INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

OPTIMALISASI KUALITAS HIDUP LANSIA SELAMA MASA PANDEMI COVID-19

  • By
  • In Lihat
  • Posted 05 September 2020
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 738

Lansia merupakan salah satu kelompok atau populasi berisiko (population at risk) yang semakin meningkat jumlahnya. Lansia identik dengan berbagai penurunan status kesehatan terutama status kesehatan fisik. Kondisi seperti itu sangat berpengaruh dalam masa pandemi COVID-19 ini. Orang lanjut usia atau lansia menjadi salah satu kelompok yang wajib mendapat perhatian lebih di masa pandemi COVID-19. Sebab, kelompok ini paling rentan terhadap virus corona penyebab Covid-19, terlebih jika memiliki penyakit lain seperti paru- paru dan jantung. Status kesehatan lansia yang menurun seiring dengan bertambahnya usia akan memengaruhi kualitas hidup lansia.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Gugus Tugas Penanganan COVID-19 sampai dengan 20 Juni 2020 persentase lansia yang terdampak COVID-19 yakni sebesar 13,8 % lansia positif, 11,7 % dirawat/diisolasi, 12,5 % sembuh, dan sebesar 43,7 % meninggal. Meskipun dari jumlah pasien positif dan dirawat/diisolasi persentasenya tidak terlalu tinggi untuk kelompok lansia, namun jumlah kematiannya merupakan yang tertinggi dibandingkan kelompok usia lainnya, yaitu mencapai 43,7%.

Kualitas hidup adalah kondisi fungsional lansia yang meliputi kesehatan fisik. Pada lansia, kesehatan baik jasmani dan rohani menjadi penentu dalam kualitas hidupnya. Hal ini menjadi suatu kendala dalam menentukan tingkat kesejahteraan lansia, sehingga jika lansia terkena COVID-19 sudah jelas bahwa akan terjadi penurunan kebutuhan hidup yang meliputi kebutuhan hidup seperti makanan yang mengandung gizi yang seimbang, kebutuhan aktivitas sehari-hari, kebutuhan akan rasa aman (psikologis), dan kebutuhan sosial. Oleh karena itu, perlu adanya cara atau langkah yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan kualitas hidup lansia di masa pandemi ini.

Optimalisasi kualitas hidup lansia di masa pandemi COVID-19 yang dibisa diterapkan antara lain :

1. Optimalisasi Kualitas Hidup Lansia: Aktivitas Fisik

Lansia merupakan kelompok rentan yang paling berisiko kematian akibat COVID-19, sehingga pencegahan penularan mulai dari tingkat individu, keluarga dan masyarakat menjadi sangat penting. Tentu ada perawatan atau pendekatan khusus terhadap lansia, ketika hanya bisa berada di rumah saja. Level aktivitas fisik yang tinggi berhubungan dengan kualitas hidup yang baik pada lansia, baik dalam skala kualitas kesehatan fisik maupun kualitas kesehatan mental. Oleh karena itu, perlu disusun suatu program aktivitas fisik yang sesuai pada lansia, disertai dukungan kebijakan dari pemerintah setempat dan sosialisasinya.

Aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh lansia dimasa pandemi COVID-19, yaitu: melakukan aktivitas fisik yang cukup di rumah, seperti olahraga ringan di dalam rumah menggunakan video tutorial, mengurus tanaman di sekitar rumah sambil berjemur di pagi hari, membuat kreativitas tangan untuk melatih motorik, membaca buku dan mengisi teka teki silang untuk mencegah penurunan kognisi, beribadah, memasak makanan yang disukai atau aktivitas lain yang menyenangkan. Selama melakukan aktivitas tersebut tentunya perlu untuk lansia tetap beraktivitas di rumah saja, menghindari keramaian, menjaga jarak (1 meter atau lebih) dengan orang lain, hindari bersentuhan, bersalaman atau bercium pipi, jauhi orang sakit, serta tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

2. Optimalisasi Kualitas Hidup Lansia : Status Gizi

Pandemi COVID-19 memiliki dampak yang sangat signifikan. Orang-orang harus menghabiskan lebih banyak waktu di rumah dan mungkin akan terjadi perubahan konsumsi makan menjadi kurang beragam, serta meningkatnya konsumsi makanan olahan dan berkurangnya konsumsi makanan bergizi, termasuk buah-buahan dan sayuran segar. Permasalahan kesehatan lansia dikaitkan dengan perubahan lingkungan dan status gizi mereka. Status kesehatan pada lansia ditentukan oleh kualitas dan kuantitas asupan zat gizi. Kondisi yang tidak sehat, aktivitas fisik dan asupan makanan yang kurang baik adalah faktor utama penyebab gangguan status gizi dan penurunan kualitas hidup. Status gizi pada lansia perlu mendapat perhatian lebih agar dapat mengurangi angka kesakitan pada lansia.

