INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Mual Muntah Pada Ibu Hamil, Normalkah? Atau Berbahaya?

  • By
  • In Lihat
  • Posted 07 September 2020
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 735

Dua dari tiga ibu hamil mengalami mual-muntah atau biasa disebut morning sickness. Biasanya, morning sickness muncul di trimester pertama (tiga bulan) dan hilang pada minggu ke sepuluh (Koot, 2020). Namun, satu diantara 1000 kehamilan terjadi mual-muntah berat dan berkepanjangan pada ibu hamil atau disebut dengan Hyperemesis Gravidarum (Armini, 2016). Kondisi ini sering membutuhkan hospitalisasi dan 34,3% dari kehamilan dengan Hyperemesis Gravidarum dapat menyebabkan kematian pada bayi (Niebyl, 2010).

Hyperemesis Gravidarum (HG) yang berasal dari bahasa Yunani “emein” berarti muntah dan Hyper yang berarti berlebihan, menjadi ciri khas dari penyakit ini yaitu muntah yang terus-menerus selama kehamilan. Gejala lain dari penyakit ini adalah turunnya berat badan yang signifikan (lebih dari 5% berat badan), nafsu makan menurun, kelemahan, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan ansietas. Ibu hamil yang mengalami HG tidak dapat melakukan kegiatan seperti biasanya dan akan lebih berpengaruh bagi ibu hamil yang bekerja, karena pekerjaan akan terganggu keadaan mual-muntah yang berkelanjutan (Niebyl, 2010).

HG dapat dialami oleh ibu hamil dengan kehamilan pertama (primigarvida), kehamilan ganda (kembar), kehamilan dengan molahidatidosa (kantung kehamilan), kurangnya vitamin B dan riwayat HG pada kehamilan sebelumnya. Penyebab HG masih belum diketahui secara pasti, namun para ahli meyakini adanya peran dari hormon hCG (human chorionic gonadotropin) yang tinggi yang menyebabkan Hyperemesis Gravidarum (Niebyl, 2010).

Hormon hCG dapat menstimulus ovarium memproduksi hormon estrogen. Tingginya hormon estrogen diketahui berkorelasi dengan munculnya mual-muntah pada wanita, sehingga semakin tinggi kadar hCG, semakin besar kemungkinan terjadi mual muntah pada ibu hamil. Hal ini juga menjelaskan faktor plasenta (karena plasenta mengandung banyak hCG), terutama pada kehamilan kembar dan molahidatidosa yang memiliki plasenta lebih banyak daripada kehamilan pada umumnya sehingga meningkatkan terjadinya kejadian Hyperemesis Gravidarum. Selain itu defisit atau kekurangan vitamin B juga diyakini sebagai faktor penyebab HG walau tidak signifikan, karena vitamin B dapat mencegah dan mengobati mual-muntah (Niebyl, 2010).

Cara mengatasi mual dan muntah pada ibu hamil pada dasarnya cukup mudah (terutama pada morning sickness). Salah satunya adalah dengan mengurangi makanan mengandung lemak seperti makanan-makanan yang digoreng, menghindari makanan yang pedas, mengandung kafein, menghindari perut kosong dengan cara makan dengan porsi kecil tapi sering, mengkonsumsi vitamin B yang bisa didapatkan di apotik, dan mengkonsumsi minuman jahe dapat mengurangi rasa mual pada ibu hamil (Niebyl, 2010).

Perlu diwaspadai jika semua tindakan pencegahan tidak mengurangi mual-muntah secara signifikan dan didapati gejala-gejala seperti mual berkepanjangan, dehidrasi karena tidak dapat menelan makanan atau minuman, berat badan turun secara signifikan, mata menjadi cekung, lemas, tidak nafsu makan, nadi lemah dan cepat. Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya Hyperemesis Gravidarum yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan kesehatan janin yang dikandungnya sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit.

Intervensi medis dan perawatan di rumah sakit sangat diperlukan, karena kondisi HG berpotensi membahayakan kondisi kehamilan serius seperti Wernicke’s encephalopathy hingga keguguran. Perawatan yang didapatkan di rumah sakit diantaranya: pemberian obat antiemetik (anti mual), anti histamin, agen prokinetik, Vitamin B6 dan pengobatan lain. Pemeriksaan penunjang juga perlu dilakukan untuk memastikan penyebab pasti mual-muntah. Karena, bisa saja mual muntah berat yang terjadi pada ibu hamil bukan HG, melainkan kondisi patologis lain seperti apendisitis, pankreasitis, penyakit kantung empedu, diabet ketoasidosis, penyakit Adisson, dan porphyria (Niebyl, 2010).

Hyperemesis Gravidarumini dapat dicegah dengan mengubah pola makan ibu selama hamil dengan makanan jumlah sedikit/cukup tapi sering, selain itu ibu perlu menghindari makanan yang terlalu dingin dan terlalu panas karena dapat merangsang reseptor mual muntah, perbanyak konsumsi buah dan sayur serta minum air putih secukupnya untuk menghindari dehidrasi, usahakan pola BAB (Buang Air Besar) ibu yang teratur, menghindari makanan yang terlalu berminyak, dan terakhir perlu menghindari stres dan ketegangan dalam bentuk apapun. Jangan menganggap kehamilan sebagai beban, melainkan sebagai fase kehidupan baru yang menyenangan.

Jadi, Ibu hamil tidak perlu khawatir jika mengalami mual-muntah pada awal kehamilan karena kejadian tersebut cukup normal dan dapat hilang seiring berjalannya waktu. Namun patut diwaspadai jika mual-muntah berat berkelanjutan dan tidak berkurang ketika tindakan pencegahan mandiri sudah dilakukan, maka pergi ke layanan kesehatan terdekat adalah solusi terbaik.

Daftar pustaka:
Armini, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Maternitas 2. Surabaya : Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

Koot, M. H., Grooten, I. J., van der Post, J. A., Bais, J. M., Ris-Stalpers, C., Leeflang, M. M., ... & Kleiverda, G. (2020). Determinants of disease course and severity in hyperemesis gravidarum. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology, 245, 162-167.

Niebyl,J.R. (2010). Nausea and vomiting in pregnancy. New England Journal of Medicine, 363(16), 1544-1550.

 

Kontributor : Kelompok 3, 6 PKK 3
Editor : Titis Nurmalita Dianti (Airlangga Nursing Journalist)

Pin It
Hits 3856

Berita Terbaru