INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Tuberkulosis di Era Pandemi Covid 19

  • By
  • In Lihat
  • Posted 25 July 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 735

Tuberkulosis (TB) dan Covid-19 adalah dua penyakit menular yang secara primer menyerang organ paru-paru. Keduanya menunjukkan gejala klinis yang hampir sama yaitu batuk, panas dan kesulitan dalam bernapas. Namun bedanya adalah tuberkulosis memiliki perjalanan penyakit yang panjang sedangkan Covid-19 tidak. Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang dapat dicegah dan diobati, namun untuk mengontrol infeksi ini tidak mudah karena melibatkan banyak hal dan membutuhkan biaya yang tinggi. Keterlambatan diagnosis dan terapi yang tidak adekwat menyebabkan makin meningkatnya angka keparahan dan kematian karena penyakit ini sebagaimana juga resiko penularan dan angka resistensi obat.

Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) adalah penyakit yang relatif baru ditemukan pada akhir tahun 2019 di Wuhan, China. Penyakit ini disebabkan oleh virus corona tipe beta dan karena virus ini menyebabkan infeksi yang parah terutama di saluran napas sehingga disebut sebagai SARS-CoV 2 (Severe Acute Respiratory Syndrome-Corona Virus 2). Pada tanggal 11 Maret 2020, Direktur Jendral WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus telah mengumumkan wabah virus corona ini sebagai pandemi, karena virus tersebut menyebabkan penyakit atau kematian secara luas, penularan dari orang ke orang yang berkelanjutan dan bukti adanya penyebaran ke seluruh dunia.

Makin meningkatnya angka kejadian dan kematian karena Covid-19 ini mengakibatkan seluruh perhatian dunia terpusat pada cara pencegahan transmisi virus tersebut di masyarakat melalui berbagai usaha termasuk pembuatan vaksin, sehingga semua acara tentang TB yang telah dijadwalkan di berbagai negara menjadi tertunda dan kurang diperhatikan. Padahal bagaimanapun juga, adalah penting bagi kita untuk tetap menjaga kewaspadaan terhadap permasalahan global tentang TB. Pandemi Covid-19 ini sebenarnya memberikan kesempatan bagi kita untuk membuat kebijakan-kebijakan baru dari segi aspek pencegahan antara Covid 19 dan TB yang keduanya merupakan suatu tantangan global dunia saat ini. Ancaman besar bagi Covid-19 dan TB yaitu karena melibatkan sistem kesehatan nasional secara menyeluruh. Pandemi Covid-19 yang mendunia, penyebarannya yang sangat cepat dan angka kematian yang cukup tinggi memang merupakan suatu masalah kedaruratan nasional. Selain itu adanya kebutuhan dari alat perlindungan diri (APD) yang tidak terpenuhi, ventilator dan penuhnya pasien yang membutuhkan perawatan di Rumah Sakit menjadi perhatian seluruh tenaga kesehatan pada masa pandemi ini. Namun sebaliknya TB adalah suatu epidemi yang “silent”/ tenang namun menghanyutkan, yang bila tidak waspada maka angka kejadian MDR-TB akan meningkat tajam, mengingat bahwa saat ini karena adanya pandemi Covid-19 membuat masyarakat menjadi takut dan menghindar dari fasilitas-fasilitas kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah Sakit. Pasien TB yang seharusnya mengambil obat dan/atau kontrol, tidak pergi ke Puskesmas atau Rumah Sakit untuk mengambil obat dan/atau kontrol. Dan apabila angka kejadian MDR-TB ini meningkat maka biaya yang akan dikeluarkan oleh pemerintah terkait akan hal ini tentunya juga akan meningkat. Untuk mengatasi hal ini, sebenarnya Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menerbitkan buku yang berjudul : “Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga” bagi penyelenggara pembangunan Kesehatan dalam periode tahun 2016-2019. Melalui buku ini diharapkan Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dapat melakukan pendekatan keluarga untuk mengenali masalah-masalah kesehatan yang ada dalam keluarga tersebut secara holistik, misalnya masalah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan adanya hambatan-hambatan lain yang menyebabkan tidak tercapainya target yang diharapkan oleh Pemerintah dalam mencapai Prioritas Kesehatan Nasional yang dalam hal ini penanggulangan kasus tuberkulosis.

Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah pentingnya diagnosis yang cepat dan kewaspadaan serta kesadaran masyarakat untuk mencegah transmisi yang luas dari suatu penyakit infeksi. Pencegahan terhadap transmisi TB seharusnya dapat berjalan sinergis dengan pencegahan terhadap Covid-19 yang telah banyak dipromosikan melalui berbagai media massa, yaitu Gerakan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak) yang diharapkan pada akhirnya dapat menjadi kebiasaan bagi tiap individu dalam keluarga untuk menerapkannya. Dan apabila kegiatan seperti ini sudah menjadi kebiasaan (lifestyle) dari individu dalam masyarakat maka penularan dari berbagai penyakit infeksi yang cara penularannya melalui udara dapat dicegah, termasuk penyakit tuberkulosis. Sedangkan untuk diagnosis cepat dari TB, beberapa staf pengajar yang terlatih dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, bekerja sama dengan dokter yang bertanggung jawab di Laboratorium Mikrobiologi RS JP Wanane, Sorong, Papua, di tengah segala keterbatasan, telah berinisiatif untuk mengadakan workshop online tentang pembuatan sediaan mikroskopis TB yang baik dan benar serta ketrampilan dalam pembacaan sediaan panel slide TB dalam rangka penyegaran ilmu kepada tenaga-tenaga kesehatan beberapa Puskesmas dan Rumah Sakit sekitar Sorong. Melalui berbagai usaha dan kerjasama yang baik antara Pemerintah, Universitas dan tenaga-tenaga kesehatan sebagai ujung tombak di daerah-daerah seluruh Indonesia, diharapkan target eliminasi TB di Indonesia tahun 2030 dan eradikasi TB tahun 2050 dapat tercapai.

 

Sumber: http://news.unair.ac.id/2021/07/21/tuberkulosis-di-era-pandemi-covid-19/

Sumber gambar: POP TB Indonesia

Penulis : Dr. Rebekah Juniati Setiabudi, dr., MSi.

Penulis adalah tim tuberkulosis dan dosen dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Artikel lengkap dapat dibaca di :

Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Service) Vol 5 no 1 Tahun 2021, halaman 111- 115, ISSN 2580-8680, e-ISSN 2722-239X

 

Pin It
Hits 394