INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

MENGENAL DEMAM BERADRAH DENGUE (DBD) DAN PENCEGAHANNYA

  • By
  • In Lihat
  • Posted 23 July 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 737

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, dimana penyakit ini biasa muncul di musim penghujan. Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini memiliki ciri berwarna hitam kecoklatan dengan corak putih pada bagian kepala, torak, perut dan kaki (Kemenkes RI, 2013).

Menurut WHO (2018), virus dengue dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan bereplikasi selama 5-7 hari sehingga bisa menimbulkan gejala klinis walaupun kadang tidak ditemukan gejala pada beberapa orang. Virus dengue memerlukan manusia sebagai perantara penularannya dan nyamuk sebagai vektornya. Nyamuk Aedes aegypti berperan sebagai penular yang utama dan nyamuk Ae. Albopictus berperan sebagai penular yang kedua. Perbedaan nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus berada pada bagian toraknya. Nyamuk Aedes aegypti memiliki warna bulan sabit putih, sedangkan nyamuk Aedes albopictus berbentuk garis lurus (Kemenkes RI, 2013).

Perkembangan virus dengue disebut juga dengan masa inkubasi. Masa inkubasi terjadi secara ekstrinsik dan intrinsik melalui tubuh nyamuk dan manusia. Masa inkubasi ekstrinsik terjadi dalam tubuh nyamuk, dimana virus dengue akan bereplikasi selama 4-10 hari kemudian virus ini akan masuk ke ludah nyamuk sehingga nantinya ketika nyamuk menghisap darah manusia, virus dengue juga dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan bereplikasi selama 5-7 hari atau disebut sebagai masa inkubasi intrinsik dan menimbulkan tanda gejala DBD walaupun beberapa orang tidak mengalami tanda dan gejala tersebut (WHO, 2018).

Faktor risiko yang berpotensi menyebabkan terjadinya penularan dan semakin berkembangnya penyakit DBD adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak memiliki pola tertentu, faktor urbanisasi yaitu perpindahan penduduk secara terus – menerus dari kota kecil ke kota besar yang tidak berencana dan terkontrol dengan baik, semakin majunya sistem transportasi sehingga perpindahan penduduk sangat mudah, sistem pengelolaan limbah dan penyediaan air bersih yang tidak memadai, berkembangnya penyebaran dan kepadatan nyamuk, kurangnya sistem pengendalian nyamuk yang efektif, serta melemahnya struktur kesehatan masyarakat. Selain faktor-faktor lingkungan tersebut diatas adalah status imunologi (kekebalan tubuh) seseorang yang kurang baik. Perubahan iklim (climate change) global yang menyebabkan kenaikan rata-rata temperatur, perubahan pola musim hujan dan kemarau juga disinyalir menyebabkan risiko terhadap penularan DBD (Kemenkes. 2017).

Lalu bagaimana gejala dan penatalaksaannya?

Pada anak gejalanya berupa demam selama 1 sampai 5 hari, radang tenggorokan, dan batuk ringan. Pada anak yang umurnya lebih dari 5 tahun, gejalanya adalah demam tinggi, nyeri kepala dan belakang mata. Penderita Demam Berdarah Dengue akan mengalami panas tinggi yang di sebabkan masuknya virus dengue ke dalam tubuh yang dapat menimbulkan tanda gejala sebagai berikut, penderita akan mengalami demam tinggi selama 5 sampai 7 hari, suhu tubuh lebih dari 37°C, mukosa bibir kering, mata terlihat cekung, gejala nyeri otot (Susilo. 2016).

