin besar self efficacy seseorang untuk perilaku, semakin besar kemungkinan orang tersebut terlibat didalamnya dan berkomitmen untuk bertindak dan benar-benar melakukan perilaku. Intervensi promosi kesehatan menjadi efektif, strategi komunikasi yang sesuai dan relevan secara lokal harus diidentifikasi, yang kemudian dapat diubah menjadi
tindakan kesehatan masyarakat. Transformasi tersebut dapat dicapai melalui pemanfaatan berbagai platform media dan komunikasi penyedia layanan kesehatan. Koordinasi kegiatan promosi kesehatan juga perlu diperkuat melalui pelibatan multisektoral. Segi penting lain dari penguatan promosi kesehatan di negara ini berkaitan dengan reformasi pelatihan bagi praktisi kesehatan masyarakat, khususnya seputar strategi pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan ( Chipare, et al 2020).
Berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam memberikan intervensi promosi kesehatan tentang tuberculosis yaitu promosi kesehatan konvensional (penyampaian promosi menggunakan edukasi secara langsung), pelatihan promosi kesehatan, pelatihan digital promosi kesehatan, video online tentang tuberculosis, SMS dan video pendidikan berbahasa tradisional melalui DVD.
1. Promosi Kesehatan Konventional
Promosi kesehatan konvensional adalah pemberian edukasi dan peningkatan pengetahuan terhadap pengendalian tuberculosis yang dilaksanakan secara offline atau langsung antara promotor dengan peserta edukasi. Memang metode ini paling umum untuk digunakan, terlebih dengan metode ini sudah ada sebelum munculnya era digital. Perbaikan dan perkembangan lebih lanjut dari pengendalian TB membutuhkan pemahaman yang baik tentang penyebab, cara penularan, pencegahan, pengobatan, dan sikap yang menguntungkan. Mengatasi kesenjangan pengetahuan dalam pencegahan TB memiliki peran besar dalam memberantas TB (DeLuca et.al, 2018).
Salah satu contoh metode promosi kesehatan secara offline dari Spruij ,et. al (2020) menggunakan desain studi metode campuran yang melibatkan masyarakat untuk mengembangkan dan mempelajari strategi untuk menjangkau migran Eri trean, dan memotivasi mereka untuk berpartisipasi dalam program pendidikan, penyaringan dan pengobatan LTBI. Pendekatan penelitian yang melibatkan komunitas melibatkan anggota komunitas yang secara aktif berpartisipasi dalam menghasilkan ide, berkontribusi pada pengambilan keputusan, dan berbagi tanggung jawab dalam desain dan pelaksanaan program yang sesuai dengan budaya (Blumenthal et.al 2013 & WHO 2019). Dengan hasil
penelitan yang mendapatkan perbedaan setelah dilakukannya intervensi, maka metode ini sangat efektif untuk diterapkan dan didukung oleh literatur lainnya yang menunjukan hasil signifikan setelah diberi intervensi promosi kesehatan.
2. Pelatihan Promosi Kesehatan
Pendidik sebaya atau perwakilan dari responden yang diberikan intervensi kemudian menyampaikan edukasi tentang tuberculosis kepada kelompok besar dengan menggunakan perangkat audio. Bagi mereka yang tidak bisa berkumpul dalam kelompok besar karena alasan keamanan, peer educator memberikan pendidikan dengan mengorganisir kelompok-kelompok kecil di ruangan tempat mereka ditugaskan. Jika mereka tidak memberikan pendidikan tuberculosis, pendidik sebaya secara aktif mencari narapidana yang bergejala dan melakukan skrining tuberculosis berdasarkan gejala secara rutin menggunakan protokol skrining tuberculosis standar. Menurut Syed Mustafa Ali et.al (2018), dalam penelitiannya pemberian edukasi kepada narapidana untuk mencegah penularan dan mendekteksi dini tuberculosis memiliki hasil yang signifikan setelah dilakukan intervensi, para narapidana dapat mendeteksi secara mandiri setelah beberpa perwakilan diberi pendidikan kesehatan yang kemudian disampaikan kepada kelompok besar.
3. Pelatihan Digital Promosi Kesehatan
Metode yang semakin populer, e-Learning, adalah metode pelatihan di mana pelatih dan peserta pelatihan tidak perlu bertemu langsung atau tatap muka dengan kemampuan teknologi (alat, teknologi, peralatan) menghubungkan keduanya. Karena alasan ini, pendekatan e-Learning atau e-Training menjadi sangat penting, terutama ketika penyedia layanan kesehatan memiliki waktu yang terbatas,kerja yang berbeda shift, dan tingkat turnover yang tinggi di negara berkembang. Virtual reality (VR) adalah metodologi yang telah berhasil diterapkan pada proses pembelajaran dan dapat membantu untuk meningkatkan metode pengajaran konvensional. Aplikasi seluler, untuk sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari warga, juga digunakan untuk tujuan e-learning dan e- training. Sebuah contoh diberikan oleh Fonsa et al. (2017) yang menyediakan
aplikasi seluler bagi praktisi medis untuk digunakan dalam pelatihan elektronik dalam diagnosis pencitraan, yang memungkinkan mereka melakukan pengukuran pada pengetahuan, yang merupakan komponen penting dari pelatihan tenaga kesehatan. Bukti menunjukkan bahwa peningkatan pelatihan dan pengawasan suportif berkelanjutan dapat meningkatkan keterampilan penyedia untuk manajemen kasus TB, sehingga menghasilkan kepatuhan pengobatan yang lebih baik.
