INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

INTERVENSI BERBASIS MINDFULNESS DALAM MENCEGAH TERJADINYA BURNOUT

  • By USI_FKp
  • In Lihat
  • Posted 23 December 2022

Fenomena Burnout
Pada beberapa dekade ini telah terjadi peningkatan yang signifikan terhadap terjadinya stres kerja dan burnout pada tenaga medis, khususnya perawat yang bekerja di rumah sakit (Kline et al., 2020). Emosi, kelelahan fisik, dan psikis perawat dapat menumpuk selama bertahun-tahun, yang secara bertahap dapat mengikis kesejahteraan. Hal ini dapat menyebabkan perasaan depresi, ketidakpuasan, dan depersonalisasi dimana proses ini disebut dengan burnout (Horn & Johnston, 2020). Burnout merupakan sindrom kelelahan psikologis, sinisme, dan ketidakefisienan, yang disebabkan oleh adanya respon kronis terhadap stressor pekerjaan, yang terdiri dari tiga dimensi yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, dan kurangnya pencapaian pribadi (Maslach & Leiter, 2016).
Stres dan burnout terhadap pekerjaan memiliki frekuensi yang tinggi pada tenaga kesehatan, prevalensi terjadinya burnout pada profesi perawat itu sendiri dapat mencapai 40% (Duarte & Pinto-Gouveia, 2016). Berdasarkan hasil penelitian pada 172 perawat di Norwegia, sebanyak 83% melaporkan masalah tentang kesehatan dan kualitas hidup dan 75% melaporkan kelelahan / burnout (Ro et al., 2010).

Dampak Buruk Terjadinya Burnout
Terjadinya burnout dalam jangka panjang akan mempengaruhi kesehatan mental dan fisik perawat. Burnout meningkatkan kondisi terjadinya ketidakseimbangan endokrin, penurunan imunitas, depresi, dan ansietas sehingga akan mempengaruhi kualitas perawatan yang diberikan (Xie et al., 2020). Burnout dapat menurunkan kualitas pelayanan yang diberikan dan meningkatkan terjadinya turnover pada staf perawat (García-Magariño, Plaza, & Neri, 2019; Suyi, Meredith, & Khan, 2017). Burnout dan tingginya angka turnover pada perawat dapat menyebabkan terjadinya lingkungan kerja yang negatif, perawatan pasien yang kurang optimal, dan peningkatan biaya kesehatan oleh pasien (Adams, Hollingsworth, & Osman, 2019).

Mengatasi Burnout dengan Mindfulness
Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengelola burnout, seperti manajemen waktu, resolusi konflik, ketrampilan komunikasi, dukungan sosial, humor, spiritualitas, meditasi, olahraga, yoga, dan pijat. Salah satu teknik manajemen stres yang semakin meningkat penggunaannya adalah konsep mindfulness (Sharma & Rush, 2014). Mindfulness merupakan cara seseorang dalam memusatkan perhatian terhadap apa yang terjadi dengan sadar dan tanpa adanya penilaian terhadap peristiwa-peristiwa atau situasi yang sedang dialami. (Davis & Hayes, 2011).
Latihan mindfulness dapat dilakukan dengan langkah-langkah STOP (stop, take deep and mindfull breaths, observe the present moment, dan proceed with a smile, yaitu:
1) Stop
Berhenti sementara dari apa yang sedang dipikirkan dan dilakukan saat ini. Kemudian secara pelahan-lahan mengembalikan perhatian pada kondisi saat ini.
2) Take deep and mindfull breaths
Ambil posisi duduk tegak, disandarkan bantal. Tarik napas dalam secara perlahan-lahan, lakukan 3 kali napas panjang. Atur pernafasan dan rasakan udara mengalir ke dada kita. Ucapkan dalam hati “Tarik Nafas” saat menarik nafas dan “Lepaskan” saat mengeluarkan nafas agar membantu kita untuk berkonsentrasi. Lakukan berulang kali sampai benar-benar merasa rileks.
3) Observe the present moment
Mengobservasi kondisi yang sedang terjadi saat ini, yang meliputi suara, penglihatan, dan sensasi yang dilakukan selama 20 menit. Hal ini dapat membantu melepaskan diri dari pikiran yang sibuk dan mengalihkan perhatian untuk beristirahat dan bersantai.
4) Proceed with a smile
Melakukan pekerjaan apapun dengan senyuman. Tersenyum dapat membantu tubuh dan pikiran menjadi lebih rileks, memfasilitasi terbentuknya pikiran positif, dan meningkatkan hubungan interpersonal.
Melalui pelatihan mindfulness tenaga kesehatan dapat lebih meningkatkan rasa percaya diri dalam mengatasi emosi negatif, meningkatkan efikasi diri dan harga diri, serta dapat menerima karakter-karakter khusus diri mereka sendiri dan orang lain, yang dapat membantu mengatasi konflik (Barattucci et al., 2019). Keterampilan mindfulness, seperti bertindak dengan kesadaran, tidak menghakimi, dan non-reaktivitas terhadap pengalaman batin dapat memberikan hasil yang lebih baik pada stres, gejala stres pasca trauma, kepuasan, kelelahan, dan burnout pada perawat (Wylde et al., 2017).

Pin It
Hits 613

Berita Terbaru