Penatalaksanaan DBD

A.DD (Demam Dengue)
1.Istirahat ditempat tidur (tidak melakukan aktivitas).
2.Kompres hangat diberikan apabila diperlukan.
3.Untuk menurunkan suhu menjadi <39°C, dapat diberikan paracetamol. Asetosal, salisilat, ibuprofen jangan digunakan pada pasien DBD.
4.Beri pasien minum yang cukup dan yang mengandung elektrolit seperti oralit
5.Monitor suhu, jumlah kadar sel darah merah (hematokrit), dan jumlah keping darah (trombosit) hingga fase penyembuhan (IDAI, 2014)

B.DBD Tanpa Syok (penuran aliran darah secara tiba tiba)
1.Lakukan tata laksana DD.
2.Pada saat pasien datang, berikan cairan infus kristaloid/ NaCI 0,9% atau dekstrosa 5% dalam ringer laktat/NaCI 0,9%, 6-7 ml/kgBB/jam.
3.Monitor suhu, nadi, frekuansi napas, tekanan darah, volume urin setiap jam dan hematokrit serta trombosit setiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi 12-24 jam.
4.Apabila selama observasi keadaan umum membaik yaitu anak nampak tenang, tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup, dan kadar Ht cenderung turun minimal dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut, maka tetesan dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam.
5.Apabila dalam 27 observasi selanjutnya tanda vital tetap stabil, tetesan dikurangi menjadi 3 ml/kgBB/jam dan akhirnya cairan dihentikan setelah 24-48 jam (IDAI, 2014).

C.DBD Dengan Syok (penuran aliran darah secara tiba tiba)
1.Penggantian volume plasma segera dengan memberikan cairan kristaloid 20 ml/kgBB secara intravena dalam 30 menit. Bila tidak ada perbaikan pemberian cairan kristoloid ditambah cairan koloid.
2.Terapi oksigen 2 liter per menit harus selalu diberikan pada semua pasien syok.
3.Monitor suhu, nadi, frekuansi napas, tekanan darah, volume urin setiap jam dan hematokrit serta trombosit
4.Setelah pemberian cairan resusitasi kristaloid dan koloid, syok masih menetap sedangkan kadar hematokrit turun, maka pikirkan adanya perdarahan internal. Maka dianjurkan pemberian transfusi darah segar/ komponen sel darah merah (IDAI, 2014).

Setelah mengetahui tentang gejala dan tatalaksanaan DBD, selanjutnya kita akan memberikan tips dalam pencegahan DBD berikut cara pencegahannya:
1.Menguras
Membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air, penampung air lemari es dan lain-lain.
2.Menutup
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
3.Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang yang dapat memicu tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
4.Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
5.Menggunakan kelambu saat tidur.
6.Menghindari kebiasaan menggantung pakaian didalam rumah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
7.Menggunakan obat anti nyamuk oles ketika tidur dan beraktifitas sehari-hari.(Ustiawaty, Pertiwi and Aini, 2020)

Penulis : Gentri Zulfika, Fauziah Dinda Pratama, Adila Rosyida, Mellisa Dwi Mustika, Ayu Arihanakita S, Ayu Devi Prestiyanti, Monica Agustine, Chalimatus Sya'diyah (Kelompok 1.2)

DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes. (2017). Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta
IDAI, 2014. Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Dengue pada Anak; UKK Infeksi dan Penyakit Tropis, IDAI
Susilo, A. S. A., & Irdawati, S. K. (2016). Upaya Penurunan Suhu Tubuh Dengan Kompres Hangat Pada Anak DBD Di RSPA Boyolali (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Tansil, Melissa G, dkk. (2021). Faktor Risiko Terjadinya Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Jurnal Biomedik, Vol. 13(1), Hal. 90-99.
Kemenkes RI, 2013. Buku Saku Pengendalian Demam Berdarah Dengue Untuk Pengelola Program DBD Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehat Lingkungan.
WHO, W. H. O., 2018. Dengue Control : Epidemiology. [Online] Available at: https://www.who.int/denguecontrol/epidemiology/en/ [Accessed 14 Juni 2021].
Ustiawaty, J., Pertiwi, A. D. and Aini, A. (2020) ‘Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Melalui Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti’, Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 3(2). doi: 10.29303/jpmpi.v3i2.528.
Nasihudin, A. A. (2021, July 23). Waspada, Ini Jam-Jam Nyamuk Aedes Aegypti Penyebab DBD Serang Manusia.
RSU Sejahtera Bhakti dan Holistik. (2021, July 23). Perbedaan Chikungunya dan Demam Berdarah (DBD). Retrieved from RSU Sejahtera Bhakti dan Holistik

Pin It
Hits 3326