INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Perawatan Mandiri pada ODHA dengan TB

  • By
  • In Lihat
  • Posted 30 November 2020
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 735

Tuberkulosis (TB) adalah Infeksi Oportunistik (IO) yang menempati urutan kedua dalam daftar frekuensi IO di Indonesia, dan juga penyebab kematian tertinggi untuk orang dengan HIV AIDS (ODHA). Akan tetapi, banyak ODHA dapat tetap hidup aktif untuk waktu yang lama. Untuk sebagian besar waktunya, ODHA tidak perlu dirawat di rumah sakit. Kenyamanan di rumah, dengan dukungan dari teman dan orang-orang yang dicintai dapat membantu dalam perawatan kondisi kesehatan ODHA.

Human Immunodeficiency Virus yang disingkat HIV yaitu penyakit menular yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus dengan host mayoritas manusia. Agen infeksi HIV disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus. Virus ini terdiri dari 2 subtipe, HIV-1 dan HIV-2. Penderita HIV di Indonesia pada umunya disebabkan oleh virus subtipe HIV-1.

Infeksi oportunistik adalah infeksi akibat virus, bakteri, jamur, atau parasit yang terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Infeksi ini mengambil kesempatan dari lemahnya daya tahan tubuh, untuk bisa berkembang ke arah yang lebih ganas lagi. HIV melemahkan sistem kekebalan, sehingga infeksi oportunistik dapat berkembang. Jika kita terinfeksi HIV dan mengalami infeksi oportunistik, maka kemungkinan akan terjadi AIDS. Diperkirakan terdapat 630.000 orang dengan HIV/AIDS di tahun 2015, dimana 9% dari jumlah ini menjalani pengobatan antiretroviral (ART), angka cakupan ini terbilang rendah dibandingkan dengan rata-rata untuk kawasan Asia Tenggara yang diperkirakan sebesar 39% (Kemenkes, 2016).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi oleh bakterituberkulosa atau Mycobacterium tuberculosis. TB seringkali merupakan infeksi yang menumpang pada mereka yang telah terinfeksi HIV. Diperkirakan terdapat 78.000 kasus koinfeksi TB-HIV di Indonesia pada tahun 2015 (WHO,2016).Kondisi orang yang menderita HIV pasti menurun daya tahan tubuhnya. Daya tahan tubuh lemah membuat virus,bakteri,parasit lebih mudah masuk kedalam tubuh. Bakteri tuberkulosis akan masuk dengan mudah ke dalam tubuh, sehingga menyebabkan orang menderita HIV dengan infeksi oportunistik TB.

Penyakit HIV maupun TB yang menular membutuhkan perawatan yang sesuai agar orang lain tidak tertular. Tidak hanya itu saja, kondisi yang lemah pada penderita HIV dengan infeksi tambahan TB harus dibantu oleh keluarga. Namun, penderita juga harus mengetahui cara perawatan diri secara mandiri untuk dirinya sehingga tidak menular dan tidak bertambah parah. Perawatan mandiri yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan pengendalian faktor risiko TB ditujukan untuk mencegah, mengurangi penularan dan kejadian penyakit TB. Pengendalian faktor risiko TB dilakukan dengan cara membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat. membudayakan perilaku etika berbatuk, melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat, peningkatan daya tahan tubuh, penanganan penyakit penyerta TB, dan penerapan pencegahan. Pada keluarga dekat yang sedang merawat pasien ODHA dengan infeksi oportunistik dapat mengkonsumsi obat anti tuberculosis (OAT) khususnya pada anak usia di bawah 5 (lima) tahun yang kontak erat dengan pasien TB aktif.

Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah penyakit menular melalui manusia yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus. Infeksi oportunistik adalah infeksi akibat virus, bakteri, jamur, atau parasit yang terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah seperti orang dengan HIV AIDS (ODHA). Salah satu jenis IO pada HIV adalah Tuberkulosus (TB). Hal ini terjadi ketika bakteri tuberkulosis masuk dengan mudah ke dalam tubuh orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah, sehingga munculah infeksi oportunistik TB pada HIV. Penyakit HIV maupun TB yang menular membutuhkan perawatan yang sesuai agar orang lain tidak tertular.Perawatan mandiri yang dapat dilakukan di rumah pada ODHA dengan TB harus dibantu oleh keluarga. Namun, penderita juga harus mengetahui cara perawatan diri secara mandiri sehingga tidak menularkan dan tidak bertambah parah. Perawatan mandiri yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat, menerapkan etika batuk yang benar, peningkatan daya tahan tubuh dengan berolahraga rutin dan cukup, serta tetap menjaga pola makan makanan bergizi dan istirahat yang cukup, dan tetap mematuhi pengobatan yang dijalankan.

Disusun oleh:
Dr. Ninuk Dian. K, S.Kep., Ns., MANP, Yunia Ika Wahyuningsih, Siti Aisyah Noor Afifah, Febry Hayyu Hanifah, Nurika Dian Meirani, Nadilla Salsabilla, Dhuriatul Nurcholisa Agustin, Nabilla Farhana Febriyanti, Rona Meilynasari, Purwestri Dyah Kinanti, dan Anni Izza Hanifa.

Sumber:
Dinas Kesehatan Kota Surabaya. (2017). Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Dinas Kesehatan, 163.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. DKI Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2016.

WHO. Global Tuberculosis Report 2016 [internet]. Jenewa: World Health Organization; 2016 [dikutip 10 November 2020]. Tersedia di http://aps.who.int/iris/bitstram/10665/250441/1/9789241565394-eng.pdf?ua=1

Pin It
Hits 1009

Berita Terbaru