Pentingnya Pemberdayaan Keluarga Dalam Membantu Mengelola Gejala Sisa Pasien Pasca-COVID-19 Setelah Menjalani Perawatan Dari Rumah Sakit

2022-10-05 08:19:14


Corona Virus Infection Disease (COVID-19) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) (Harapan et al., 2020). Pada tanggal 11 Maret 2020, World Health Organization (WHO) menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global (Kemenkes, 2020). Infeksi SARS-CoV-2 dapat menyebabkan kerusakan multi organ pada tubuh manusia meliputi paru, otak, jantung, hati, serta ginjal (Raman et al., 2021). Hasil follow up pada pasien pasca-COVID-19 6 minggu setelah keluar dari rumah sakit menunjukkan bahwa sebagian besar pasien mengalami fibrosis pada parunya, sehingga menimbulkan gejala sisa pada pasien seperti sesak napas, cepat lelah saat melakukan aktivitas, kapasitas olahraga yang terbatas, cemas bahkan mengalami gejala depresi sehingga berakibat dalam penurunan kualitas hidupnya (de Graaf et al., 2021).
Pasien yang telah sembuh dari COVID-19 baik yang di rawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) ataupun di rawat di bangsal sebagian besar memiliki gejala sisa serta gangguan pada paru setelah dipulangkan dari rumah sakit. Pasien yang mengalami gejala sisa pasca-COVID-19 memiliki karakteristik seperti usia tua, mengalami obesitas, memiliki komorbid, saturasi oksigen yang rendah saat dirawat, masa tinggal di rumah sakit yang lama, pasien yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU), jumlah White Blood Cell (WBC) yang tinggi, serta memiliki keparahan infeksi pada paru saat dilakukan pemeriksaan CT Scan dada (Parry et al., 2021).
Gejala sisa yang dialami oleh pasien pasca-COVID-19 dapat bertahan berminggu- minggu bahkan dapat bertahan hingga berbulan bulan. Oleh karena itu pentingnya kerjasama antara tenaga medis professional, pasien serta keluarga dalam mengelola gejala sisa pada pasien pasca-COVID-19 agar hasil yang didapatkan dapat memberikan manfaat yang maksimal kepada pasien. Dalam kolaborasi ini hubungan saling percaya, peduli, dan kolaboratif antara keluarga dengan penyedia layanan kesehatan harus senantiasa dikembangkan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien sehingga hasil yang diperoleh dapat optimal (Kokorelias et al., 2019).
Pemberdayaan keluarga dapat dimulai saat pasien akan dipulangkan dari rumah sakit yaitu pada saat proses discharge planning. Pada saat pelaksanaan discharge planning tenaga kesehatan akan memberikan pendidikan kesehatan mengenai gejala sisa yang mungkin dialami oleh pasien pasca-COVID-19 saat dirumah, bagaimana peran keluarga dalam membantu mengelola gejala sisa yang dialami oleh pasien seperti materi tentang batuk efektif, relaksasi napas dalam, latihan pernapasan serta manfaat gizi seimbang dalam membantu pemulihan pasien. Selain itu tenaga kesehatan akan memberikan informasi mengenai jadwal kontrol pasien, serta fasilitas rehabilitasi yang disediakan oleh rumah sakit yang dapat dimanfaatkan oleh pasien pasca-COVID-19 yang masih mengalami gejala sisa yang tak kunjung sembuh.
Rehabilitasi paru yang dilakukan pada 72 pasien COVID-19 selama enam minggu di bawah arahan terapis menemukan peningkatan signifikan pada fungsi pernapasan, kualitas hidup, dan penurunan kecemasan pada pasien lanjut usia dengan COVID-19. Namun, tidak ada peningkatan yang signifikan dalam keadaan depresi lansia dan aktivitas kehidupan sehari-hari. Intervensi rehabilitasi meliputi (1) pelatihan otot pernapasan; (2) latihan batuk; (3) pelatihan diafragma; (4) latihan peregangan; dan (5) aktivitas di rumah (Liu et al., 2020). Dalam melakukan rehabilitasi pada pasien pasca-COVID-19 tentunya harus ada pengawasan dari fisioterapis agar hasil yang diperoleh pasien dapat maksimal.

Penulis : Hasanudin, S.Kep., Ns


KIRIM TULISAN
<