INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Pentingnya Dukungan Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)

  • By
  • In Lihat
  • Posted 05 October 2020
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 734

Orang yang hidup dengan HIV/AIDS disebut ODHA. HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang hanya dapat menginfeksi manusia dan menurunkan sistem kekebalan tubuh. AIDS ialah kumpulan gejala penyakit (sindrom) yang didapat akibat turunnya kekebalan tubuh akibat HIV (Ardhiyanti, 2012). Karena sistem kekebalan tubuhnya menjadi sangat lemah, penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi sangat berbahaya. Selain itu, HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh seperti darah, air susu ibu

Menurut data yang disajikan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), di Indonesia, jumlah kasus penderita HIV mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan 48300 kasus orang menderita HIV pada tahun 2017, namun jumlah kasus penderita AIDS terlihat cukup stabil dengan 9280 kasus orang menderita AIDS pada tahun 2017. (Kementrian Kesehatan RI, 2018)

Menurut Kemenkes RI, 35 juta orang hidup di dunia dengan HIV namun 19 juta orang di dunia tidak tahu status HIV positif mereka. Tahun 2011, di Asia, prevalensi HIV masih rendah yaitu <1%, kecuali Thailand dan India Utara, sedangkan tahun 2013, di Asia-Pasifik terdapat lebih-kurang 350 ribu orang yang baru terinfeksi HIV. (Kementrian Kesehatan RI, 2018)

Menurut penelitian Charles, orang dengan HIV/AIDS yang kurang menerima cenderung memiliki kualitas hidup yang rendah. Meskipun tidak signifikan, kurangnya dukungan sosial memiliki efek negatif pada fisik ODHA.

Salah satu halangan terbesar dalam pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia adalah masih tingginya stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Stigma berasal dari pikiran individu atau masyarakat yang memercayai bahwa penyakit AIDS merupakan penyakit kutukan sebagai hukuman akibat perilaku yang tidak bermoral, yang tidak dapat diterima oleh masyarakat sehingga masyarakat beranggapan bahwa ODHA bertanggung jawab terhadap penularan HIV/AIDS. Hal inilah yang menyebabkan orang dengan infeksi HIV menerima perlakuan yang tidak adil, diskriminasi, dan stigma karena penyakit yang diderita, yang diwujudkan dalam sikap sinis, perasaan takut berlebihan,  isolasi sosial, penyebarluasan status HIV dan penolakan dalam berbagai alingkup kegiatan kemasyarakatan seperti dunia pendidikan, dunia kerja, dan layanan kesehatan.

Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya stigma pada ODHA di masyarakat, salah satunya adalah rendahnya pendidikan dan pengetahuan. Orang yang memiliki pengetahuan cukup tentang faktor risiko, transmisi, pencegahan, dan pengobatan HIV/AIDS cenderung tidak takut dan tidak akan memberikan stigma terhadap ODHA.

Stigma terhadap ODHA memiliki dampak yang besar bagi program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS termasuk pada kualitas hidup ODHA. Populasi berisiko akan merasa takut untuk melakukan tes HIV karena jika hasilnya reaktif akan menyebabkan mereka dikucilkan. Tingginya penolakan masyarakat akan kehadiran orang yang terinfeksi HIV/AIDS menyebabkan sebagian ODHA harus hidup dengan menyembunyikan status dan memutuskan menunda pengobatan sehingga akan berdampak pada semakin menurunnya tingkat kesehatan mereka dan penularan HIV menjadi  tidak terkontrol.

Orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah seperti orang yang hidup dengan HIV & AIDS harus memperhatikan asupan nutrisinya. Rekomendasi WHO saat ini untuk kebutuhan nutrisi orang yang hidup dengan HIV & AIDS yaitu menyerukan peningkatan energi di atas tingkat asupan yang direkomendasikan untuk orang sehat yang tidak terinfeksi HIV pada usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas fisik yang sama (Ohuruogu, Victor and Isaac Akinyele, 2016).

