INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

MONITOR KEBUTUHAN CAIRAN PADA PASIEN CKD

  • By
  • In Lihat
  • Posted 20 December 2020
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 737

Gagal ginjal kronik adalah suatu gangguan dari fungsi ginjal yang mana kemampuan ginjal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit terganggu akibat dari penurunan kemampuan fungsi ginjal untuk bekerja secara normal. Penurunan fungsi ginjal ini bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut, serta bersifat persisten dan iritative (Nurani dan Maryati, 2013). Chronic Kidney Disease (CKD) atau gagal ginjal kronik merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius di dunia selama 10 tahun terakhir. Sebanyak 3.000.000 penduduk dunia perlu pengobatan gagal ginjal kronik. Indonesia berada diurutan ke empat sebagai negara terbanyak penderita gagal ginjal kronik, dengan jumlah penderita mencapai 16 juta jiwa. Jumlah angka penderita semakin meningkat dari tahun ke tahun (Dharma, 2015). Menurut World Health Organization (WHO), di Indonesia akan terjadi peningkatan penderita penyakit ginjal antara tahun 1995-2025 sebesar 41,4% ((IRR), 2013). Pada tahun 2011 terdapat 15.353 penderita yang mengalami hemodialisis dan meningkat di tahun 2012 sebanyak 4.268 orang. Sehingga, jumlah keseluruhan menjadi 19.621 penderita yang baru menjalani hemodialisis sampai tahun 2012 pada 244 unit hemodialisa di Indonesia ((IRR), 2013).

Pada pasien dengan CKD, salah satu masalah yang paling sering adalah ketidakseimbangan hidrasi dalam tubuh. Manifestasi dari keadaan ini adalah edema. Bagi pasien CKD, status hidrasi yang normal merupakan hal yang sangat penting. Maka dari itu, pemantauan cairan yang dikonsumsi penderita harus diawasi dengan seksama. Karena rasa haus bukan lagi petunjuk yang dapat dipakai untuk mengetahui hidrasi tubuh (Endang, Rachmadi, & A., 2015). Asupan cairan yang terlalu sedikit akan mengakibatkan dehidrasi, hipotensi dan memperberat gangguan fungsi ginjal. Parameter yang tepat untuk diamati selain data asupan dan pengeluaran cairan yang dicatat dengan tepat adalah pengukuran berat badan harian (Desak, 2015). Interdyalitic Weight Gain (IDWG) merupakan indikator untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk selama periode interdialitik dan kepatuhan pasien terhadap pengaturan cairan pada pasien yang mendapat terapi Hemodialisis. Penyokong terapi untuk mencegah kelebihan beban cairan adalah pembatasan asupan cairan dan garam. Untuk memperlambat kebutuhan akan dialisis dapat juga dengan menggunakan diuretik. Pada pasien gagal ginjal kronik, pengkajian status cairan yang berkelanjutan sangat lah penting, yang meliputi melakukan pembatasan asupan dan pengukuran haluaran cairan yang akurat, menimbang berat badan setiap hari dan memantau adanya komplikasi cairan. Bila tidak melakukan pengukuran asupan dan haluaran cairan akan mengakibatkan edema, hipertensi, edema paru, gagal jantung, dan distensi vena jugularis, kecuali akan dilakukan terapi dialisis. (Morton, 2014).

