INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Mendukung Perawat dan Nakes Lainnya Selama Wabah Covid-19

  • By
  • In Lihat
  • Posted 24 March 2020
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 734

Saat perawat dan tenaga kesehatan (Nakes) lainnya tengah berjuang memberikan pelayanan kesehatan terbaik di lini depan, khususnya selama masa menghadapi pandemi dunia Covid-19, pernyataan miring sekaligus merendahkan profesi perawat kembali muncul dan merebak. seorang pejabat yang merupakan representasi pemerintah, mengatakan dengan gegabah kalau perawat itu seperti “Room Boy” di sebuah hotel. Sangat disayangkan, pernyataan itu keluar dari mulut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kemenkes RI sekaligus sebagai juru bicara penanganan Covid-19 di Indonesia, Achmad Yurianto.

Respons perawat Indonesia sontak bermunculan. Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) langsung memberi tanggapan tegas dengan mengirim surat kepada Menteri Kesehatan RI, supaya menegur salah satu staf-nya itu dan segera meminta maaf kepada perawat (RMOL.ID, 2020). Upaya protes tersebut juga didukung hampir seluruh perawat Indonesia yang ditunjukkan ungkapan hati mereka lewat media sosial, maupun lewat gerakan penandatangan petisi secara daring.

Sejak dulu, profesi perawat memang acap dipandang sebelah mata oleh sebagian pihak. Perawat masih dianggap sebagai pembantu profesi lain seperti dokter. Gambaran buruk itu juga sering ditunjukkan dalam film atau sinetron yang pada umumnya menunjukkan betapa tidak berdayanya perawat ketika berhadapan dengan profesi lain. Ia digambarkan sebagai sosok yang paling penurut sekaligus penakut di hadapan dokter. Kemampuannya dalam film hanya ditunjukkan sebagai orang yang terlihat panik; terburu-buru mendorong brankar pasien; dan melarang keluar pasien untuk masuk ke dalam ruang tindakan medis atau perawat. Belum lagi ditambah stigma lain yang ditunjukkan dalam film horor. Baru kali itu perawat dijadikan pemeran utama dalam film, eh, perannya hanya menjadi hantu seperti Suster Ngesot, Suster Keramas, dll.

Apakah posisi profesi perawat memang serendah itu? Terlepas dari berbagai kabar buruk tadi, sebenarnya masih begitu banyak hal positif yang dilakukan perawat dalam sistem pelayanan kesehatan, hanya mungkin saja belum dikenal banyak orang.

Lembaga kesehatan dunai, WHO (Wolrd Healh Organization) lebih cepat menyadari peran perawat yang begitu urgen dalam tatanan pelayanan kesehatan. Makanya tidak heran bila Majelis Kesehatan Dunia tersebut dengan kesadaran yang tinggi, menetapkan 2020 sebagai tahun perayaan khusus untuk perawat dan bidan (Year of the Nurse and the Midwife 2020). Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros A. Ghebreyesus, menegaskan bahwa perawat dan bidan merupakan tulang punggung setiap sistem kesehatan.

Perayaan khusus tersebut tentunya bertujuan untuk memberi apresiasi yang tinggi bagi perawat dan bidan atas dedikasinya dalam upaya menyediakan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Perawat dan bidan diakui sangat berperan dalam hal perawatan ibu dan anak; pemberian imunisasi dan promosi atau pendidikan kesehatan yang menyelamatkan banyak jiwa; merawat lansia dan pemenuhan kebutuhan dasar pasien dalam pelayanan sehari-hari.

Bukti nyata perjuangan perawat maupun nakes lainnya makin terlihat ketika perhatian mata dunia tertuju pada wabah Covid-19. Banyak berita dan laporan penelitian dari China, --yang dianggap telah “menang” menghadapi virus yang mengakibatkan radang paru-paru tersebut-- tentang bagaimana perjuangan perawat dan nakes lainnya.

Sebuah laporan yang ditulis Wang, Zhou, & Liu, (2020) menyebutkan, dalam sebuah survei distribusi petugas kesehatan di Guandong-China ketika menangani pasien Covid-19, sebagian besar didominasi perawat dengan persetanse sekitar 60% dan sisanya pertugas kesehatan lain.

