INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Tuberkulosis pada Anak

  • By Salwa Az Zahra
  • In Lihat
  • Posted 30 July 2022

Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Tuberkulosis. Umumnya, setelah masuk ke dalam tubuh melalui rongga pernapasan, bakteri ini akan menuju ke paru-paru. Tetapi bukan hanya di paru-paru, bakteri ini juga dapat menuju organ tubuh lain, seperti ginjal, limpa, tulang, dan otak (Apriliasari dkk, 2018). Tuberkulosis paru pada anak adalah penyakit tuberculosis paru yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun (Kemenkes RI, 2016).

Beberapa perbedaan antara tuberkulosis pada anak dengan tuberkulosis pada orang dewasa adalah lokasi tuberkulosis pada anak terdapat pada setiap bagian paru, sedangkan pada orang dewasa terdapat di daerah apeks dan infra klavikuler, pada anak terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada orang dewasa tanpa pembesaran kelenjar limfe regional, pada anak penyembuhan dengan perkapuran, sedangkan pada orang dewasa dengan fibrosis, pada anak lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi penyebaran hematogen (Tuberkulosis, 2014).

Tuberkulosis (TBC) yang juga dikenal dengan TB, merupakan suatu penyakit paru-paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Kuman TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyerang tulang, usus atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan dari percikan ludah yang keluar penderita TBC, ketika berbicara, batuk, atau bersin. TBC lebih rentan menyerang pada seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah, misalnya penderita HIV (Sangadji & Kuswanto, 2017).

Gejala klinis TB pada anak dapat berupa gejala sistemik atau umum atau sesuai organ terkait. Gejala umum TB pada anak yang sering dijumpai adalah batuk persisten, berat badan turun atau gagal tumbuh, demam lama serta lesu dan tidak aktif. Gejala-gejala tersebut sering dianggap tidak khas karena juga dijumpai pada penyakit lain. Namun demikian, sebenarnya gejala TB bersifat khas, yaitu menetap (>2 minggu) walaupun sudah diberikan terapi yang adekuat (misalnya antibiotika atau anti malaria untuk demam, antibiotika atau obat asma untuk batuk lama, dan pemberian nutrisi yang adekuat untuk masalah berat badan) (Kemenkes, 2016).

Diagnosis TB Anak, dalam menegakkan diagnosis TB anak, semua prosedur diagnostik dapat dilaksanakan, namun apabila dijumpai keterbatasan sarana diagnostik, dapat menggunakan suatu pendekatan lain yang dikenal sebagai sistem skoring. Sistem skoring tersebut dikembangkan diuji coba melalui tiga tahap penelitian oleh para ahli, yaitu IDAI, Kemenkes dan didukung oleh WHO.

Penilaian atau pembobotan pada sistem skoring dengan ketentuan sebagai berikut : Parameter uji tuberkulin dan kontak erat dengan pasien TB menular mempunyai nilai tertinggi yaitu 3. Uji tuberkulin bukan merupakan penentu utama untuk menegakkan diagnosis TB pada anak dengan menggunakan sistem skoring. Pasien dengan jumlah skor ≥6 harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat OAT.

Referensi:

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogja: Penerbit Mediaction.

Apriliasari, R., Hestiningsih, R., Martini, & Udiyono, A. (2018). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU PADA ANAK (STUDI DI SELURUH PUSKESMAS DI KABUPATEN MAGELANG). JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 6, Nomor 1, Januari, 298-307.

Kemenkes RI. (2019). TB Anak. KEMENKES RI.

Tuberkulosis. (2014). Universitas Sumatera Utara, 1(2), 6–38.

Penulis: Rizqi Nur Rahma (Airlangga Nursing Journalist)
Editor: Lailatul Yusnida (Airlangga Nursing Journalist)

Pin It
Hits 1704

Berita Terbaru