INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Seputar GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)

  • By Salwa Az Zahra
  • In Lihat
  • Posted 30 July 2022

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan gejala atau komplikasi dari aliran balik isi lambung ke arah esofagus sampai ke rongga mulut dan dapat juga mengiritasi saluran pernapasan. Tingkat keparahan dari GERD ditentukan oleh durasi paparan esofagus dan organ lainnya oleh asam lambung. Durasi paparan tersebut dipengaruhi oleh kemampuan pengosongan esofagus. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) menjadi masalah klinis yang umum dialami oleh jutaan orang di dunia, termasuk di Amerika Utara dengan estimasi angka kejadian 18,1-27,8% (Clarett dan Hachem, 2018).

Di Asia Tenggara, angka kejadian GERD pada tahun 2005 mencapai 6,3-18,3%, di mana angka kejadian di Indonesia hampir mencapai 3% dari seluruh populasi (Hapsari, et al, 2017). GERD didefinisikan sebagai gejala atau komplikasi dari aliran balik isi lambung yang bersifat asam ke arah esofagus sampai ke rongga mulut dan dapat juga mencapai dan mengiritasi saluran pernapasan (Clarett dan Hachem, 2018).

Penyakit GERD ditandai dengan adanya aliran balik isi lambung yang bersifat asam menuju ke esofagus. Dalam sebagian kasus, fenomena terjadinya refluks isi lambung dapat dianggap normal, namun fenomena ini dapat dicurigai sebagai gejala GERD saat paparan terhadap esofagus terjadi. Pada kondisi normal, terjadinya refluks dapat dicegah oleh barrier antirefluks, yang dinamakan sebagai zona anatomi kompleks, terdiri dari beberapa komponen, antara lain sfingter esofagus bagian bawah, diafragma kural ekstrinsik, dan struktur pendukung dari katup penutup gastroesofagus.

Apabila terjadi gangguan pada komponen-komponen tersebut, maka refluks akan lebih sering terjadi dan menyebabkan esofagus lebih sering terpapar oleh cairan lambung yang sangat asam. Apabila terjadi terus-menerus, maka komplikasi dari penyakit GERD dapat terjadi seperti inflamasi, erosi esofagus bahkan perforasi (Tack J. dan Pandolfino, 2018).

Pasien dengan keluhan GERD dapat dikenali dengan melihat gejala umum maupun atipikal yang muncul. Umumnya, gejala yang paling sering muncul adalah dada terasa panas dan terbakar (heartburn) serta sering diasosiasikan dengan rasa masam di bagian belakang mulut dengan atau tanpa regurgitasi dari refluks. GERD juga merupakan penyebab umum kasus-kasus noncardiac chest pain (NCCP), sehingga penting untuk membedakan antara nyeri dada yang mungkin disebabkan karena gangguan jantung atau yang disebabkan oleh etiologi lain berdasarkan algoritma diagnosis agar dapat memberikan penanganan yang tepat (Ang D., et al, 2020).

Meskipun gejala umum GERD sangat mudah dikenali, manifestasi extraesophageal juga sering terjadi, akan tetapi tidak selalu dikenali. Sindrom extraesophageal meliputi beberapa area, termasuk antara lain paru (asma, batuk kronis, bronchiolitis obliterans, pneumonia, dan fibrosis). Gangguan respirasi menjadi salah satu sindrom yang paling menantang pada GERD (Clarett dan Hachem, 2018). Sangat penting untuk melakukan screening alarm symptoms pada pasien GERD yang kemudian akan menentukan apakah pasien perlu menjalani endoskopi atau tidak.

Referensi:

Clarrett DM & Hachem C. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Mo Med. 2018 115(3):214–8.

Ekawardana, Fajri, Ridha Andayani dan Sri Rezeki. 2017. Laju Aliran Saliva Tanpa Stimulasi Pada Pasien Terindikasi Gasrtoesophageal Reflux Disease (GERD) Di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Banda Aceh. Journal Caninus Denstistry, 2(1) 7-8.

Mikami DJ and Murayama KM. Physiology and Pathogenesis of Gastroesophageal Reflux Disease. Surg Clin North Am 2015;95(3):515-25.

Tack J and Pandolfino JE. Pathophysiology of Gastroesophageal Reflux Disease. Gastroenterology 2018;154(2):277- 88.

Penulis: Rizqi Nur Rahma (Airlangga Nursing Journalist)
Editor: Inaya Nur Khofifah (Airlangga Nursing Journalist)

Pin It
Hits 1608

Berita Terbaru