INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Ungkap Manfaat Senam Otak hingga Faktor Penyebab Demensia

  • By Salwa Az Zahra
  • In Lihat
  • Posted 27 June 2022

Tahukah kamu Sobatners?

Indonesia sudah berada pada struktur ageing population yang ditandai dengan persentase penduduk lanjut usia (lansia) yang lebih dari 10%. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan persentase penduduk lansia sebesar 10,7% pada 2020. Persentase tersebut diprediksi semakin meningkat menjadi 12,5% dalam lima tahun mendatang.

Berbanding terbalik dengan peningkatan jumlah penduduk yang tinggi, fungsi organ tubuh lansia semakin lama cenderung menurun baik karena faktor alamiah atau faktor penyakit akibat dari bertambahnya usia. Salah satu kemunduran yang terjadi pada lansia yaitu gangguan kemampuan kognitif berupa menurunnya daya ingat atau memori.

Gangguan kognitif yang sering dijumpai pada lansia adalah demensia. Demensia adalah gejala terjadinya penurunan memori, berfikir, perilaku, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kehilangan kapasitas intelektual pada demensia tidak hanya pada memori atau ingatan saja, tetapi juga pada kognitif dan kepribadian (WHO, 2019).

Demensia dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, usia, genetik, jenis kelamin, gaya hidup, dan tingkat pendidikan (Bahrudin, 2017).

1. Lanjut usia

    Demensia biasanya akan menyerang pada usia lebih dari 60 tahun dengan risiko yang meningkat sesuai pertambahan umur. Periode ini merupakan periode                penutup bagi rentang kehidupan seseorang sehingga menyebabkan kemunduran fisik dan psikologi secara bertahap (Abdillah & Octaviani, 2017).

2. Faktor genetik

    Mampu menjadi penyebab demensia karena adanya mutasi genetik yang meningkatkan risiko di dalam suatu keluarga untuk mengalami demensia.

3. Jenis kelamin

    Perempuan cenderung mengalami demensia dibandingkan laki-laki karena angka harapan hidup perempuan lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena peranan level          hormon seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif.

4. Gaya hidup

    Lansia yang jarang beraktivitas dan berolahraga cenderung mudah mengalami demensia sehingga diharapkan untuk tetap aktif berolahraga guna mencegah dan          mengurangi risiko demensia.

5. Tingkat pendidikan

    Menjadi salah satu faktor terjadinya demensia pada lansia karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin banyak pengetahuan yang didapatkan              sehingga mereka akan lebih mampu menyadari perubahan yang terjadi dalam dirinya dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah. Orang yang                berpendidikan lebih lanjut memiliki berat otak yang lebih dan mampu menghadapi perbaikan kognitif dan neurodegenerative dibandingkan dengan orang yang            berpendidikan lebih rendah (Sari, Ningsih, & Pratiwi, 2017).

Latihan senam otak adalah gerakan yang menghubungkan otak, indera, dan tubuh yang berfungsi untuk mencegah terjadinya demensia pada lansia. Manfaat senam otak yaitu menghasilkan stimulus yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas), menyelaraskan kemampuan beraktivitas dan berpikir pada saat yang bersamaan, meningkatkan keseimbangan atau harmonisasi antara kontrol emosi dan logika, mengoptimalkan fungsi kinerja panca indera, menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh (Surahmat & Novitalia, 2017).

Teratur melakukan senam otak, mampu mencegah kemunduran fungsi otak. Senam otak menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan denyut jantung meningkat, sehingga sirkulasi darah mencukupi seluruh tubuh, termasuk otak. Peningkatan sirkulasi darah, menyebabkan suplai nutrisi dan oksigen lancar, fungsi otak bekerja maksimal dan pada akhirnya kemampuan daya ingat atau memori jangka pendek meningkat serta meningkatkan aktivitas nerve growth factor (NGF) (Suryatika & Pramono, 2019).

Latihan senam otak akan menstimulasi faktor tropik dan neuronal growth yang kemungkinan menghambat penurunan fungsi kognitif pada demensia. Latihan fisik teratur merupakan pendekatan secara non farmakologi yang efektif bagi lansia perempuan untuk menjaga plastisitas sinap pada otak, fungsi memori, dan kognisi secara optimal. Pemberian terapi non farmakologi dengan cara terapi senam latih otak berpengaruh terhadap meningkatkan daya ingat lansia (Ummi dan Tri, 2018).

Berdasarkan hasil penerapan senam otak dengan durasi waktu singkat yang dilakukan hanya 1 minggu dengan setiap perlakuan 1 kali dalam 15 menit akan meningkatkan fungsi kognitif lansia namun tidak secara signifikan. Sebaiknya lansia tetap melakukan senam otak secara rutin dengan menambah durasi waktu menjadi 2-3 kali intervensi dengan waktu 15-20 menit untuk mendapatkan hasil peningkatan kemampuan fungsi kognitif yang maksimal.

 

Referensi:

Abdillah, A. J., & Octaviani, A. P. (2017). Pengaruh senam otak terhadap penurunan tingkat demensia. Retrieved from http://jurnal.stikescirebon.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/86

Bahrudin, M. (2017). Neurologi klinis. Malang: UMM Pres. Sari, C. W. M., Ningsih, E. F., & Pratiwi, S. H. (2017). Description of dementia in the elderly status in the work area health center ibrahim adjie bandung. Indonesian contemporary nursing journal. Retrieved from http://journal.unhas.ac.id/index.php/icon/article/view/3736

Surahmat, R., & Novitalia. (2017). Pengaruh terapi senam otak terhadap tingkat kognitif lansia yang mengalami demensia di panti sosial tresna werdha warga tama inderalaya. Retrieved from https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mks/article/download/8525/4520

WHO. (2019). Dementia. Retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dementia

Penulis : Dewi Rachmawati (Airlangga Nursing Journalist)
Editor: Inaya Nur Khofifah (Airlangga Nursing Journalist)

Pin It
Hits 1001

Berita Terbaru