INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Manajemen Nutrisi pada Anak dengan HIV/AIDS

  • By
  • In Lihat
  • Posted 07 October 2020
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 735

Kasus HIV pada anak di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya (UNAIDS, 2019). Berat badan kurang adalah faktor risiko kematian pada anak dengan HIV/AIDS yang mendapat terapi antiretroviral (ART). Status gizi ini dipengaruhi oleh asupan makro dan mikronutrien sehingga berpengaruh pada kekebalan anak dengan HIV yang beresiko terjadinya anemia (Margareth et al., 2020). Permasalahan nutrisi yang dialami anak dengan HIV/AIDS tak lepas dari peran orangtua sebagai pengasuh, oleh karena itu penting untuk memberikan konseling atau pendidikan kesehatan mengenai kebutuhan nutrisi anak dengan HIV/AIDS pada orangtua.

Tujuan penanganan gizi pada anak dengan HIV/AIDS yaitu mempertahankan kesehatan, meningkatkan status gizi dan meningkatkan kekebalan tubuh sehingga kualitas hidup pasien HIV/AIDS lebih baik. Anak – anak dengan penurunan berat badan drastis adalah salah satu gejala yang mengarah kepada HIV/AIDS dan jika tidak ditangani akan memperburuk kondisi anak. Hal ini disebabkan karena status gizi yang buruk dapat mempengaruhi sistem kekebalan anak sehingga anak mudah terkena infeksi oportunistik (Fitriana, 2016). Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan karena menurunnya daya tahan tubuh seseorang akibat persebaran virus HIV di dalam tubuh (Jusuf et al., 2016).

Penanganan nutrisi yang tepat pada anak dengan HIV/AIDS sangat penting namun tetap dengan menerapkan aturan pengobatan antiretroviral (ART). Pengobatan antiretroviral (ART) adalah jenis obat yang didapatkan penderita HIV/AIDS untuk mengendalikan infeksi virus HIV/AIDS. Prinsip penanganannya pun sama dengan klien HIV/AIDS usia dewasa. Penanganan nutrisi pada anak bisa melalui orangtua anak (khususnya ibu) dengan memberikan konseling gizi. Selain itu hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan nutrisi pada anak dengan HIV/AIDS diantaranya :

  1. Selalu ajarkan pada anak untuk mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah makan.
  2. Menghindari makanan yang diawetkan atau mengandung bahan pengawet.
  3. Mengonsumsi kebutuhan makronutrien seperti makanan tinggi karbohidrat, lemak dan tinggi protein hewani maupun nabati penting bagi anak dengan HIV/AIDS.
  4. Makanan tinggi karbohidrat diantaranya nasi, roti, kentang, ubi, sereal dan umbi-umbian.
  5. Makanan yang tinggi protein nabati diantaranya tahu, tempe, kacang kedelai dan kacang-kacangan lainnya seperti kacang merah, kacang hijau dan kacang polong.
  6. Makanan yang tinggi protein hewani diantaranya telur, susu dan produk turunannya seperti ikan air tawar, ikan laut, berbagai macam sea food, daging ayam dan daging merah (daging sapi, daging kerbau atau daging kambing).
  7. Makanan yang merupakan sumber lemak diantaranya telur, ikan, margarin, mentega atau butter, buah alpukat, minyak kelapa dan minyak jagung.

Selain berbagai macam makanan makronutrien di atas, kebutuhan mikronutrien seperti vitamin dan mineral juga memiliki peran yang tak kalah penting. Makanan yang tinggi vitamin dan mineral diantaranya berbagai macam sayuran, buah-buahan, susu, telur dan beberapa jenis ikan laut.

  1. Kebutuhan air juga perlu diperhatikan dan dianjurkan untuk mengonsumsi paling sedikit 8 gelas cairan sehari untuk memperlancar metabolisme terutama pada penderita yang demam. Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi minuman atau makanan yang mengandung kafein, pengawet dan alkohol serta zat lainnya yang dapat meningkatkan pengeluaran air kencing.
  2. Selalu mengecek tanggal kadaluwarsa pada makanan kemasan misalnya makanan kaleng.
  3. Mencuci sayur dan buah menggunakan air mengalir sebelum di konsumsi. Buah yang dianjurkan misalnya alpukat dan pisang sedangkan untuk sayurannya bisa wortel, sayuran hijau dan kacang-kacangan.
  4. Suplemen zat gizi mikro terutama yang mengandung vitamin B12, B6, A, E, dan mineral seperti tablet zat besi (Fe) sangat diperlukan karena anak-anak yang memulai terapi antiretroviral (ART). Pemberian suplemen Fe (zat besi) dianjurkan pada anak HIV/AIDS yang mengalami anemia. Pada anak dengan HIV/AIDS yang mengalami infeksi, pemberian suplemen Fe dilakukan 2 minggu setelah pengobatan infeksi. Mereka juga dianjurkan mengonsumsi 1 tablet multivitamin dan mineral setiap hari dengan tetap berkonsultasi dengan dokter karena ditakutkan dapat menurunan kekebalan tubuh (UNAIDS, 2014).
  5. Menghindari konsumsi daging, ikan, telur, ayam dan daging unggas lainnya dalam keadaan mentah atau setengah matang.
  6. Selalu melakukan pemeriksaan rutin ke dokter untuk memantau status gizi anak dan melakukan konsultasi gizi. Pemeriksaan rutin dan konsultasi gizi perlu dilakukan karena pemberian makanan yang berlebihan dan tidak memperhatikan kandungan gizi bisa menurunkan daya tahan tubuh anak (UNAIDS, 2014).

 

Penulis: Ninuk Dian Kurnia, Farah Aulia Nughraini, Kurnia Dusa Agustina, Elisabeth Kaka, Nurhayati Hamid, Desi Arisandi Waang, Maria Ambrosia Barek Tifaona, Sisilia Margaretha, Sutejo, Siti Zulaihah, Cawis Dwitami.

Daftar Pustaka:

Fitriana, R. (2016). Anak Perempuan Usia 3 Tahun dengan Malnutrisi dan Infeksi HIV Rizni Fitriana A 3 Years Old Girl with Malnutrition and HIV Infection. 4(3), 133–137. Jusuf, H., Ningsih, S., Otok, B. W., & Suharsono, A. (2016). PEMODELAN INFEKSI OPURTUNISTIK PADA KASUS HIV / AIDS DENGAN MODERATING KEPATUHAN TERAPI ARV. Jurnal Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo, 4(2).

Margareth, W., Manungkalit, E. M., Kurniati, N., & Arupah, U. (2020). Nutrition counseling about general messages of balanced nutrition improve energy intake and haemoglobin level among HIV children. Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics, 8(1), 30–38. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21927/ijnd.2020.8(1).30-38

UNAIDS. (2014). Guidance and Note : Food and nutrition for PLWHA. World Food Programme.

UNAIDS. (2019). UNAIDS Data 2019 Reference. UNAIDS Joint United Nations Programme on HIV/AIDS. unaids.org

Pin It
Hits 2864

Berita Terbaru