INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Manajemen Stres Penderita HIV dengan Komplikasi COVID-19

  • By
  • In Lihat
  • Posted 18 November 2020
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 735

Jumlah penderita HIV dan AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sebuah virus yang menyerang sistem imun tubuh sehingga menurunkan kekebalan tubuh manusia. Sementara itu Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang terakumulasi karena menurunnya sistem kekebalan tubuh akibat terserang HIV (Siddik, 2017).Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan pada tahun 2014terdata 35 juta ODHA diseluruh dunia (Mamuly, 2018).

Penderita HIV/AIDS memiliki tingkat imunitas yang rendah sehingga memudahkan penderita terpapar berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh efektifitas system kekebalan tubuh terhadap penyakit yang mengalami penurunan (Amran, AL, & Qarni, 2019). Di era pandemi Covid-19 para penderita HIV/AIDS memiliki kerentanan terpapar penyakit yang disebabkan oleh Corona Viruses, kemudahan sistempenularan yang cepat dan mudah mengakibatkan tingkat stress penderita untuk tertular menjadi tinggi sehingga dikhawatirkan imunitas tubuh turun drastis yang mengakibatkan virus dapat menginfeksi ke penderita HIV/AIDS lebih mudah. Menurut WHO, hingga saat ini, belum ada bukti bahwa komplikasi Covid-19 akan menjadi lebih berat pada penderita HIV/AIDS.

Selama pandemi Covid-19 penderita HIV/AIDS disarankan untuk mampu mengatur kondisi psikologis meliputi tingkat emosi, kekhawatiran, dan ketakutan yang berlebihan untuk menjaga sistem imun agar tidak mengalami penurunan yang akan mengakibatkan kondisi daya tahan tubuh menjadi turun, tetap mematuhi protokol kesehatan, dan patuh untuk mengkonsumsi obat ARV. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan selama menjalani pengobatan dengan melakukan kegiatan yang positif dan membangkitkan semangat kepada sesama penderita HIV/AIDS selama pandemic akan memberikan dampak pada kondisi psikologis yang stabil. Contoh tindakan yang terkendali yang dilakukan antara lain olahraga, meditasi, melukis, bermain musik, berkebun, memasak, membaca buku, menonton film dan lain-lain untuk mengatasi tingkat kecemasan individu (Vibriyanti, 2020).

Kondisi ODHA saat pandemi COVID-19 mengalami peningkatan beban kesehatan mental. Selagi tidak ada standar faktor psikososial yang ditentukan, beban seperti ketidakpercayaan terhadap medis, kesepian, stigma, dan keputusasaan telah tersirat dikandung dalam penyebaran penyakit. Bahkan, staf klinis sebuah rumah sakit yang menangani pasien melalui percakapan telepon menunjukkan banyak pasien sangat stres, cemas, dan tidak bisa tidur. Social distancing atau isolasi sosial yang direkomendasikan oleh CDC untuk mengurangi penyebaran COVID-19 dapat menambah beban untuk kehidupan ODHA yang sudah sangat terbebani. Physical distancing juga yang digambarkan menjauhkan diri dengan menghindari orang banyak, membatalkan banyak kegiatan, menutup sekolah, tinggal bekerja dari rumah ini terus berdampak pada ODHA yang mempengaruhi tingkat stres. Stres secara negatif berpengaruh pada perilaku kesehatan dan berhubungan dengan gejala klinis penyakit yang memburuk (Shiau, Krause, Valera, Swaminathan, & Halkitis, 2020).

Stress juga mempengaruhi perasaan, kesejahteraan, kebiasaan, dan kesehatan, tentunya. Dampak ini berhubungan dengan kerentanan kesehatan individu, contohnya pada ODHA. Rasa cemas dan takut yang dialami ODHA berpengaruh pada kualitas hidup dan juga kebiasaannya. Beban kesehatan mental yang meningkat pada ODHA ini dapat menghalangi perawatan diri yang efektif, juga meningkatkan risiko stres. Terlebih dengan imun ODHA yang tidak bekerja dengan baik, juga dengan koping yang tidak efektif (Ballivian, Alcaide, Cecchini, Jones, Abbamonte, & Cassetti, 2020).

