Tradisi wanita Hamil di Indonesia

2022-10-05 01:45:10


Kehamilan merupakan anugerah tiap pasangan suami istri. Chris Brooker (2008) menyampaikan bahwa kehamilan merupakan periode mengandung anak (mulai dari gestasi periode menstruasi sampai sebelum persalinan, yang normalnya adalah 40 minggu atau 280 hari), dan dibagi menjadi 3 periode, atau trisemester, masing-masing berlangsung 3 bulan (40 minggu). Pada saat itu wanita mengalami berbagai perubahan baik perubahan fisik maupun emosi (Matlin, 2004). Zhou, dkk (dalam Matlin, 2004) mengemukakan perubahan fisik yang dialami antara lain mual, muntah dan bertambahnya berat badan, perut membuncit, sering buang air kecil dan kelelahan serta perubahan emosi seperti sensitif, mood yang sering berubah, depresi, cemas, dan takut. Berbagai perubahan pada kehamilan dapat memicu timbulnya tekanan.
Dukungan sosial pada dasarnya dibutuhkan individu. Dukungan sosial dapat diperoleh ibu hamil dalam proses kehamilan dan kelahiran berasal dari lingkungan terdekatnya. Ibu hamil yang tidak mendapatkan dukungan sosial, berpengaruh pada kehamilannya dan juga pada janin yang dikandungnya. Collins, N. L.,dkk (1993) menyampaikan bahwa wanita yang memperoleh dukungan lebih dari lingkungan sosialnya memiliki persalinan yang lebih baik, bayi lahir dengan skor APGAR yang lebih tinggi, rendahnya depresi postpartum yang dialami, dan berat badan bayi lahir lebih tinggi. Faktor psikososial berupa dukungan sosial berkontribusi pada kesehatan ibu dan bayi (Bragonier, dkk 1984.; Istvan, 1986).
Membicarakan kehamilan dan dukungan social selalu saja ada yang menarik, unik dan indah di dalamnya. Apalagi bila berkaitan dengan kearifan tradisi budaya Nusantara, dimana di dalamnya terkandung nilai-nilai adat istiadat lokal yang merupakan kekayaan serta warisan leluhur. Banyak nilai positif tertuang di dalamnya. “upacara adat yang dikhususkan bagi ibu hamil ” terutama selama melalui masa kehamilan sangat penting untuk kita ketahui. Mengapa? Hal ini merupakan dukungan psikologis, fisik, dan sosial yang luar biasa dan diwariskan secara turun temurun. Di dalamnya juga terkandung nilai-nilai spiritual yang disesuaikan dengan agama masing-masing. Upacara adat bagi ibu hamil juga akan memberi rasa percaya diri, menguatkan ibu dalam masa transisi perubahan peran menjadi seorang ibu, mengubah cara pandang ibu terhadap perubahan tubuh selama kehamilan, meningkatkan rasa aman dan perasaan dihargai.
Beberapa dianggap sebagai mitos belaka tetapi ada juga yang menjadikannya sebagai upacara adat yang percaya atau tidak percaya tetap dilakukan. Berikut adalah tradisi kehamilan yang masih sering dilakukan.

1. Upacara Tingkeban di Jawa
Tradisi kehamilan orang Indonesia tingkeban ini dilakukan oleh suku Jawa pada usia kehamilan menginjak tujuh bulan. Upacara ini berisi ritual yang serba-serbinya dilakukan dengan angka tujuh. Misalnya tumpengan yang berjumlah tujuh, ibu yang dimandikan dengan tujuh guyuran dengan pendampingnya yang juga berjumlah tujuh. Bagi orang Jawa angka tujuh adalah angka istimewa makanya sering dijadikan sebagai jumlah keberuntungan.

2. Mimbit Arep pada Suku Dayak
Sebenarnya ada beberapa ritual yang mengiringi perjalanan kehamilan seorang wanita Dayak, salah satunya yang cukup unik adalah mimbit arep. Ritual ini mengharuskan ibu hamil diikat pinggangnya dengan sebuah tali yang disebut dengan paling pangereng. Sejak bulan pertama wanita hamil di Dayak tidak boleh bekerja berat untuk menjaga agar janin dalam kandungannya tetap aman.

3. Mappanre to-mangideng pada Suku Bugis
Suku Bugis punya tradisi kehamilan orang Indonesia yang berbeda lagi. Menginjak satu bulan, ibu hamil dan keluarganya akan melakukan ritual mappanre to-mangideng yang berarti menyuapi ibu hamil dengan makanan sehat termasuk makanan yang menjadi kesukaannya ibu. Tujuan dilakukannya upacara ini tidak lain untuk menyenangkan ibu hamil sehingga jalan menuju dua bulan, tiga bulan sampai beberapa bulan selanjutnya lebih lapang dan tidak ngidam sesuatu yang sulit ataupun tidak menyehatkan. Untuk alasan inilah makanya di bulan pertama kehamilan ibu hamil langsung disuguhkan makanan yang dia senangi.

4. Mangirdak pada Suku Batak
Sama halnya seperti yang dilakukan oleh suku Jawa, mangirdak adalah tradisi tujuh bulanan suku Batak. Dimana prosesi ini dilakukan di rumah keluarga pihak wanita. Biasanya ibu sang wanitalah yang memasakkan makanan favorit anaknya tapi ikan mas arsik sebagai makanan tradisional harus ada dalam acara tersebut.
Kemudian sang ibu akan menyuapi anaknya langsung sembari didoakan segala yang baik dan bermanfaat untuk kehamilannya. Dalam tradisi kehamilan ini pihak keluarga akan diundang dan orang-orang tuanya akan memberikan wejangan kepada ibu hamil bagaimana merawat kandungannya serta doa supaya ibu dan anak selamat ketika saat melahirkan tiba.

5. Tradisi Mengirimkan Makanan pada Suku Aceh
Lain daerah lain juga adat-istiadat maupun tradisi kehamilan yang dijalani. Untuk suku Aceh, biasanya saat menginjak bulan kelima, keluarga dari pihak istri akan mengirimkan makanan serta kue-kue manis kepada keluarga suami. Dan hal yang sama akan dilakukan oleh pihak keluarga suami dengan mengirimkan lauk-pauk ke keluarga istri. Barulah menginjak bulan ketujuh, kedua keluarga bertemu dengan ibu hamil dan pasangannya dan dilangsungkan makan bersama.
Sebenarnya masih banyak upacara yang berkaitan dengan penyulit menjelang persalinan. Namun demikian pada intinya sama adalah memberi dukungan positif bagi seorang ibu yang sedang hamil. Dalam praktek tradisional, memang ada banyak hal yang tak jarang dikaitkan dengan mitos–mitos dan sedikit berbau tahayul. Namun demikian, kita tidak perlu menyikapinya dengan antipati. Petiklah hal-hal positif yang tentu saja tidak merugikan bagi ibu hamil.

Penulis : Muhamad Syarifudin, S. Kep., Ns., M. Kep


KIRIM TULISAN
<