INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Manfaat Seledri pada Penderita Hiperurisemia

  • By Salwa Az Zahra
  • In Lihat
  • Posted 28 July 2022

Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup yang tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Salah satu diantaranya adalah penyakit asam urat atau yang disebut hiperurisemia. Hiperurisemia adalah asam yang terbentuk akibat metabolisme purin (adenin dan guanin) di dalam tubuh, purin berasal dari makanan yang mengandung protein, seperti daging, jeroan, kacang-kacangan dan lainnya, bahkan ada penelitian yang menyebutkan bahwa kopi juga dapat meningkatkan kadar asam urat darah (Richette et al., 2020). Konsumsi purin yang tinggi merupakan salah satu faktor yang erat kaitannya dengan hiperurisemia. Makanan yang banyak mengandung purin meningkatkan kadar asam urat. Makanan sumber purin memberikan kontribusi ± 50% asam urat dalam darah.

Selain itu, Hiperurisemia erat kaitannya dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, diabetes, dan obesitas. Kadar asam urat darah diatas 7 mg/dl pada laki-laki dan 6 mg/dl pada perempuan dipergunakan sebagai batasan hiperurisemia. Ketika kadar asam urat meningkat melebihi nilai tersebut maka dikatakan hiperurisemia (Kumar et al., 2018). Hiperurisemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi contohnya suatu tofus atau benjolan keras yang muncul disekitar daerah peradangan. Asam urat yang mengendap dan bercampur dengan kalsium di ginjal akan menyebabkan adanya batu ginjal dan kerusakan sendi permanen. Produktivitas tubuh akan menurun dan diikuti gangguan pembuangan asam urat oleh ginjal. Tubuh yang normal pengeluaran asam urat melalui urin mencapai 300-600 mg per hari dan sisa akan dikeluarkan melalui pencernaan (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2018).

Data WHO memperkirakan sekitar 335 juta di dunia mengalami hiperurisemia. Prevalensi asam urat di Indonesia semakin mengalami peningkatan, menurut Riskesdas tahun 2018, Prevalensi penyakit asam urat berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan di Indonesia 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7% jika dilihat dari umur, prevalensi tinggi pada umur ≥ 75 tahun (54,8%). Penderita wanita juga lebih banyak (8,46%) dibandingkan penderita laki-laki (6,13%) (Lutfia & Sitanggang, 2019). Hiperurisemia secara signifikan lebih tinggi pada lansia berjenis kelamin perempuan dibanding laki-laki, dikarenakan proses menopause.

Seledri (Apium graveolens linn) merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat tradisional (Shaopeng Li et al., 2019a). Saat ini pemahaman masyarakat tentang pemanfaatan seledri masih terbatas sebagai komoditas sayur mayur atau sebagai penyedap rasa makanan mereka masih jarang mengenal seledri sebagai tanaman yang penuh potensi dalam menjaga kesehatan dan manfaatnya dalam mencegah mengobati dan memelihara penyakit (Rusdiana, 2018). Secara umum kandungan seledri (Apium graveolens linn) terdiri dari karbohidrat, fenol (flavonoid) yang bekerja untuk memotong jalur metabolisme purin.

Seledri juga mengandung apiin yang bekerja sebagai diuretik yang berfungsi mengeluarkan purin dari ginjal, sehingga kadar asam urat bisa menurun. Selain itu, di dalam seledri juga terdapat alkaloid yang mampu menghambat sintesis dan pelepasan leukotrien sehingga dapat menekan dan mengurangi frekuensi serangan dan menghilangkan rasa nyeri (Aminatus, 2021). Keberadaan senyawa-senyawa seperti limonene, selinen, flavonoid, vitamin A dan C menjadikan tanaman ini sering digunakan di dalam berbagai pengobatan tradisional dan berpotensi dapat memelihara kebugaran dan kesehatan tubuh kita (Saputra & Fitria, 2016).

Berdasarkan penelitian, tanaman ini mengandung vitamin C yang jumlahnya dua kali lipat dibandingkan vitamin C yang ada dalam buah jeruk, selain itu juga mengandung vitamin B, dan E, juga mengandung asam folat, fosfor, kalium dan Zn, selain itu juga seledri juga banyak mengandung asam fenolat seperti asam kafeat, asam p-kumarat, dan asam ferrule sedangkan kandungan flavonoid terdiri dari apigenin, luteolin, dan kaempferol. (Meng Yao Li et al., 2020). Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa kandungan yang terdapat dalam seledri (Apium graveolens linn) bisa menurunkan kadar asam urat, dan mengingat penyakit asam urat mudah menyerang lansia, maka dari itu peneliti tertarik untuk membahas judul pengaruh ekstrak seledri terhadap asam urat pada lansia.

Seledri diketahui memiliki senyawa aktif yaitu Flavonoid dan 3-n butylphthalide (3nB) senyawa tersebut menghambat enzim xantin oksidase sehingga kadar asam urat akan menurun. Seledri juga mengandung apigenin dan Apiin dapat digunakan dalam mengatasi kelebihan asam urat dengan meningkatkan ekskresi urin sehingga asam urat dapat luruh bersama dengan urin. Selain itu seledri juga dapat digunakan sebagai obat penurun demam, rematik, darah tinggi dan memperbaiki fungsi darah yang terganggu yang berfungsi sebagai anti inflamaflasi.

Kemampuan flavonoid dalam menghambat aktivitas xantin oksidase sangat terkait dengan strukturnya, struktur flavonoid secara umum terdiri dari tiga cincin benzena dimana atom C pada struktur tersebut memiliki ikatan rangkap dimana struktur tersebut dengan mudah mengikat enzim xanthine oksidase sehingga pembentukan xanthine berkurang dan produksi asam urat pun berkurang.(Kooti & Daraei, 2017) (Shaopeng Li et al., 2019b) Seledri sendiri merupakan terapi tanpa efek samping aman dan mudah ditemukan serta murah. Sehingga peneliti sangat merekomendasikan sebagai terapi dalam menurunkan kadar asam urat kepada orang dengan kadar asam urat yang tinggi.

Referensi:

Prasetya I. Pengaruh pemberian air rebusan seledri (Apium graveolens L) terhadap kadar asam urat pada penderita gout di wilayah kerja puskesmas Rasau Jaya [disertasi]. Pontianak: Universitas Tanjungpura; 2017.

Wati SA. Pengaruh pemberian air rebusan seledri terhadap kadar asam urat pada penderita arhtritis gout di kelurahan Prawirodirjan Yogyakarta [disertasi]. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah; 2018.

Penulis: Hanifah Kharisma (Airlangga Nursing Journalist)
Editor: Inaya Nur Khofifah (Airlangga Nursing Journalist)

Pin It
Hits 751

Berita Terbaru