Untuk mencegah terjadinya stress pada ODHA diera pandemic COVID-19 dapat dilakukan dengan berbagai cara,sebagai berikut :

1. Membatasi berita yang masuk dengan cara mencarilah informasi berdasarkan sumber-sumber yang dapat dipercaya (Lebih kritis dalam membaca dan menyebarkan tulisan, foto, dan video singkat di Whatsap atau media sosial lainnya tanpa sumber yang jelas sebelum di cek kebenarannya). Menghentikan sejenak mencari info secara terus-menerus terkait pandemi COVID-19 jika ini membuat anda menjadi lebih gelisah, susah tidur atau menimbulkan kepanikan yang sudah tidak wajar (Wongso, Lydia Verina. 2020).

2. Melakukan aktivitas yang menyenangkan seperti, menjalin komunikasi dengan teman, sahabat, keluarga dan orang-orang terdekat secara virtual; Olahraga, untuk tetap menjaga kondisi tubuh yang fit; Mendengarkan musik, berkebun, memasak, bermain dengan hewan peliharaan, membaca buku, bermain game, atau kegiatan apapun yang mampu membuat stres berkurang (Wongso, Lydia Verina. 2020).

Kegiatan relaksasi dengan berpegang kuat pada pengaturan pernapasan serta sugesti agar dapat merasakan ketenangan dan menghilangkan kecemasan dapat dilakukan dengan tehnik 3 mudah, sebagai berikut (Aufar, Alma Fildzah. Raharjo, Santoso Tri. 2020):

  1. Menginstruksikan untuk duduk dengan posisi yang dianggap dapat membuat nyaman dan santai (dalam ilustrasi duduk bersila) juga mata terpejam sekaligus membayangkan hal yang menyenangkan.
  2. Menginstruksikan untuk menerapkan rasa bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan YME serta sikap ikhlas dan sabar.
  3. Menginstruksikan untuk menarik nafas dari hidung kemudian menahannya dalam 3 hitungan dan selanjutnya menghembuskan nafas melalui mulut serta sambal membayangkan seolah beban yang ada sudah dilepaskan.

Oleh:
Dosen Pembimbing : Dr. Ninuk Dian K, S.Kep., Ns., M. ANP
PJBL Kelompok 4 Keperawatan HIV/AIDS kelas A1-2018
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Daftar Pustaka:
Amran, P., AL, A. W., & Qarni. (2019). Analisis Jumlah Pemeriksaan Limfosit Pada Penderita Human Immunodefisiency Virus (HIV). Jurnal Media Analisi Kesehatan , Vol 10 (1) : 28-34.

Aufar, Alma Fildzah. Raharjo, Santoso Tri. 2020. Kegiatan Relaksasi Sebagai Coping Stress Di Masa Pandemi COVID-19. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik. Volume 2. Nomor 2. Halaman 157-163.

Ballivian, J., Alcaide, M., Cecchini, D., Jones, D., Abbamonte, J., & Cassetti, I. (2020). Impact of COVID-19 Related Stress and Lockdown on Mental Health Among People Living with HIV in Argentina. J Acquir Immune Defic Synd , 85 (4), 475-482.

Mamuly, WF. (2018). Stigma dan Diskriminasi Serta Strategi Koping pada Orang HIV dan AIDS di Kota Ambon. Global Health Science, Vol.3 No.2, Juni 2018.

Shiau, S., Krause, K., Valera, P., Swaminathan, S., & Halkitis, P. N. (2020). The Burden of COVID-19 in People Living with HIV: A Syndemic Perspective. AIDS and Behavior , http://doi.org/10.1007/s10461-020-02871-9.

Siddik, I. N., Oclaudya, K., Ramiza, K., Nashori, F. (2017). Kebermaknaan Hidup ODHA Ditinjau dari Keikhlasan dan Dukungan Sosial. Psikoislamedia Jurnal Psikologi, Vol.2 No.2, 2017

Vibriyanti, D. (2020). Kesehatan Mental Masyarakat: Mengelola Kecemasan di tengah pandemi Covid-19. Jurnal Kependudukan Indonesia , Vol 1 (1) : 69-74 .

Wongso, Lydia Verina. 2020. HIV dan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). https://pph.atmajaya.ac.id/berita/artikel/hiv-dan-coronavirus-disease-2019-covid-19/

Pin It
Hits 2722

Berita Terbaru