INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

KESEHATAN MENTAL

  • By
  • In Lihat
  • Posted 29 March 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 737

Masa remaja menurut World Health Organitation (WHO) merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri pada masa remaja awal (10-14 tahun), masa remaja, (14-17 tahun). Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan biologis, psikologis, maupun sosial. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan (Psikososial). Seorang anak remaja tidak lagi didapat sebagai anak kecil, tetapi belum juga dianggap sebagai orang dewasa. Disatu sisi ia ingin bebas dan mandiri, lepas dari pengaruh orang tua, disisi lain pada dasarnya ia tetap membutuhkan bantuan, dukungan perlindungan orang tuanya.

Orang tua sering tidak mengetahui atau memahami perubahan yang terjadi sehingga tidak menyadari bahwa anak mereka telah tumbuh menjadi seorang remaja, bukan lagi anak yang selalu dibantu. Orang tua menjadi bingung menghadapi labilitas emosi dan perilaku remaja, sehingga tidak jarang terjadi konflik diantara keduanya. Adanya konflik yang berlarut-larut merupakan stresor bagi remaja yang dapat menimbulkan berbagai pemasalahan yang komplek baik fisik, psikologik maupun sosial termasuk pendidikan. Kondisi seperti ini apabila tidak segera di atasi dapat berlanjut sampai dewasa dan dapat berkembang ke arah yang lebih negatif.

Jika ditinjau dari proporsi penduduk, 40 % total populasi terdiri dari anak dan remaja berusia 0 – 16 tahun, tiga belas persen dari jumlah populasi adalah anak dibawah lima tahun (balita), Ternyata populasi anak dan remaja mengalami gangguan kesehata jiwa, termasuk antara lain anak dengan tunagrahita, ganguan perilaku, kesulitan belajar dan hiperaktif. Sebanyak 13,5% balita merupakan kelompok anak berisiko tinggi mengalami gangguan perkembangan, sementara 11,7 % anak prasekolah berisiko mengalami gangguan perilaku. Prevalensi gangguan kesehatan jiwa anak dan remaja cenderung akan meningkat sejalan dengan permasalahan kehidupan dan kemasyarakatan yang makin komplek, oleh karena itu memerlukan pelayanan kesehatan jiwa yang memadai sehingga memungkinkan anak dan remaja untuk mendapatkan kesempatan tumbuh kembang semaksimal mungkin.

Perilaku remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan, salah satu bagian per kembangan masa remaja yang tersulit adalah penyesuaian terhadap lingkungan sosial, remaja harus menyesuaiakan diri dengan lawan jenis dalam hubungan interpersonal yang awalnya belum pernah ada, juga harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan sekolah dan keluarga.

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Umur 4 – 6 tahun dianggap sebagai titik awal proses identifikasi diri menurut jenis kelamin, peranan ayah dan ibu atau orang tua penganti (nenek, kakek, dan orang dewasa lainnya) sangat besar. Masa remaja merupakan pengembangan identitas diri, dimana remaja berusaha mengenal diri sendiri, ingin orang lain menilainya, dan mencoba menyesuaikan diri dengan harapan orang lain. Pola asuh keluarga mempengaruhi proses sosialisasi yaitu:
a) Sikap orang tua yang otoriter akan sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadian remaja. Ia akan menjadi seorang penakut, tidak memiliki rasa percaya diri, merasa tidak berharga sehingga proses sosialisasi merasa terganggu.
b) Sikap orang tua yang ”permisif ” akan me-numbuhkan sikap ketergantungan dan sulit menyesuaiakan diri dengan lingkungan sosial keluarga.
c) Sikap orang tua yang memban-dingkan anak-anaknya akan menumbuhkan persaingan tidak sehat dan saling curiga antar saudara.
d) Sikap orang tua yang berambisi dan terlalu menuntut anaknya akan berakibat anak cenderung mengalami frustasi, takut gagal, dan merasa tidak berharga.
e) Orang tua yang demokratis kondisi ini akan menimbulkan keseim bangan antara perkembangan individu dan sosial sehingga anak memperoleh suatu kondisi mental yang sehat.

Pin It
Hits 1024