Kebutuhan energi cenderung meningkat sebesar 10% untuk menjaga berat badan dan aktivitas fisik pada orang dewasa yang terinfeksi HIV tanpa gejala dan mempertahankan pertumbuhan anak tanpa gejala. Selama HIV simtomatik dan AIDS berikutnya, asupan energi meningkat sebesar 20% sampai 30%. Konsumsi energi perlu ditingkatkan hingga 50% sampai 100% dari kebutuhan normal pada anak-anak yang mengalami penurunan berat badan Saran khusus mengenai asupan lemak mungkin diperlukan bagi orang yang menjalani terapi antiretroviral atau mengalami diare persisten Manfaat mikronutrien tambahan pada ODHA pada kelahiran dan saat perkembangan penyakit tidak bisa dianggap remeh, namun bukti ini belum menjamin adanya kebutuhan peningkatan asupan vitamin atau mineral di atas kebutuhan harian yang direkomendasikan untuk orang yang tidak terinfeksi, dewasa dan anak-anak. Asupan mikronutrien ini paling kita jumpai melalui beragam makanan, termasuk makanan yang diperkaya, jika perlukan. Jika tidak mencukupi,maka multi-mikronutrien suplemen dengan vitamin dan mineral penting harus dipertimbangkan untuk diberikan (Ohuruogu, Victor and Isaac Akinyele, 2016).

Dalam pemenuhan nutrrisi bagi ODHA, dukungan keluaga dukungan keluarga sangat penting. Keluarga merupakan orang terdekat yang mempunyai unsur penting dalam kehidupan, karena didalamnya terdapat peran dan fungsi dari anggota keluarga tersebut yang saling berhubungan. Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau mengikuti saran-saran yang diberikan keluarga untuk menunjang pengelolaan penyakitnya. Keluarga, dalam meningkatkan kesehatan kehamilan berperan memberi anjuran makan banyak untuk kebutuhan nutrisi, istirahat yang cukup serta larangan untuk beraktivitas terlalu berat sepeti ke sawah.

Keluarga yang mampu menerima kondisi ODHA, terus mendampingi pada masa sulit, mengantar berobat ke dokter, membantu mencari dan memberi informasi tentang penyakit HIV/AIDS, dapat membuat ODHA merasa dihargai dan hidupnya menjadi lebih berarti. Pasien HIV/ AIDS penting mengetahui bahwa ia bisa hidup dengan normal dan produktif. Demikian juga dengan keluarganya, keluarga harus bisa menerima ODHA dengan besar hati dan tidak melakukan diskriminasi terhadapnya, kadang tak mudah membangkitkan semangat hidup ODHA. Hal itu terjadi terutama pada ODHA yang secara kejiwaan lemah, tak bisa menerima kenyataan hidup.

Dukungan keluarga yang dapat dilakukan meliputi dukungan emosional yang mencakup ungkapan empati, kepedulian, motivasi dan perhatian; dukungan penghargaan seperti bisa berupa keluarga membandingkan dengan orang lain, sehingga bahwa masih banyak orang lain yang menderita penyakit yang sama sehingga termotivasi dalam menjalani pengobatan; dukungan informasi berupa dukungan yang secara langsung seperti merawat, mengantar kontol, menyiapkan obat, penyediaan finansial utuk berobat ataupun pemberian materi secara langsung ; serta dukungan informatif berupa saran, usulan, informasi, petunjuk serta nasehat yang dilakukan kepada pasien yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.

Penulis: Kelompok 1/ A1-2018 Keperawatan HIV/AIDS - Fakultas Keperawatan Universitass Airlangga - Dosen Pembimbing : Dr. Ninuk Dian K., S.Kep., Ns., M.ANP

Referensi :

Adriani, M., & Wirjatmadi , B. (2016). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Cetakan ke 3. Jakarta: Prenadamedia.

Diatmi, K. &. (2014). Hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup pada orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) Di Yayasan Spirit Paramacitta.

Kementrian Kesehatan RI. (2018). General situation of HIV/AIDS and HIV test. Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, pp. 1–12.

Novrianda, D. (2018). Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup Orang dengan HIV/AIDS di Lantera Minangkabau Support. Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah 1 (1) , 26.

Ohuruogu, Victor and Isaac Akinyele. (2016). Assessment of the Food and Nutrient Intake of People Living with HIV/AIDS in Northern Nigeria. Journal of the American Dietetic Association Vol 106(8), 82-89.

Sabi'ah Khairil, S. d. (2013). Kegagalan Memutuskan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Selama Kehamilan : Studi Grounded Theory Pada Ibu Hamil Anemia. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 16 No.2, Juli 2013, hal 85-92 .

Shaluhiyah, Zahroh, dkk. 2015. Stigma Masyarakat terhadap Orang dengan HIV/AIDS. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol 9 (4).

Wiyati, Tesa Gurit Kartika. 2019. “Hubungan Antara Lama Terdiagnosa Dengan Kualitas Hidup Orang Dengan Hiv/Aids Di Yayasan Victory Plus Tahun 2019”. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta

Yvonne. (2014). Influence of Depression to Quality of Life People Living with HIV/AIDS after Antiretroviral Treatment. Edisi No. 02 Vol XL, 96-101.

Pin It
Hits 8601

Berita Terbaru