Monitoring keseimbangan cairan dilakukan dengan cara mencatat pemasukan dan pengeluaran cairan serta berat badan. Pemasukan cairan meliputi jenis dan jumlah makanan maupun cairan. Sedangkan pengeluaran cairan adalah jumlah urin, muntah dan diare. Pasien mengisi buku catatan harian unutk memonitoring keseimbangan cairan setiap hari. Buku catatan harian membantu pasien dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan dan tindakan dalam menanggapi respon haus. Pasien yang mengikuti dan melaksananakan petunjuk menjaga keseimbangan cairan dapat membantu mempertahankan IDWG 2,5% sampai 3,5% berat badan kering atau tidak melebihi 5% berat badan kering. Nilai IDWG (interdialytic weight gain) dihitung berdasarkan berat badan pasien sebelum hemodialisa (berat badan basah) dikurangi berat badan setelah hemodialisa (berat badan kering). Nilai normal IDWG adalah kurang dari 3% berat badan kering (Price dan Wilson, 2006). Faktor kepatuhan pasien dalam mentaati jumlah konsumsi cairan menentukan tercapainya berat badan kering yang optimal (Riyanto (2011). Memonitor status cairan dengan cara :
1.Turgor kulit
Dehidrasi atau kekurangan volume cairan dalam tubuh salah satu manifestasi klinis yang ditimbulkan adalah turgor kulit menurun. (Nurarif & Kusuma, 2015);
2.Membrane mukosa
Selain selain turgor kulit menurun dampak yang ditimbulkan dari kekurangan volume cairan dalam tubuh yaitu membrane mukosa kering. (Nurarif & Kusuma, 2015);
3.Urine output
Selain turgor kulit menurun dan membrane mukosa kering kekurangan volume cairan juga akan mengakibatkan produksi urine sedikit. Sehingga penting dilakukan ketiga pemeriksaan tersebut. (Nurarif & Kusuma, 2015).

Mengkaji penyebab timbulnya rasa haus Dengan mengkaji penyebab timbulnya rasa haus maka akan memudahkan dalam melakukan intervensi yang tepat untuk membantu klien jika timbul rasa haus berdasarkan penyebabnya. Selain itu adalah memeriksa CRT. Pemeriksaan CRT dilakukan untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan, dan juga untuk mengetahui HB normal atau dibawa normal. (Nurarif & Kusuma, 2015);
1.Membantu klien dalam mengontrol rasa haus akibat pembatasan asupan cairan. Dalam melakukan pembatasan cairan biasanya pasien akan memiliki rasa haus atau keinginan yang disadari akan kebutuhan cairan (Faruq, 2017). Sehingga penulis memberikan tips mengontrol rasa haus kepada klien yakni minum sedikit tapi sering, membatasi jumlah natrium dan makanan yang pedas, kurangi komsumsi makanan berminyak, dan hindari aktivitas yang berlebihan, serta modifikasi lingkungan.
2.Menganjurkan klien untuk tidak terlalu banyak beraktivitas. Hal ini didukung oleh penelitian Graha (2010) menjelaskan bahwa aktivitas yang berat akan menghasilkan suhu yang lebih tinggi menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme pada saat aktivitas, efek pada sel meningkat,peningkatan hormone norepinefrin,sehingga terjadi pengeluaran panas melalui kulit, atau kehilangan air dan elektrolit dan akan menyebabkan dehidrasi. Oleh karena itu, pada pasien GGK harus dilakukan pembatasan aktivitas untuk menghindari kehilangan cairan yang berlebihan untuk mencegah rasa haus yang berlebihan. Setelah dilakukan perawatan selama 4 hari,pasien menunjukkan penurunan kelebihan volume cairan intertisial, dimana pitting edema pada kaki positif 2, tidak pusing dan tidak lemas, sudah mulai membatasi cairan yang dikomsumsi meskipun belum optimal, sudah mulai mengurangi aktivitas, TD 140/80 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 37 derajat celcius, pernapasan 24 x/menit, BB pre HD 56 kg dan BB post HD 54 kg. Hal ini sejalan dengan penelitian Angraini dan Putri (2016), menyatakan bahwa pemantauan intake output cairan dan elektrolit pasien GGK dengan menggunakan fluid intake output chart, terbukti efektif mengatasi overload cairan pada klien, dibuktikan dengan berkurangnya manifestasi overload cairan pada klien. Kepatuhan klien dalam mentaati jumlah konsumsi cairan menentukan kualitas hidup klien, semakin besar presentase Intradyalitic Weight Gain(IDWG), maka akan menimbulkan dampak buruk (Remela, Ismonah, & Hendrajaya, 2016). Sedangkan masalah resiko kekurangan volume cairan intravaskuler masih ditemukan sering kehausan jika beraktivtas, haluaran urine sedikit meskipun pasien sudah mulai menerapkan tips mengontrol rasa haus dengan minum sedikit tapi sering,modifikasi lingkungan, membatasi aktivitas, CRT > 3 detik, kulit nampak hiperpigmentasi dan kering, membran mukosa lembab. Menurut Sari (2016) dalam melakukan pembatasan cairan biasanya pasien akan memiliki rasa haus atau keinginan yang disadari akan kebutuhan cairan. Apabila terjadi penurunan cairan intravaskuler muncul ransangan pada osmoreseptor di hypothalamus dan dihantarkan ke pusat haus di hypothalamus sebagai bentuk perilaku untuk mengatasi haus. (Kuntarti , 2005). Tanda dari kehilangan cairan atau kekurangan cairan didalam tubuh (dehidrasi) CRT > 3 detik (Muttaqin, 2011).

