INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

MENGENAL SINDROM KORONER AKUT/SKA

  • By Alina Ramadani
  • In Lihat
  • Posted 21 December 2020

Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu masalah kardiovaskular yang utama karena menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang tinggi (Perki, 2015). Sindroma koroner akut adalah serangan jantung, berupa kumpulan gejala yang berhubungan dengan cedera otot jantung akibat penyumbatan pembuluh darah yang mengalir di jantung (P2PTM, 2018). Berdasarkan pengkajian, pemeriksaan fisik, pemeriksaan elektrokardiogram (EKG), dan pemeriksaan biomarka jantung, Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi tiga jenis yaitu infark miokard akut dengan elevasi segmen ST, Infark miokard akut non-elevasi segmen ST, dan Angina pektoris tidak stabil.

Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST/STEMI: ST Segment Elevation Myocardial Infarction) yang terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injury vascular. Infark miokard dengan elevasi segmen ST akut (IMA-EST) merupakan indikator kejadianoklusi total pembuluh darah arteri koroner. Diagnosis IMA-EST ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut disertai elevasi segmen ST yang persisten di 2 sadapan yang berlebihan.

Infark miokard akut non-elevasi segmen ST (IMA-NEST/NSTEMI: Non ST Segment Elevation Myocardial Infarction) yang terjadi karena trombosis akut atau proses vasokontriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner di awali dengan adanya ruptur plak yang tidak stabil. Diagnosis NSTEMI dan angina pektoris tidak stabil ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST yang persisten di 2 sadapan yang bersebelahan. Rekaman EKG saat presentasi dapat berupa depresi segmen ST, inversi gelombang T, gelombang T yang datar, gelombang T pseudo-normalization atau bahkan tanpa perubahan.

Angina pektoris tidak stabil (APTS/UAP: Unstable Angina Pectoris), Angina pektoris tidak stabil dan NSTEMI dibedakan berdasarkan kejadian infark miokard yang ditandai dengan peningkatan marka jantung. Marka jantung yang lazim digunakan adala Troponin I/T atau CK-MB. Bila hasil pemeriksaan biokimia marka jantung terjadi peningkatan bermakna, maka diagnosis menjadi NSTEMI. Pada angina pektoris tidak stabil marka jantung tidak meningkat secara bermakna. (PERKI, 2018)

Data WHO tahun 2015 menunjukkan bahwa 70% kematian di dunia disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular (39,5 juta dari 56,4 kematian). Dari seluruh kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut, 45% nya disebabkan oleh Penyakit jantung dan pembuluh darah, yaitu 17.7 juta dari 39,5 juta kematian. Berdasarkan data yang diolah oleh Riskesdas tahun 2013 didapatkan prevalensi SKA di Indonesia sebesar 1,5 % atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang.

Secara garis besar, faktor risiko SKA dapat dibagi dua. Pertama adalah faktor risiko yang dapat diperbaiki (reversible) atau bisa diubah (modifiable), yaitu: hipertensi, kolesterol, merokok, obesitas, diabetes mellitus, hiperurisemia, aktivitas fisik kurang, stress, dan gaya hidup (life style). Faktor risiko seperti usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit keluarga adalah faktor-faktor yang tidak dapat diperbaiki. Efek rokok adalah menambah beban miokard karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi oksigen akibat inhalasi karbonmonoksida atau dengan kata lain dapat menyebabkan takikardi, vasokonstriksi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah, dan merubah 5-10% Hb menjadi karboksi-Hb sehingga meningkatkan risiko terkena sindrom koroner akut.

Hipertensi dapat berpengaruh terhadap jantung melalui meningkatkan beban jantung sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri dan mempercepat timbulnya aterosklerosis karena tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner.Kolesterol, lemak, dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah arteri, sehingga lumen dari pembuluh darah tersebut menyempit dan proses ini disebut aterosklerosis.

Pencegahan penyakit jantung koroner dapat dilakukan melalui upaya CERDIK: Cek kesehatan secara rutin untuk yang sehat atau berisiko PTM: minimal 1 kali setahun dan yang sudah menderita PTM 1 kali sebulan, Enyahkan asap rokok, Rajin Aktivitas Fisik, Diet yang sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup dengan tidur 7-8 jam/hari dan Kelola stress.

Sumber :

1. Dwiputra, Bambang. (2018). Mengenali Tanda dan Gejala Serangan Dini Serangan Jantung Koroner. Diakses melalui p2ptm.kemkes.go.id › 2018/09PDF Penyakit Jantung Koroner - P2PTM Kementerian Kesehatan diakses pada Desember, 12, 2020.

2. Irmalita, dkk. (2015). PEDOMAN TATALAKSANA SINDROM KORONER AKUT. Indonesia : Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, Centra Communications.

3. PERKI. (2018). Pedoman Tata Laksana Sindrom Koroner Akut, Edisi ke-4. Jakarta: PERKI.

4. Kemenkes RI (2020) Frits Suling. R. W, dkk. (2020). Prevalensi dan Faktor Risiko Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia. Majalah Kedokteran UKI 2018 Vol XXXIV No.3.

5. Stivano. 2018. GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA SINDROM KORONER AKUT. Fakultas kedokteran unsrat.

6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Press Briefing HJS 2018 (http://p2ptm.kemkes.go.id)

Pin It
Hits 9408

Berita Terbaru