INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

COVID-19 Masih Bergeming? Protokol Kesehatan untuk Penderita Spondilitis TB Makin Penting!

  • By
  • In Lihat
  • Posted 28 August 2020
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 734

Saat ini persebaran virus COVID-19 masih saja menunjukkan peningkatan. Informasi per tanggal 24 Agustus 2020 yang disampaikan oleh Satgas Penanganan COVID-19 RI melalui data situs Covid19.go.id., terdapat 155.412 kasus positif dengan jumlah kasus sembuh sebanyak 111.060 dan 6.759 kasus meninggal dunia. Berdasarkan sejumlah kasus yang ditemukan, individu dengan penyakit seperti spondilitis TB kemungkinan akan lebih rentan terhadap paparan virus COVID-19 dan akan meningkatkan kondisi penyakit yang lebih buruk. Menyadari ancaman tersebut, maka protokol kesehatan pada pasien spondilitis TB juga harus lebih diperhatikan.

Jika kita telusuri, sebenarnya penyakit TB ini sudah lama menjadi kasus di Indonesia jauh sebelum ditemukan kasus COVID-19. Bahkan berdasarkan laporan WHO, Indonesia adalah penyumbang terbesar ketiga setelah India dan China yaitu dengan penemuan kasus baru 583.000 orang pertahun, kasus TB menular 262.000 orang dan angka kematian 140.000 orang pertahun. Salah satu jenis TB yang cukup berbahaya adalah spondilitis TB, dimana memiliki distribusi di seluruh dunia dengan prevalensi yang lebih besar pada negara berkembang.

Apa itu spondilitis TB? Spondilitis TB adalah infeksi tuberkulosis ekstrapulmonal yang mengenai satu atau lebih tulang belakang. Spondilitis TB merupakan bentuk paling berbahaya dari tuberkulosis muskuloskeletal karena dapat menyebabkan kerusakan pada tulang, deformitas atau perubahan struktur dan bentuk pada tulang serta paraplegia atau kelumpuhan.

Bagaimana tanda dan gejala dari spondilitis TB? Tanda dan gejala spondilitis TB biasanya tanpa nyeri (indolen). Pada pasien spondilitis TB juga menunjukkan gejala malaise atau perasaan tidak enak badan, penurunan berat badan, keringat malam, dan kenaikan suhu tubuh di sore hari. Selain itu, nyeri punggung belakang dan kaku saat bergerak juga bisa sebagai keluhan awal penyakit,

Gaya Hidup Sehat, Pencegahan COVID-19 Paling Tepat!

Cara mencegah terpaparnya COVID-19 untuk pasien ataupun mantan pasien TB adalah dengan bergaya hidup sehat. Gaya hidup sehat tersebut dapat dilakukan, antara lain dengan menerapkan etika batuk dan bersin, rajin mencuci tangan dengan air dan sabun selama 60 detik atau cairan pembersih tangan (minimal 60% alcohol), menghindari untuk menyentuh wajah (mata, hidung dan mulut), menghindari bersalaman, menjaga jarak lebih dari 1 meter dengan orang lain, menghindari keramaian untuk sementara waktu dan disarankan untuk membatasi aktivitas di luar rumah. Untuk etika batuk yang sesuai dengan protokol kesehatan dapat dilakukan dengan cara menggunakan masker, menutup hidung dan mulut dengan menggunakan lengan atau juga dapat menggunakan tisu atau sapu tangan. Jika menggunakan tisu segera buang tisu yang sudah dipakai. Terakhir, cuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun selama 60 detik.

Selain itu, gaya hidup sehat juga dapat diterapkan dengan memakan makanan yang bersih disertai dengan gizi yang seimbang dan banyak mengandung anti oksidan, seperti buah, sayur, dan kacang- kacangan, karena makanan tersebut dapat membantu proses pencegahan radikal bebas yang dapat mengganggu sistem kerja imun, serta minum air putih yang cukup. Selain menjaga pola makan, gaya hidup sehat yang juga harus diterapkan yaitu membuka jendela agar rumah mendapatkan cukup sinar matahari dan udara segar, menjemur alas tidur agar tidak lembab, berolahraga secara teratur, istirahat yang cukup, hindari stress dan tentunya tidak merokok serta minum alkohol.

Menjalankan gaya hidup sehat tentunya tidak mudah karena akan banyak kendala yang dihadapi, seperti rasa malas yang timbul dari dalam diri dan terkadang kita juga menyepelekan pentingnya menjaga kesehatan. Tapi jangan khawatir, semua kendala dapat kita atasi dengan niat yang kuat dari dalam diri. Jika sudah ada niat, maka selanjutnya adalah memiliki kemauan, dengan begitu akan terwujud gaya hidup sehat yang kita inginkan.

Harapan dari dilakukanya gaya hidup sehat, pasien ataupun mantan pasien spondilitis TB dapat terhindar dari terpajannya virus COVID-19 sehingga prevalensi keduanya di Indonesia tidak terus mengalami peningkatan. Harapan tersebut juga sejalan dengan salah satu program Indonesia yaitu Stop TB Indonesia.

Oleh:

Dosen Pembimbing: Dr. Ninuk Dian K., S.Kep.Ns., M.ANP

Kelompok 8 PKK 1 A-2018 FKp UNAIR

 

Sumber Bacaan :

Adityo Susilo, dkk. Coronavirus Disease 2019. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. Vol. 7, No. 1, Maret 2020

Covid19.go.id. (2020, 24 Agustus 2020). Data Sebaran Indonesia. Diakses pada 24 Agustus 2020, dari https://covid19.go.id/

Fadli, dkk. 2020 Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Tenaga Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Covid-19. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, volume 6 no. 1.

Kemkes RI. 2020. Jaga Diri dan Keluarga Anda dari Virus Corona – Covid-19. [Online] Tersedia pada : www. kemkes.go.id [Diakses 23 Agustus 2020]

Kusmiati, T. Narendrani, H.P. (2016). POTT'S Disease. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, RSUD Dr. Soetomo - Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Vol. 2 No. 3 September 2016.

Purniti PS, Subanada IB, Astawa P. Spondilitis Tuberkulosis. 2008;10(3).

Rahyussalim. 2018. Spondilitis Tuberkulosis: Diagnosis, Penatalaksanaan dan Rehabilitasi. Depok :Media Aesculapius

Sahputra, Roni Eka, Irsal Munandar. (2015). Spondilitis Tuberkulosa Cervical. Jurnal Kesehatan Andalas 4(2), halaman 641-643.

States, M. (2020). World Health Organization (WHO) Information Note Tuberculosis and COVID-19. (March).

Tutik Kusmiati, Hapsari Paramita Narendrani. POTT’S Disease. Jurnal Respirasi (JR), Vol. 2. No. 3 September 2016: 99−109

Yuliana. Wellness and Healthy Magazine. 2020;2(1)

Pin It
Hits 765

Berita Terbaru