INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Pentingnya Pengetahuan dan Kepedulian Dalam Menurunkan Angka Bunuh Diri

  • By
  • In Lihat
  • Posted 05 September 2020
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 738

Berita mengenai upaya bunuh diri sering kali kita baca. Faktanya bunuh diri sendiri menjadi penyebab kematian kedua pada kelompok usia 15-29 tahun yang terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah. Negara-negara di dunia telah berkomitmen untuk menurunkan 10% angka kematian karena bunuh diri pada tahun 2020, pernyataan ini terdapat pada action plan WHO mental health action 2013-2020.

Setiap tanggal 10 September kita akan memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, dengan adanya peringatan ini diharapkan masyarakat lebih peduli dan perhatian tentang kebutuhan orang yang berisiko bunuh diri, orang yang selamat dari upaya percobaan bunuh diri dan orang yang ditinggal karena bunuh diri. Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan mengungkapkan angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia tahun 2018 mencapai 0,71/100.000 penduduk atau 1.800 jiwa/tahun. Kematian akibat bunuh diri banyak terjadi pada usia muda dan produktif yaitu, 46% pada usia 25-49 tahun dan 75% pada usia produktif (15-64 tahun).

Pengertian dari bunuh diri sendiri adalah interaksi kompleks dari faktor-faktor genetik, organobiologik, psikologik dan sosiokultural. Sebenarnya bunuh diri dapat dicegah oleh semua anggota masyarakat, namun sebelumnya kita perlu mengetahui tanda-tanda atau faktor risiko dari individu yang rentan melakukan bunuh diri atau percobaan bunuh diri. Pentingnya komitmen, kepekaan, pengetahuan dan kepedulian terhadap orang lain, keyakinan bahwa hidup ini adalah anugerah harus dipelihara sebaik-baiknya sebagai modal awal dalam pencegahan tindakan bunuh diri.

Lalu apa sajakah tanda-tanda individu yang memiliki pemikiran untuk melakukan bunuh diri?
• Sering membicarakan tentang bunuh diri, menyakiti diri sendiri dan kematian
• Perasaan sedih dan moody yang ekstrem
• Mulai menarik diri dari teman, keluarga dan sahabat
• Adanya perubahan suasana hati yang parah
• Merasa putus asa atau terjebak di suatu masalah
• Konsumsi minuman keras meningkat
• Tidur jauh lebih lama dari biasanya atau malah memiliki masalah tidur
• Mudah marah yang tak terkendali
• Perilaku merusak atau menyakiti diri sendiri
• Mulai memberikan barang-barang pribadi untuk otang lain
• Mengatakan selamat tinggal pada orang-orang seolah mereka tak akan bersama lagi
• Berkembangnya perilaku cemas atau gelisah ketika mengalami beberapa tanda sebelumnya

Apabila kita menemukan individu dengan tanda-tanda diatas, jangan ragu untuk dekati dan tanyakan kondisinya. Terlihat sederhana, namun kepedulian inilah yang dapat menyelamatkan 1 nyawa. Pengetaghuan yang tepat, kepekaan serta kepedulian antar sesama akan menjadi strategi yang komprehensif dalam menurunkan tingginya angka kematian yang disebabkan bunuh diri.

Sumber:

Adam, M. (2012). Kajian Bunuh Diri. Slide Share E-book . Alsa, A. (2016). Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Amarullah, A. (2019, Desember 02). Kasus Bunuh Diri di Indonesia. Dipetik Agustus 25, 2020 Bunuh Diri, diakses tanggal 25 Agustus 2020; tersedia di http://lanalana.wordpress.com/2009/09/apa-alasan-remaja-bunuh-diri.

Kementrian Kesehatan RI. (2019). Situasi dan Pencegahan Bunuh Diri. Infodatin .

Organization, W. H. (2014). Preventing Suicide A Global Imperative. Luxembourg: WHO Library

Mayo Clinic. Diakses pada 2020.

Suicide and suicidal thoughts. NCBI. Diakses pada 2020.

Suicide Risk and Mental Disorders. Suicide Awareness Voices of Education. Diakses pada 2020. Mental Illness and Suicide.

 

Kontributor: Kelompok 1.5 PKK 3
Editor: Ida Sholihatun Nisa’(Airlangga Nursing Journalist)

Pin It
Hits 872

Berita Terbaru