INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

MEMINIMALISIR TERJADINYA RESISTENSI OBAT PADA ODHA DISERTAI TB

  • By
  • In Lihat
  • Posted 29 November 2020
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 735

HIV merupakan suatu penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan oleh suatu virus, sehingga tubuh akan menjadi lemah dalam menolak dan melawan infeksi yang menyerang tubuh. HIV menular melaui kontak dengan cairan tubuh dari orang penderita HIV. Penyakit tuberculosis merupakan penyakit menular menyerang paru-paru yang disebabkan oleh kuman yang berjenis mycobacterium tuberculosis tipe Humanus. Penularan TB dapat menginfeksi melalui udara dan droplet penderita TB. Penyakit TB rentan sekali menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang sehat, termasuk orang yang hidup dengan HIV/AIDS (Odha). Seperti kita ketahui, HIV menyerang sistem kekebalan tubuh. Akibatnya sistem tersebut menjadi semakin rusak dan tidak mampu lagi bekerja sesuai dengan fungsinya.

TB berada pada urutan kedua dalam daftar frekuensi IO diIndonesia, dan juga penyebab kematian tertinggi untuk ODHA. Lebih dari 11 juta Odha di dunia terinfeksi TB, 2,5 juta di antaranya di Asia Tenggara. 50 persen orang bukan Odha dengan TB aktif akan meninggal dunia dalam lima tahun, 25 persen akan sembuh sendiri dan sisa 25 persen akan tetap sakit dengan TB menular. Namun Odha dengan TB aktif yang tidak diobati lebih mungkin meninggal dalam waktu yang lebih singkat. Maka dari itu, ODHA dengan TB aktif harus diobati dan taat dalam pengobatan.

Prinsip pengobatan ODHA dengan TB adalah mendahulukan terapi OAT dilanjutkan terapi ARV setelah 2-8 minggu pertama yakni setelah dimulainya pengobatan TB dan dapat ditoleransi dengan baik, Namun apabila kadar CD4 (salah satu sel dalam kekebalan tubuh manusia kurang dari 50mm3 ARV harus dimulai dalam 2 minggu setelah mulai pengobatan. Sehingga mulai minggu ke 2 sampai ke 8 Obat yang harus dikonsumsi ODHA dengan hiv semakin banyak akibat beban meminum OAT dan ARV secara bersamaan. Walaupun begitu, sebaiknya menunggu hingga pasien sudah stabil dengan OAT (tidak lagi mengalami efek samping) sebelum mulai ART.

OAT pada pasien TB paru (termasuk pasien ODHA) yang belum pernah mendapat pengobatan, dianjurkan menggunakan lini pertama selama 6 bulan, meliputi 2 bulan fase intensif dengan meminum obat setiap hari dan 4 bulan dengan waktu minum obat tiga kaliseminggu. Sedangkan ARV harus diminum sepanjang hidup ODHA semenjak ODHA positif HIV.

Panjangnya pengobatan dan beban obat yang banyak pada orang HIV dengan TB dapat menyebabkan sesorang terlupa untuk minum salah satu obat, malas minum, ataupun berhenti minum obat tersebut yang menyebabkan pengobatan tidak dilakukan sesuai aturan dan anjuran pengobatan. Ketidaksesuaian ini dapat mengakibatkan terjadinya resistensi obat baik OAT ataupun ARVnya. Resistensi obat adalah hilangnya kemampuan obat untuk bekerja baik untuk menghambat ataupun membunuh bakteri, virus dan protozoa dalam tubuh. Berikut kami berikan kiat-kiat cara meminimalisir terjadinya resistensi obat pada klien HIV.

  1. Berikan fixed dose combination (FDC) baik OAT ataupun ARV untuk mengurangi banyaknya obat yang diminum klien dengan tetap memperhatikan ada tidaknya tumpang tindih (overlapping) dari efek samping obat.
  2. Berikan penjelasan mengenai manfaat tiap-tiap obat, waktu minum dan jangka waktu pengobatan beserta efek samping bila terjadi pemberhentian ataupun tidak teratur dalam meminum obat dengan jelas dan mampu dimengerti klien.
  3. Bila AOT dan ARV diminum dalam waktu bersamaan berikan jeda 2,5 jam dengan pemberian OAT terlebih dahulu diikuti pemberian ARV.
  4. Jagalah komitmen Anda selama menjalani pengobatan terutama niatan untuk “Sembuh TB” sehingga kualitas hidup menjadi lebih baik.
  5. Keluarga memberikan dukungan kepada ODHA dengan HIV untuk senantiasa mengikuti pengobatan dan menjadi pengawas minum obat (PMO) bila petugas kesehatan tidak memungkinkan.
  6. Bila keluarga Anda atau orang terdekat mulai menolak, berikan penjelasan mengenai konsekuensi bila tidak meminum obat.
  7. Gunakan sarana telehealth yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengingatkan ODHA minum OAT ataupun ARV setiap hari.
  8. Apabila selama pengobatan TB tidak kunjung sembuh segera periksakan ke dokter untuk melihat ada tidaknya resistensi OAT atupun ARV yang telah diresepakan sehingga dapat segera diberikan pilihan obat pengganti.

Oleh:
Pembimbing: Dr. Ninuk Dian K., S.Kep.Ns., MANP.
Penulis: Kelompok 2 A3-2018

Referensi :

Ardhiyanti, Yulrina. Dkk. 2015. Bahan Ajar AIDS pada Asuhan Kebidanan. Yogyakarta

Cahyawati, F. (2018). Tatalaksana TB pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). CDK, 45(9), 704-708.

Ekawati, E. R. (2018). Bakteorologi: Mikroorganisme Penyebab Infeksi. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Green, C. W. (2016). HIV dan TB. Jakarta: Yayasan Spiritia.

Hendrastuti, Risma. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan pada Remaja Terhadap Stigma Tentang Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Jember

Rusiamsih, Agus. 2017. Tingakt Kepuasan Pelayanan Keperawatan Pasien Tuberculosis (TB) di Puskesmas Kebandaran Kabupaten Pemalang. Pemalang

Situmorang, F., Kendek, R., & Putra, W. (2017). SOLUSI MENGATASI KETIDAKPATUHAN MINUM OBAT PASIEN TUBERKULOSIS. ResearchGate, -.

Pin It
Hits 784

Berita Terbaru