INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

FENOMENA KETIDAKPATUHAN PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP PENGOBATAN PENYAKIT

  • By USI_FKp
  • In Lihat
  • Posted 21 December 2022

Hipertensi merupakan penyakit kronis yang paling sering dialami oleh orang-orang dewasa di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Laporan penelitian terbaru menyebutkan bahwa negera Indonesia merupakan negera penyumbang angka penderita hipertensi tertinggi ke-4 di dunia setelah Cina, India, dan Rusia (Forouzanfar et al., 2017). Hal tersebut seolah terkonfirmasi dalam laporan lima tahunan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang termuat dalam Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) penduduk Indonesia tahun 2018, dimana apabila laporan tersebut dikomparasikan dengan laporan periode sebelumnya, yakni pada tahun 2013, terlihat jelas perbedaan peningkatan angka penderita hipertensi yang begitu signifikan, yakni dari 25,8% meningkat menjadi 34,1% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Tingginya angka penderita hipertensi di dunia, baik di Indonesia maupun di negara-negara belahan dunia lainnya telah menjadi konsen pemangku kebijakan untuk melakukan serangkaian upaya untuk mengatasi peristiwa tersebut.
Merupakan pengetahuan umum dan juga telah banyak diketahui orang bahwa seseorang dikatakan mengidap hipertensi apabila hasil pengukuruan tekenan darah sistolik dan diastoliknya melebihi 140/90 mmHg, dan apabila hanya salah satu diantara keduanya yang mengalami peningkatan tekanan, maka hipertensi sudah dapat ditegakan. Hipertensi merupakan penyakit yang tidak mempunyai karakteristik gejala tertentu yang spesifik, yang identik dan khas dari hipertensi itu sendiri, sehingga membuat hipertensi didaulat sebagai penyakit “pembunuh berdarah dingin”. Karakteristik penyakit tersebutlah yang membuat penderita merasa sehat dan membuat penderita yakin bahwa dirinya tidak sedang menderita suatu penyakit tertentu, peristiwa ini malah justru membahayakan penderita, karena hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan beberapa gangguan yang sangat membahayakan penderita, seperti halnya gangguan pada pembuluh darah yang dapat menyebabkan stroke, gangguan pada jantung yang dapat menyebabkan serangan jantung, gangguan pada ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal, dan berbagai gangguan-gangguan lainnya begantung pada organ mana yang terkena dampak dari penyakit hipertensi itu sendiri, dan yang lebih parah lagi dari dampak yang ditimbulkan oleh hipertensi yang tidak terkontrol adalah kematian.
Oleh karena hipertensi tidak memiliki karakteristik gejala yang spesifik sehingga membuat penderita merasa bahwa dirinya sedang sehat dan merasa tidak memerlukan suatu pertolongan medis akan kesehatannya membuat praktik ketidakpatuhan akan pengobatan penyakit hipertensi menjadi masalah yang paling sering dijumpai dibanyak negara, tidak terkecuali di Indonesia. Laporan Kementerian Kesehatan yang termuat dalam Riskesdas 2018 menyebutkan bahwa sebagian besar (59,8%) penderita hipertensi yang tidak patuh terhadap pengobatan penyakitnya mengutarakan alasan yang demikian. Hal tersebut oleh beberapa peneliti disorot sebagai praktik kepatuhan dalam pengobatan hipertensi yang rendah. Fenomena ini dipandang sebagai masalah kesehatan yang serius, sebab praktik ketidakpatuhan akan pengobatan hipertensi akan menciptakan hipertensi yang tidak terkontrol dan akan menyebabkan perburukan derajat kesehatan penderitanya. Dilaporkan sebanyak 7,5 juta kematian dan 21,5 juta orang mengalami kecacatan akibat dari fenomena tersebut (GBD 2016 Risk Factors Collaborators, 2017; Roth et al., 2020), angka ini diproyeksikan akan terus meningkat seiring dengan penderita hipertensi yang terus abai dan tidak mengontrolkan hipertensinya serta tidak patuh terhadap praktik pengobatan hipertensi yang telah dianjurkan. Praktik kepatuhan terhadap pengobatan penyakit merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh penderita hipertensi, meskipun tindakan ini bukan merupakan tatalaksana utama dari manajemen penyakit hipertensi, namun tindakan ini merupakan tindakan yang paling efektif dan efesien untuk menurunkan tekanan darah penderita hipertensi dalam waktu yang cukup singkat, sehingga dengan patuhnya penderita terhadap pengobatan penyakit yang dianjurkan akan membuat penderita terbebas dari ancaman perburukan derajat kesehatan dan kematian akibat hipertensi.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan penderita hipertensi dalam mengikuti anjuran pengobatan penyakit. Salah satu upaya yang digalakkan dan menjadi konsen pemangku kebijakan kesehatan diseluruh dunia dalam meningkatkan angka kepatuhan penderita hipertensi dalam pengobatan penyakit adalah dengan memberdayakan masyarakat untuk turut serta aktif dalam pengendalian penyakit hipertensi. Hasil riset yang berfokus mengkaji hal tersebut menyatakan bahwa upaya tersebut dinilai cukup efektif dalam hal pengendalian penyakit hipertensi di masyarakat, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan dukungan yang diperlukan penderita hipertensi untuk patuh dalam pengobatan penyakitnya, dalam hal ini adalah keluarga (Fauzi, Efendi & Mustakim, 2020).
Namun, dilain sisi ketidakpatuhan penderita hipertensi terhadap pengobatan penyakit merupakan suatu hal yang kompleks, artinya ketidakpatuhan pendertia hipertensi terhadap pengobatan penyakit hipertensinya dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh sebab itu, memahami kepatuhan pengobatan penyakit hipertensi yang dicerminkan oleh penderita hipertensi secara holistik mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya pengendalian penyakit hipertensi. Pasalnya, selain memang faktor masyarakat dalam hal ini adalah dukungan seperti yang telah disebutkan, faktor-faktor lain seperti halnya keparahan penyakit, efek samping obat, sosial-ekonomi, akses ke pelayanan kesehatan, ketersediaan obat, keyakinan penderita, pengetahuan, motivasi, kepribadian penderita, komunikasi tenaga kesehatan dan penderita, dan berbagai faktor lainnya yang berkesinambungan mempunyai peran yang tidak kalah pentingnya dalam upaya meningkatkan praktik kepatuhan penderita hipertensi dalam pengobatan penyakit.
Mengingat fakta yang disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui laporan Riskesdas, maka pemahaman secara holistik akan beberapa faktor yang menjadi penyebab ketidakpatuhan penderita hipertensi dalam praktik pengobatan penyakit sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan angka kepatuhan penderita hipertensi dalam hal pengobatan penyakit, harapannya dengan upaya tersebut permasalahan fudamental dari ketidakpatuhan penderita hipertensi terhadap pengobatan hipertensi dapat ditemukan solusinya, sehingga program yang dibentuk dapat tepat sasaran yakni meningkatkan kepatuhan penderita hipertensi dalam pengobatan penyakit, dengan begitu ancaman nyata dari perburukan kondisi akibat hipertensi yang tidak terkontrol mampu diminimalisir.

Pin It
Hits 349

Berita Terbaru