Prinsipnya adalah kebutuhan gizi pada lanjut usia mengikuti prinsip gizi seimbang. Mengkonsumsi makanan yang seimbang, beragam, bergizi, termasuk biji-bijian, kacang-kacangan,buah-buahan, sayuran, dan sumber pangan hewani merupakan salah satu cara penting untuk meningkatkan kesehatan, gizi, dan menjaga sistem kekebalan tubuh. Konsumsi makanan yang cukup dan seimbang bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah atau mengurangi risiko penyakit degeneratif dan kekurangan gizi. Kebutuhan gizi lanjut usia dihitung secara individu. Selain itu, minum yang cukup, dan bila diperlukan minum multi vitamin serta hindari dan hentikan merokok.

3. Optimalisasi Kualitas Hidup Lansia : Sosial dan Psikologis

Kebutuhan sosial merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan interaksi sesama dan saling menjalin hubungan sosial terutama dengan kerabat, teman sebaya, dsb. Pada lansia, kebutuhan sosial tidak dapat dipenuhi secara mandiri dengan kata lain diperlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya akibat penurunan kognitif. Selain itu, psikologis lansia juga tidak lupa diperhatikan, karena kondisi lansia ini rentan secara psikologis. Lansia membutuhkan teman yang sabar, yang mengerti, dan juga dapat memahami kondisinya. Dukungan keluarga menjadi peran utama dalam masalah ini, apabila lansia tinggal di panti maka petugas panti dapat membantu memenuhi kebutuhan sosial sekaligus kebutuhan psikologis mereka. Karena intensitas waktu yang digunakan lansia dominan bersama petugas dibandingkan dengan keluarga karena keterbatasan waktu bertemu. Dalam mengoptimalkan kualitas hidup lansia agar sehat saat pandemi COVID-19 dapat dilakukan dengan cara melaih fungsi fisik, mental, kognitif, maupun spiritual. Di masa pandemi ini, komunikasi serta kegiatan lansia harus tetap dilakukan seperti biasanya agar lansia tidak merasakan kesepian yang justru dapat berpengaruh pada kondisi psikologisnya seperti: stress, depresi, cemas, dan gangguan lainnya. Tetapi berbeda dengan biasanya, saat berinteraksi dengan lansia kita harus menerapkan protokol kesehatan. Namun perlu diketahui bahwa lansia rawan terkena virus COVID-19, ini diakibatkan oleh imunitas tubuh yang rendah serta penyakit komorbid (jika memiliki).

Interaksi bersama lansia, sebaiknya diawali dan diakhiri dengan mencuci tangan terlebih dahulu . Tidak lupa menggunakan masker serta tambahan pengaman yakni face shield guna meminimalisirkan penularan virus COVID-19. Sampaikan informasi yang akurat kepada lansia mengenai fenomena yang sedang terjadi di dunia ini, menganjurkan lansia untuk tetap di rumah saja dan mengajarkan lansia cuci tangan dengan benar, memakai masker, dan menjaga jarak. Kemudian kita juga menjelaskan mengapa kita memakai APD pada saat berinteraksi dengannya, agar lansia tetap merasa nyaman dan tidak salah paham dengan kedatangan kita. Edukasi tidak berhenti disitu, kita juga dapat memberikan pengetahuan pentingnya menerapkan PHBS. Tidak jarang lansia yang merasakan stress, marah, resah, gelisah akibat pandemi COVID-19 ini. Stress tersebut mengganggu kebutuhan psikologis lansia, sehingga kita harus membantu lansia dalam mengatasi stress yang dirasakan dengan memberikan informasi akurat yang dapat mengubah persepsi pasien secara bertahap. Kegiatan lain yang dapat dilakukan yakni rekreasi, yang menjadi salah satu indikator pemenuhan kebutuhan psikologis lansia.

Pada saat pandemi COVID-19 ini kita dapat mengajak lansia untuk tetap mengembangkan hobinya (misal menari, menyanyi), melatih konsentrasi dengan bermain puzzle, serta aktivitas lain yang dapat meningkatkan kognitif lansia di rumah. Sebagai dukungan mengatasi stress, kita dapat memberikan lingkungan yang nyaman untuk lansia seperti ; kebersihan ruangan, ruangan yang tidak terlalu bising, pencahayaan yang cukup, dan sebagainya.

