INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

ODHA dengan TBC Membutuhkan Zat Mikro (Mikronutrien) INI

  • By
  • In Lihat
  • Posted 05 October 2020
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 734

ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS) mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga mudah untuk terjadi infeksi, termasuk munculnya penyakit TBC (Tuberkulosis). TBC disebabkan oleh bakteri yang bernama Mycobacterium tuberculosis, sehingga seorang ODHA dengan TBC harus menjalani terapi pengobatan untuk HIV/AIDS dan TBC-nya. ODHA dengan TBC sering ditemukan mengalami penurunan berat badan, nafsu makan menurun, hingga terjadinya malnutrisi umum. Status gizi yang rendah dan ketidakmampuan dalam meningkatkan berat badan memiliki resiko untuk terjadinya kematian, terjadinya kekambuhan TBC, respon terapi pengobatan yang tidak maksimal, semakin beratnya penyakit, dan munculnya kembali penyakit penyerta. Dengan demikian, perlu dilakukan perbaikan gizi makro dan mikro pada ODHA dengan TBC untuk meningkatkan rehabilitasi dan kualitas hidup.

Tulisan ini akan membahas lebih jauh tentang mikronutrien yang dibutuhkan oleh ODHA dengan TBC. Seorang dokter yang bernama Nur Muhammad Artha menyebutkan mikronutrien (zat gizi mikro) adalah komponen makanan yang sangat penting bagi tubuh, meskipun jumlah kebutuhan zat tersebut sedikit. Zat gizi mikro seperti vitamin A, B6, C, E, D, Zinc, Feritin, dan asam folat memiliki peranan dalam proses metabolisme tubuh dan kekebalan tubuh, termasuk pada ODHA dengan TBC. Jadi, ketika ODHA dengan TBC kekurangan zat mikro dapat melemahkan pertahanan tubuh terhadap infeksi yang muncul. Kita akan membahas satu persatu mengenai zat mikro yang dibutuhkan, yaitu:

Vitamin A
Vitamin A akan meningkatkan aktivitas kerja dari sel darah putih dan antibodi di dalam tubuh sehingga tubuh menjadi lebih berpeluang untuk tidak tertular terhadap senyawa racun maupun terhadap serangan mikrorganisme parasit, seperti bakteri patogen virus. Vitamin A untuk dikonsumsi terdapat pada sayuran dan buah-buahan seperti: wortel, tomat, bayam, ubi, selada, seledri, hati sapi atau ayam, telur matang, mangga dan semangka.

Vitamin D
Vitamin D berfungsi meningkatkan respon imun dan menurunkan infeksi. Vitamin D dapat pada protein hewani dan minyak/lemak contohnya minyak ikan kod dan pajanan sinar matahari yang telah menjadi terapi TBC. Menu makanan sehari-harinya dengan sumber vitamin D yang terdapat pada: jamur, minyak ikan, ikan (terutama salmon dan makerel), tofu, kuning telur matang, susu dan produk turunannya.

Vitamin C
Vitamin C memiliki banyak fungsi dalam tubuh yaitu untuk mencegah infeksi dan kanker. Sumber vitamin C dapat diperoleh dari: jeruk, kiwi, stroberi, melon, jambu biji, pepaya, tomat dan brokoli.

Zinc
Zinc adalah mikronutrien yang  juga memegang kendali pada aktivasi sel-sel imunitas yang melawan masuknya infeksi. Asupan zinc dapat diperoleh dalam bahan makanan maupun suplemen. Makanan kaya zat besi bisa diperoleh dari: daging merah matang, bayam, brokoli dan sawi. Pemberian suplementasi zinc sebesar minimal 12 mg perhari selama minimal satu bulan terbukti bermanfaat meningkatkan status zinc dalam darah sekaligus dapat memperbaiki status imun pasien HIV/AIDS.

Feritin
Feritin merupakan cadangan besi dalam tubuh. Zat besi menjadi sangat penting dalam tubuh manusia karena pertumbuhan sel dan sistem kekebalan tubuh membutuhkan keberadaan zat besi.  Serum feritin merupakan petunjuk kadar cadangan besi dalam tubuh. Pemeriksaan kadar serum feritin rutin dilakukan untuk menentukan adanya kekurangan zat besi. Hal ini dikarena feritin sebagai indikator paling dini menurun pada keadaan bila cadangan besi menurun. Saat tubuh mengalami infeksi maka kadarnya akan terpengaruh, sehingga dapat menganggu interpretasi keadaan sesungguhnya. Contoh makanan yang mengandung seng yang perlu ada dalam menu makanan untuk penderita TBC adalah seafood, kerang, kepiting, lobster (matang), kacang mede, jamur, bayam, brokoli dan bawang putih.

Dengan demikian, asupan zat mikro (mikronutrien) pada ODHA dengan TBC harus juga diperhatikan, mengingat peran dan fungsinya juga penting sebagai pendamping dalam pemberian terapi pengobatan.

Penulis: Kelompok 1/ B22 Keperawatan HIV/AIDS - Fakultas Keperawatan Universitass Airlangga - Dosen Pembimbing : Dr. Ninuk Dian K., S.Kep., Ns., M.ANP

Referensi:

Bogor, D. I. K., Susilawati, M. D., Sari, Y. D., Rachmawati, R., & Julianti, E. D. (2018). ( MACRO AND MICRONUTRIENT INTAKE OF OUTPATIENT TUBERCULOSIS BEFORE AND. 41(1), 55–64.

Status, Z., & Review, S. (2019). STATUS ZINC DAN PERAN SUPLEMENTASI ZINC TERHADAP SISTEM IMUN PADA PASIEN HIV / AIDS : A SYSTEMATIC REVIEW. 14(2), 115–122.

Dian Permatasari. 2016. Tata Laksanana Nutrisi pada Tuberkulosis Paru dengan Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Serial Khusus. Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart, Ed. 8, Vol 1. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart, Ed. 8, Vol 3. Jakarta: EGC.

Thaha, Ida Leida M. 2010. Peran Mikronutrien dalam Perbaikan Kualitas Imunitas Penderita Multi Drug Resisten Tuberkulosis (MDR-TB). Jurnal MKMI, Vol. 5 No. 2.

Kemala, F.(2020). “Daftar Makanan yang Dianjurkan Beserta Pantangannya untuk Penderita TBC” diakses pada tanggal 19 September 2020 https://hellosehat.com/pernapasan/tbc/makanan-penderita-tbc/#gref

Susilawati, Made Dewi dkk. 2018. Asupan Zat Gizi Makro dan Mikro Penderitan Tuberkulosis Paru Rawat Jalan Sebelum dan Sesudah Terapi Intensif dengan Konseling Gizi di Kabupaten Bogor. Penelitian Gizi dan Makanan, Vol. 41 (1): 55-64.

Pin It
Hits 1006

Berita Terbaru