Manusia memiliki beberapa kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk melangsungkan hidupnya. Salah satu kebutuhan dasar pertama yang harus dipenuhi adalah bernapas. Bernapas merupakan kebutuhan dasar yang amat penting karena beberapa menit tanpa bernapas dapat mengakibatkan kematian. Konsekuensi dari pasokan udara yang tidak cukup saat bernapas menyebabkan respon tidak nyaman saat bernapas.
Rasa tidak nyaman dalam bernapas didefinisikan sebagai sesak napas atau dalam bahasa medis disebut dispnea. Sesak napas merupakan akibat dari ketidakseimbangan antara kebutuhan bernapas dan kemampuan untuk bernapas secara normal. Akibatnya, muncul perasaan seperti tercekik, menyesakkan, ngap, dan napas terasa berat saat bernapas.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan sesak napas yaitu (1) saat kebutuhan napas meningkat (misalnya saat terjadi demam), (2) proses keluar masuknya udara ke dalam paru-paru mengalami penurunan, (3) adanya sumbatan pada jalan napas dan (4) menurunnya kemampuan paru-paru untuk mengembang.
Sesak napas dapat bersifat akut maupun kronis. Sesak napas akut mungkin merupakan tanda gejala dari kondisi yang mengancam jiwa seperti penyakit jantung dan paru-paru. Sesak napas yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan tubuh mengalami kondisi gagal napas. Gagal napas dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh bahkan kematian. Oleh karena itu, diperlukan tatalaksana manajemen sesak napas.
Tujuan utama dari penatalaksanaan sesak napas adalah mengembalikan kondisi pasien ke keadaan normal dengan menatalaksana penyebab keluhan sesak napas. Misalnya sesak napas pada pasien gagal jantung dapat diterapi dengan pemberian diuretik. Sedangkan pasien asma akan memperoleh perbaikan sesak dengan pemberian inhalasi bronkodilator.
Menurut Pedoman Sesak Napas PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia) penatalaksanaan sesak napas sesuai dengan gangguan fungsi yang terjadi antara lain dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Menurunkan kebutuhan pernapasan
Menurunkan kebutuhan pernapasan dapat dilakukan dengan menurunkan beban metabolisme dan menurunkan rangsangan pusat pernapasan. Latihan fisik dan olahraga dapat menurunkan beban metabolisme. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan pemberian oksigen saat beraktivitas fisik.
Sesak napas juga dapat dikurangi dengan menurunkan rangsangan pusat pernapasan. Beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu terapi oksigen, pemberian obat-obatan, pengaturan alat bantu napas dan terapi inhalasi.
2. Menurunkan hambatan pernapasan
Terapi yang dapat digunakan untuk menurunkan hambatan pernapasan antara lain dengan pembedahan dan terapi farmakologi seperti pemberian steroid dan bronkodilator.
3. Meningkatkan fungsi otot pernapasan
Ketika menarik napas napas, tubuh akan menggunakan otot-otot pernapasan seperti otot diagfragma. Otot pernapasan membutuhkan nutrisi untuk melaksanakan fungsinya. Kekurangan asupan energi dapat mengakibatkan kelamahan otot pernapasan dan perburukan sesak napas. Latihan otot pernapasan dapat membantu untuk mengurangi keluhan sesak napas.
4. Mengubah persepsi pasien
Persepsi pasien terhadap sesak napas dapat dilakukan dengan memodifikasi respon pasien terhadap sesak napas seperti rasa cemas atau stress. Relaksasi dan latihan fisik merupakan cara ampuh yang dapat dilakukan untuk mengurangi sesak napas.
Oleh :
Dosen Pembimbing : Ika Nur Pratiwi, S. Kep., Ns., M.Kep
Kelompok 9 Praktik Klinik Keperawatan II Angkatan 2018
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Sumber Bacaan :
Berliner, Dominik, dkk. (2016). The Differential Diagnosis of Dyspnea. Deutsches Arzteblatt International. Vol 113, hlm 834-845.
Sugiman, Tantani & Bernida, Ida. (2012). Sesak Napas. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.