2022-10-05 02:00:41
Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas hingga masalah sosial, ekonomi, dan budaya karena kusta sampai saat ini masih merupakan stigma di masyarakat, keluarga, termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan atau pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan disabilitas yang ditimbulkannya (Permenkes, 2019). Dampak pengetahuan yang rendah tentang kusta menyebabkan masyarakat memiliki sikap dan perilaku negatif, seperti menolak, menjauhi, memandang rendah dan mencela pasien kusta (Gunawan et al., 2018)
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dilaporkan Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia sebagai negara dengan penderita kusta terbanyak setelah India dan Brazil (WHO, 2022). Indonesia masuk peringkat pertama di Asia Tenggara dengan jumlah kasus terbanyak diikuti regional Amerika, regional Afrika dan sisanya berada di regional lain (KementrianRI, 2017). Penemuan kasus kusta di beberapa daerah di Indonesia masih dikatakan lambat. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal ini adalah rendahnya kesadaran dan pengetahuan tentang kusta pada petugas kesehatan maupun masyarakat, kegiatan surveilans yang tidak adekuat serta masih adanya stigma, sehingga menghambat program pengobatan (Kemenkes, 2020). Dengan adanya masyarakat yang tidak melakukan tindakan skrining dini dampaknya akan mengakibatkan penemuan kasus kusta terlambat dan akan menimbulkan kecatatan bila tidak di tangani lebih awal. Penularan akan terus terjadi dan tingkat kecatatan akan terus tinggi. Dengan adanya perkembangan teknologi ini perlu adanya aplikasi android namun saat ini tentang skrining kusta belum ada. Sehingga aplikasi ini sangatlah penting untuk di kembangkan sebagai alternatif dalam penanggulangan penyakit kusta. Oleh karena itu dengan adanya teknologi merupakan salah satu cara untuk berinovasi dalam hal pencegahan penyakit kusta dengan memanfaatkan teknologi. Hal ini didukung oleh penelitian Paul & Kumar (2020) dengan pemanfaatan teknologi membantu mempermudah dan melengkapi pekerjaan tenaga kesehatan dalam menjangkau yang tinggal di daerah terpencil.
Adapun program pemecahan suatu masalah yaitu berupa pemanfaatan perangkat digital untuk berkoordinasi dan melakukan monitoring dan evaluasi program. Meningkatkan kegiatan advokasi dan sosialisasi program terhadap pemangku kepentingan terkait agar dapat meningkatkan komitmen dalam pencapaian eliminasi kusta. Menganggarkan dan melaksanakan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan secara rutin. Mendorong daerah endemis rendah agar terus melakukan surveilans kasus kusta. Meningkatkan kegiatan promosi serta penyebaran media komunikasi informasi edukasi (KIE) kepada penderita, keluarga penderita, dan masyarakat dalam rangka kampanye penurunan stigma kusta di masyarakat. Serta melaksanakan pengembangan kegiatan inovasi (Kemenkes RI, 2020). Dalam penelitian De Souza et al ( 2021) menyatakan bahwa aplikasi android mampu mengenali pola kasus kusta dan efektif untuk mengklasifikasikan pasien baru dengan kusta pauci bacillary atau multi bacillary. Hal ini juga selajan dengan penelitian dari Zhou et al (2020) yang mengatakan bahwa kesehatan seluler adalah teknologi kesehatan digital yang layak untuk identifikasi pasien tropical dan elektronik ditemukan untuk meningkatkan akses layanan, hasil, dan pemantauan di sistem kesehatan masyarakat.