Namun, dengan tetap diterapkan optimalisasi kualitas hidup tersebut, keluarga juga merupakan salah satu pendukung dalam menjaga lansia di situasi pandemi COVID-19 ini. Bagi keluarga yang memiliki lansia atau hidup bersama lansia, hal pertama yang harus dilakukan adalah berupaya agar lansia tidak terpapar COVID-19. Anggota keluarga perlu memperhatikan protokol kesehatan agar mencegah lansia terpapar COVID-19 antara lain dengan dengan menjauhi keramaian atau perkumpulan agar tidak menjadi berisiko untu membawa virus pulang. Kemudian, anggota keluarga atau kerabat yang memiliki aktivitas di luar dan berisiko terpapar COVID-19 diminta untuk tidak mendekati lansia serta lansia hanya diperbolehkan bertemu atau dibantu oleh 1 atau 2 anggota keluarga atau caregiver setelah dilakukannya protokol kesehatan, seperti mencuci tangan, kondisi bersih dan memakai masker (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Selain itu, meskipun dianjurkan untuk tidak mengunjungi lansia sementara waktu, penting bagi keluarga yang tidak bertempat tinggal bersama lansia untuk tetap berusaha memantau dan memperhatikan lansia dengan cara rutin berkomunikasi melalui online agar lansia tidak merasa kesepian dan sendiri, memastikan kebutuhan sehari-hari lansia terpenuhi dengan mengirimkan makanan ke rumah lansia serta selalu memastikan bahwa lansia tetap dalam kondisi sehat apalagi jika memiliki penyakit kronis. Himbauan pemerintah untuk menjaga jarak dengan lansia harus dicermati dengan tidak melupakan bahwa lansia juga rentan merasa kesepian dan tidak berdaya ketika tidak bersama keluarga karena keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar dalam kualitas hidup lansia (Vibriyanti dan Harfina, 2017). Perhatian yang besar terhadap lansia baik dari diri lansia sendiri, keluarga, maupun lingkungan sekitar sangat dibutuhkan lansia pada masa krisis seperti ini mengingat karekteristik mereka yang lebih berisiko.

Penulis : Kelompok 23 PKK 1
Editor : Risky Nur Marcelina (Airlangga Nursing Journalist)

 

Referensi :

Amalia. (2017). Indikator praktik sehat secara mental pada lanjut usia berdasarkan dukungan sosial keluarga. Pustaka Kesehatan, 5(3), 588–594.

Dewi, S. K. (2018). Level Aktivitas Fisik dan Kualitas Hidup Warga Lanjut Usia. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 14(3), 241. https://doi.org/10.30597/mkmi.v14i3.4604

Ekasari, FM., dkk. (2018). Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia. Konsep Dan Berbagai Intervensi. Malang: Wineka Media.

Harnilawati, S. K. N. (2013). Dukungan Sosial Keluarga. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga, 26. Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=Ta3GAwAAQBAJ&pg=PA26&dq=dukungan+keluarg a+adalah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj0- cOwxu3lAhVaeH0KHcSUDt0Q6AEIQjAE#v=onepage&q&f=false

Kementerian Kesehatan RI. (2020a). Panduan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia pada Era Pandemi COVID-19. In Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. https://doi.org/https://dx.doi.org/10.3109/09513590.2015.1102878

Kementerian Kesehatan RI. (2020b). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). In Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (Vol. 5). https://doi.org/10.33654/math.v4i0.299

Kiik, Stefanus Mendes, Junaiti Sahar, Henny Permatasari. 2018. “Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut Usia (Lansia) di Kota Depok Dengan Latihan Kesimbangan”. Depok: Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia.

Lailiyah, P. I., Rohmawati, N., & Sulistiyani, S. (2018). Status Gizi dan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga dan pelayanan Sosial Tresna werdha (Nutritional Status and Quality of Life of Elderly People Who’s Lived With Family and Tresna Werdha Social Service in Bondowoso). Pustaka Kesehatan, 6(1), 60. https://doi.org/10.19184/pk.v6i1.6768

Wikananda, Gede. 2017. “Hubungan Kualitas Hidup dan Faktor Resiko Pada Usia Lanjut di Wilayah Kerja Puskesmas Tampak Siring I Kabupaten Gianyar Bali 2015”. Bali: Directory Of Open Access Journals

Pin It
Hits 4093

Berita Terbaru