Peran perawat sebagai edukator berguna untuk mengedukasi penderita CKD atau keluarga penderita untuk melakukan monitoring asupan kebutuhan cairan pasien. Selain itu juga membantu klien dalam mengontrol rasa haus akibat pembatasan asupan cairan. Dalam melakukan pembatasan cairan biasanya pasien akan memiliki rasa haus atau keinginan yang disadari akan kebutuhan cairan. Mengontrol rasa pasien dapat dilakukan dengan minum sedikit tapi sering, membatasi jumlah natrium dan makanan yang pedas, kurangi komsumsi makanan berminyak, dan hindari aktivitas yang berlebihan, serta modifikasi lingkungan dan menganjurkan pasien untuk tidak banyak beraktivitas.

Disusun oleh : Cindy Nanda G.M.P, Anni Izza Hanifa, Febry Hayyu Hanifah, Monica Agustine, Moch Lukman Hakim, Fitria Ulfa.
Kelompok 12 PKK 2 Minggu 2 Ruang Pandan 1.
Dosen: Dr. Andri Setiya Wahyudi, S.Kep., Ns., M.Kep.
Editor : Titis Nurmalita Dianti (Airlangga Nursing Journalist)

References
(IRR), I. R. (2013). 5th Report of Indonesia Renal Registry 2011. Jakarta: Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI).
Dharma, P. S. (2015). Penyakit Ginjal Deteksi Dini dan Pencegahan. Yogayakarta: Solusi Distribusi.
Endang, S. P., Rachmadi, & A., H. (2015). Tingkat Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam Pembatasan Cairan Pada Terapi Hemodialisa. Jurnal Ners, 7(1), 24-30.
Faruq, M. H. (2017). Upaya Penurunan Volume Cairan Pada Pasien gagal Ginjal Kronis. 3-4.
Graha, A. S. (2010). Adaptasi Suhu Tubuh Terhadap Latihan dan Efek Cedera di Cuaca Panas dan Dingin. 125.
Kuntarti. (2005). Keseimbangan Cairan, Elektrolit, Asam dan Basa. 7.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.Jakarta: Salemba Medika.
Nurani, V. M. (2013). Gambaran Makna Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Mengalami Hemodialisis. Jurnal Psikologi, 11(1), 5-12.
Nurarif, H. A., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC .Jakarta: Mediaction
Ramela, M. I., Ismonah, & Hendrajaya. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pembatasan Asupan pada Klien dengan Chronic Kidney Disease yang Menjalani Hemodialisis. 1-8.
Ratna Sari, L., Purwanti, O. S., Ns, M. K., & Kep, N. S. 2016. Upaya Mencegah Kelebihan Volume Cairan pada Pasien Chronic Kidney Disease Dirsud dr. Soehadi Prijonegoro. (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Sari, L. R. (2016). Upaya Mencegah Kelebihan Volume Cairan pada Pasien Chronic Kidney Disease. 4.

Pin It
Hits 23417

Berita Terbaru