Reels vs Realita: Jebakan Gaya Hidup Digital dan Risiko Diabetes pada Remaja

  • By Nandyta Putri Rahmadhani
  • In Lihat
  • Posted 01 July 2025

 Di era digital, media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube Reels menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Konten singkat yang menarik, estetika gaya hidup yang glamor, hingga tren makanan viral, semua dikemas dengan apik untuk konsumsi publik. Namun, di balik layar, gaya hidup digital ini menyimpan jebakan yang tak disadari, yaitu meningkatnya risiko penyakit tidak menular, seperti diabetes melitus tipe 2, pada usia muda.

Remaja kini cenderung menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar, entah untuk menonton, bermain gim, atau bersosialisasi secara virtual. Aktivitas fisik pun menurun drastis, tergantikan oleh gaya hidup sedentari. Tanpa disadari, pola hidup minim gerak ini berkontribusi pada peningkatan berat badan, resistensi insulin, dan penurunan metabolisme, yang menjadi faktor risiko utama berkembangnya diabetes melitus tipe 2.

Selain kurang gerak, konten digital juga mendorong konsumsi berlebih terhadap makanan tinggi gula dan lemak. Tren mukbang, minuman boba, dan makanan cepat saji yang tampak "Instagramable" menjadi kebiasaan konsumsi baru yang tidak sehat. Ironisnya, meskipun sadar akan pentingnya kesehatan, banyak remaja tetap terjebak dalam gaya hidup ini demi eksistensi digital dan mengikuti arus tren.

Realita yang sering tersembunyi adalah bahwa diabetes tipe 2 kini tak hanya menyerang orang dewasa. Data menunjukkan peningkatan prevalensi pada usia remaja akibat gaya hidup tidak sehat. Gejala seperti sering haus, mudah lelah, dan luka yang sulit sembuh sering kali diabaikan karena kurangnya edukasi kesehatan di kalangan remaja.

Maka dari itu, penting bagi remaja untuk lebih kritis terhadap konten yang dikonsumsi, menyeimbangkan waktu layar dengan aktivitas fisik, serta memilih pola makan sehat. Edukasi berbasis digital yang kreatif dan relevan dengan dunia remaja bisa menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kesadaran. Ingat, tidak semua yang viral di reels baik untuk kesehatan. Saatnya memilih realita yang sehat dibanding jebakan gaya hidup digital.

Peran keluarga, sekolah, dan tenaga kesehatan juga sangat penting dalam membentuk lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat remaja. Keterlibatan orang tua dalam memantau penggunaan gawai, menyediakan makanan bergizi di rumah, serta mendorong aktivitas fisik dapat menjadi langkah awal yang signifikan. Di sisi lain, sekolah perlu memasukkan literasi digital dan kesehatan sebagai bagian dari kurikulum agar remaja mampu memilah informasi dan tren secara bijak. Tenaga kesehatan, khususnya perawat dan bidan di puskesmas, juga dapat aktif melakukan skrining dini dan edukasi rutin tentang diabetes dan gaya hidup sehat di kalangan pelajar.

 

Penulis: Kelompok 2
Editor: Nandyta Putri Rahmadhani (Airlangga Nursing Journalist)

Pin It
Hits 164