Perawat dan nakes lainnya menghadapi dua tekanan utama dalam situasi wabah seperti ini. Pertama, beban penyakit Covid-19 yang menginfeksi banyak orang tidak berbanding dengan kemampuan sumber daya dan sistem kesehatan yang tersedia. Kedua, kekhawatiran akan dampat buruk bagi petugas kesehatan, termasuk risiko infeksi (Adams & Walls, 2020).

Terdapat banyak alasan kenapa petugas kesehatan paling berisiko terinfeksi. Wang et al., (2020) merangkumnya sebagai berikut: (1) Kurang memadainya ketersediaan dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada masa awal epidemi; (2) Terjadinya pajanan jangka waktu yang lama dengan pasien terinfeksi dalam jumlah besar; (3) Kekurangan APD juga menjadi masalah yang serius; dan (4) Tidak semua tenaga kesehatan memahami atau terbiasa menghadapi penyakit menular (tidak punya cukup waktu untuk pelatuhan yang memadai sehingga perlu bimbingan senior).

Berdasarkan laporan Wu & McGoogan, (2020), situasi yang dialami oleh petugas kesehatan di China ketika “melawan” Covid-19, paling tinggi yang mengalami infeksi terjadi di Wuhan (kota pusat munculnya virus Corona pertama kali) dengan persentase 63% (1080 dari 1716). Wilayah lain sebanyak 3,8% atau 1716 orang dari 44.672 orang. Dari jumlah tersebut, kasus yang diklasifikasikan parah atau krisis sebanyak 14,8% (247 dari 1668) dan 5 orang dilaporkan meninggal dunia.

Berbagai data dan informasi tersebut sudah cukup menegaskan peran dan risiko yang akan dihadapi oleh petugas kesehatan dalam menangani pasien Covid-19. Tanpa dukungan yang baik dari semua pihak, mereka bisa saja rapuh dan mengakibatkan sistem pelayanan kesehatan akan lumpuh. Hal tersebut sangat berbahaya karena ketersediaan pelayanan kesehatan yang memadai mendukung tingkat kesembuhan dan keselamatan pasien Covid-19. Hu et al., (2020) dalam penelitiannya menyimpulkan, ketidakmampuan menanggapi keadaan darurat yang disebabkan oleh sumber daya layanan kesehatan (nakes) yang relatif langka menjadi faktor penting yang berkontribusi terhadap angkat kematian akibat penyakit menular yang lebih tinggi di daerah dengan tingkat ekonomi yang lebih rendah. 

Sebelum kita terlambat, selain mengikuti saran pemerintah terkait tindakan pencegahan, sebaiknya bersatu padu untuk mendukung petugas kesehatan yang kita miliki, termasuk perawat. Berikut beberapa cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk mendukung kerja mereka.

Pertama, tumbuhkan rasa percaya pada nakes kita; bahwa mereka juga memiliki kemampuan yang sama dengan nakes di belahan dunia mana pun. Nakes Indonesia juga bisa menghadapi wabah ini tahap demi tahap dengan bantuan pemerintah dan kerja sama masyarakat.

Kedua, beri dukungan kepada nakes baik secara moril dan materiil, disesuaikan dengan kemampuan kita. Bisa dilakukan secara sederhana dengan gambar dan kalimat positif yang menyemangati mereka. Tidak perlu lagi mengeluarkan kata atau kalimat yang justru menyinggung perasaan mereka, seperti yang sering dialami perawat.

Ketiga, bantu nakes kita dengan tidak ikut menimbun barang kebutuhan pokok, khususnya masker, handsanitizer, dan alat kesehatan lainnya. Kalau kita punya stok, mohon dijual dengan harga yang wajar.

Keempat, bantu nakes dengan mengikuti saran pemerintah untuk lebih banyak beraktivitas di rumah selama masa karantina mandiri berlangsung. Tetap praktikan metode pencegahan yang sudah banyak disebarkan oleh lembaga berwenang (Kemenkes, Dinkes, dll).