4. Promosi Kesehatan Menggunakan Video Online Tentang Tuberculosis
Video sebagai media yang disukai untuk pesan kesehatan yang berfokus pada pengobatan untuk mencegah penyakit TB (Gao J et.al, 2015). Pada Juli
2015, alamat web dari video tersebut dimasukkan ke dalam layanan kesehatan rutin yang disediakan di Klinik TB Provinsi, termasuk kartu seukuran dompet, poster dan pengingat janji dengan informasi penting tentang TB. Dalam metode ini mengalami banyak kekurangan yang terjadi diantaranya pemirsa dan responden survei mungkin lebih sadar kesehatan atau berpengetahuan daripada non-pemirsa, non-peserta mungkin tidak dapat menonton video karena kurangnya akses Internet atau pengetahuan teknis dan tidak mengumpulkan data pada non- peserta sehingga peneliti tidak dapat mengidentifikasi bagaimana hal ini dapat mempengaruhi hasil penelitian.
5. Promosi Kesehatan Menggunakan SMS
Meskipun komunikasi video tidak dapat dilakukan di daerah terpencil dengan konektivitas internet yang lemah atau tidak ada, SMS seluler kemungkinan dapat menjangkau oleh penderita TB yang tinggal di daerah tersebut. Komunikasi ini dapat digunakan untuk memantau dan mendukung orang dengan TB di antara kunjungan klinis akan memungkinkan kerangka berkembang dalam perawatan yang dibedakan, di mana paket perawatan yang berbeda dengan intensitas yang berbeda dapat diberikan untuk pasien berdasarkan kebutuhan mereka (Pathmanathan et.al, 2017).
Secara global, hampir semua telepon seluler, mendukung pesan teks. Telepon biasa dengan aplikasi terbatas dapat mendukung fungsi tambahan seperti transfer uang seluler jika tersedia. Ponsel menengah dapat mencakup berbagai layanan lain, seperti layanan pesan multimedia (MMS), email, akses internet, komunikasi nirkabel jarak pendek (inframerah, Bluetooth), aplikasi bisnis, permainan video, dan fotografi digital. Ponsel cerdas dengan sistem operasi dan koneksi jaringan seluler menawarkan kemampuan yang lebih canggih.
6. Promosi Kesehatan Menggunakan Video Pendidikan Berbahasa Tradisional Melalui DVD
Dalam penelitian Peter D Massey et.al (2015) menjelaskan metode penelitiannya yaitu, sebuah kelompok acuan dan struktur tata kelola dibentuk untuk mengarahkan proyek pada Maret 2013. Kelompok yang terdiri dari 12–15 orang tersebut meliputi: Kepala dari daerah pesisir dan pegunungan; pemimpin gereja local. Staf Program TB Nasional; Peneliti kesehatan masyarakat Australia; dan, para pemimpin dari Rumah Sakit Adven Atoifi dan Sekolah Tinggi Keperawatan Atoifi Adventist. Grup referensi bertemu secara teratur untuk meninjau kemajuan dan iklan pada aspek pengembangan dan evaluasi DVD. Video-video tersebut direkam menggunakan kamera digital kecil (Panasonic Lumix Tough DMCFT4GNA). DVD tersebut kemudian dibawa ke lebih dari empat puluh desa, dusun di daerah pesisir dan pegunungan di Kwaio Timur. Pemutar DVD portabel (Phillips PD9030), panel surya dan speaker bertenaga baterai untuk memungkinkan orang-orang yang tinggal di desa dan dusun yang sangat terpencil untuk melihat dan mendengar video. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ada efektivitas dari penggunaan video berbahasa lokal, namun juga dijelaskan bahwa kepercayaan di daerah dan dusun tersebut juga sebagai faktor penghambat.
Pemberian promosi kesehatan dapat digunakan teori health promotion model (HPM). Teori HPM merupakan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit, tetapi tidak mencantumkan ketakutan atau ancaman terhadap sasaran, sehingga responden lebih termotivasi. Proses kelompok merupakan salah satu strategi promosi kesehatan dan akan terjadi sebagai interaksi individu dan kelompok. Hal ini sangat bermanfaat untuk kelangsungan implementasi perilaku karena antar individu dan kelompok akan memberikan dampak positif .Melihat pentingnya TB pada kelompok masyarakat untuk promosi kesehatan dan pencegahan risiko penularan, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan metode proses kelompok (Ikbal, et al, 2020).
Health Promotion merupakan upaya atau program untuk meningkatkan pengetahuan dalam pencegahan penularan dan kepatuhan minum obat pada penderita tuberculosis. Dimana dalam melakukan promosi kesehatan maka akan diberikan pendidikan berupa informasi secara menyeluruh oleh tenaga kesehatan, sehingga masyarakat paham dan dapat menerapkannya. Dengan diketahuinya macam-macam metode penyampaian materi dari promosi kesehatan yaitu mulai dari penggunaan model konvensional hingga menggunakan alat digital (SMS, DVD, E-Learning, dll) yang cukup effektif setelah dilakukan penelitian, maka tenaga kesehatan maupun pemerintah mampu mengurangi angka kejadian penularan/ pencegahan tuberculosis dan kekambuhan akibat ketidakpatuhan minum obat dengan pemberian informasi kepada pasien tuberculosis (TB).
Penulis : Dwi Dina Romantika, S. Kep., Ns Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga