INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Waspada dan Kenali Ca Serviks Sejak Dini

  • By
  • In Lihat
  • Posted 10 December 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 735

Berdasarkan data dari International Agency for Research on Cancer (IARC), 85%kasus kanker banyak terjadi pada negara berkembang, Indonesia pun tercatat sebagai salah satu negara berkembang dan menempati urutan nomor 2 penderita kanker serviks terbanyak setelah Cina. Penyakit kanker serviks merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di Indonesia yakni 0,8% (Kemenkes, 2018). Prevalensi kanker serviks merupakan yang tertinggi di Indonesia yaitu 0,8% atau sekitar 98.692 orang. Hasil dari sampel tersebut prevalensi kanker serviks tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Maluku Utara, dan Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi kanker serviks tertinggi yaitu sebesar 1,5%. (Riskesdas, 2013).

Kanker leher rahim atau kanker serviks (cervical cancer) merupakan kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Purwoastuti, 2015). Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu : virus HPV (Human papilloma virus) , merokok (tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks), hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini, berganti-ganti pasangan seksual, gangguan sistem kekebalan tubuh, pemakaian pil KB dan infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun (Nurarif, 2016).

Menurut (Purwoastuti, 2015), tanda dan gejala yang dapat muncul pada pasien dengan kanker serviks diantaranya yaitu keputihan, makin lama makin berbau busuk, perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan abnormal, terjadi secara spontan walaupun tidak melakukan hubungan seksual, hilangnya nafsu makan dan berat badan yang terus menurun, nyeri tulang panggul dan tulang belakang, nyeri disekitar vagina, nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah, nyeri pada anggota gerak (kaki), terjadi pembengkakan pada area kaki, sakit waktu hubungan seks, pada fase invasif dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau dan bercampur dengan darah, anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul, siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus haid., sering pusing dan penurunan kesadaran, pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kemih dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal ata rectovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

Selanjutnya ada beberapa pencegahan kanker serviks yang bisa dilakukan diantaranya yaitu jalani pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang cukup nutrisi dan bergizi, selalu menjaga kesehatan tubuh dan sanitasi lingkungan, hindari pembersihan bagian genital dengan air yang kotor, hindari berhubungan intim saat usia dini, selalu setia kepada pasangan, jangan bergonta-ganti apalagi diikuti dengan hubungan intim, lakukan pemeriksaan pap smear minimal lakukan selama 2 tahun sekali, khususnya bagi yang telah aktif melakukan hubungan intim, jika belum pernah melakukan hubungan intim, ada baiknya melakukan vaksinasi HPV, perbanyaklah konsumsi makanan sayuran yang kandungan beta karotennya cukup banyak, konsumsi vitamin c dan e (Mustika, 2020).

Pada pasien dengan risiko kanker serviks bisa dilakukan deteksi dini atau screening kanker serviks melalui beberapa metode pemeriksaan. Berikut metode detksi dini kanker serviks menurut Tilong (2012) diantaranya yaitu : pap smear dan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat). Pap Smear (Papaniculou Smear) merupakan suatu metode untuk deteksi dini. Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter obgyn maupun bidan. Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mendeteksi apakah seorang wanita terinfeksi HPV maupun adanya sel karsinoma. dengan pap smear diharapkan jika seorang wanita mengidap karsinoma dan dapat diketahui secara dini maka diharapkan dapat terobati dan mengurangi kematian akibat kanker serviks. Wanita yang sudah melakukan hubungan seksual sebaiknya melakukan pap smear secara rutin satu kali dalam setahun. Yang kedua terdapat IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), metode ini lebih mudah dan sederhana dilakukan oleh tenaga kesehatan dibandingkan pap smear, karena tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium. Sehingga screening dapat dilakukan dengan cakupan yang lebih luas. Dengan demikian penemuan kanker serviks dapat ditemukan secara dini. IVA sendiri hanya memerlukan asam asetat saat pemeriksaan yang dioleskan pada serviks dan ada perubahan warna atau tidak.

 

Referensi :

Kemenkes. (2018). Data dan Informasi :Profil Kesehatan Indonesia 2017.

Mustika, D. N., Kusumawati, E., & Istiana, S. (2020). Modul Kesehatan Reproduksi: Deteksi Dini Kanker Serviks dan Payudara. Semarang : CV. Rafi Sarana Perkasa

Rosidah, L. K. U., & Ningrum, K. K. (2017). Hubungan Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Kanker Serviks dengan Minat Melakukan Pap Smear Di Rt 16 Kelurahan Blabak Kecamatan Pesantren Kota Kediri. Jurnal Kebidanan, 6(2), 122-130.

Suardi, Y. S., Suardi, V. A., Wulandari, S., & Sutanti, E. (2018). Hubungan Pendidikan dan Sikap Ibu dengan Pemeriksaan IVA Test di RW 03 Kelurahan Sambung Jawa Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Gema Insan Akademik, 3(02).

 

Anggota Kelompok :

1. Herma Dichinta Nugraheni (131911133156)
2. Zulfa Silmin Jazuro (131911133157)
3. Destya Eka Nurviana (131911133158)
4. Anggi Navisa Rizky (131911133167)
5. Mery Puspita Sari (131911133168)

Pin It
Hits 865