Bila ada yang mengalami gejala demam, batuk, pilek dan sesak napas; ikuti alur pemeriksaan ke rumah sakit. Kalau pernah kontak dengan pasien positif Covid-19 atau pernah berkunjung ke daerah endemis (tempat yang jadi pusat penyebaran Covid-19) dalam 14 hari terkahir, maka hubungi nomor telepon rumah sakit yang ditunjuk sebagai RS rujukan untuk penyakit ini. Tanyakan dulu bagaiman prosedur untuk bisa mendapatkan pelayanan di sana. Jika tidak ada kemungkin kontak dengan orang atau lingkungan yang berisiko, bisa mencari pertolongan ke dokter atau pelayanan kesehatan terdekat dan tetap mengisolasi diri di rumah untuk beristirahat yang cukup.

Kelima, ikuti terus informasi yang disampaikan oleh pemerintah (Kemenkes RI) atau pemerintah daerah setempat yang telah menyediakan layanan khusus untuk menangani masalah Covid-19 ini. Sebisa mungkin membaca dan membagikan informasi yang resmi dari lembaga berwenang, supaya kabar hoaks yang kadang bombastis dan mengkhawatirkan bisa diredam.

Masih banyak cara sederhana lain yang intinya membangun kerja sama yang baik dengan semua pihak. Kita tidak bisa mempertahankan ego atau terus-terusan bertentangan seperti ketika masa pilpres atau pilkada dulu. Ini masalah kesehatan, bukan politik. Kita bisa melewati wabah ini dengan baik hanya bila kita saling bekerja sama; salaing menjaga.

Pada tanggal 17 Maret 2020 kemarin, perawat Indonesia yang tergabung dalam organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) merayakatan HUT yang ke-46. Tema yang diusung cukup menarik untuk direnungkan, “Perawat Kuat, Rakyat Sehat.”

Mari kita terus mendukung perawat dan nakes kita agar tetap kuat menghadapi tantangan wabah terkini. Selagi masih dalam momen HUT PPNI tersebut, mari kita sekali lagi mengucapkan, “Terima kasih dan selama HUT PPNI untuk seluruh perawat Indonesia, jangan pernah lelah merawat bangsa.”

Penulis: Saverinus Suhardin, S.Kep.,Ns
(Perawat Kesehatan Komunitas FKp Unair)

Sumber Bacaan:

Adams, J. G., & Walls, R. M. (2020). Supporting the Health Care Workforce During the COVID-19 Global Epidemic. Jama, 60611, 2–3. https://doi.org/10.1001/jama.2020.3972
Hu, J., Zhang, Z., Wang, W., Zhang, Y., Tian, J., Shao, N., … Tao, Z. (2020). Scarce Health-care Resources and Higher Case-fatality Rates Early in Epidemic : Analysis of Hospitalized Patients with COVID-19 in Tianmen. The Lancet Global Health. Retrieved from https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=3548748
RMOL.ID. (2020). Dipandang Rendahkan Profesi Perawat, PPNI Tuntut Permintaan Maaf Jubir Covid-19. Retrieved March 19, 2020, from RMOL.ID website: https://nusantara.rmol.id/read/2020/03/19/426115/dipandang-endahkan-profesi-perawat-ppni-tuntut-permintaan-maaf-jubir-covid-19
Wang, J., Zhou, M., & Liu, F. (2020). Exploring the reasons for healthcare workers infected with novel coronavirus disease 2019 (COVID-19) in China. The Journal of Hospital Infection. https://doi.org/10.1016/j.jhin.2020.03.002
WHO. (2020). Year of the Nurse and the Midwife 2020. Retrieved March 19, 2020, from WHO website: https://www.who.int/news-room/campaigns/year-of-the-nurse-and-the-midwife-2020
Wu, Z., & McGoogan, J. M. (2020). Characteristics of and Important Lessons From the Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Outbreak in China: Summary of a Report of 72 314 Cases From the Chinese Center for Disease Control and Prevention. Jama, 2019, 3–6. https://doi.org/10.1001/jama.2020.2648

 

Pin It
Hits 1325

Berita Terbaru