INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

PERAWATAN KANKER OVARIUM POST OPERASI DAN KEMOTERAPI

  • By
  • In Lihat
  • Posted 26 July 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 737

Kanker ovarium adalah suatu keganasan ginekologi yang sampai saat ini di Indonesia masih menempati urutan ketiga setelah kanker leher rahim dan kanker corpus uteri. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian tertinggi pada kanker alat genitalia perempuan (Rahmawati, ER and Pakasi, 2016). Kanker ovarium tipe epitelial merupakan keganasan ovarium yang paling banyak ditemukan dan biasanya asimtomatis sampai terjadi metastase sehingga kebanyakan pasien yang datang sudah memasuki stadium lanjut. (Pusat Data dan Informasi Kementerian, 2015).

Bagaimana Epidemiologi Kanker Ovarium ?

Menurut data statistik American Cancer Society kejadian kanker ovarium terdapat sekitar 4% dari seluruh keganasan yang diidap perempuan dan menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker. Angka kematian yang tinggi akibat kanker ovarium disebabkan gejala pada tahapan awal tidak timbul, sehingga kejadiannya seringkali tertemukan setelah lanjut (Arania and Windarti, 2015). Pada tahun 2018 ditemukan 295.414 kasus baru dengan angka kematian 184.799 (45 %).

Insiden kanker ganas ovarium di Asia timur lebih tinggi dibandingkan dengan Eropa timur dan tengah yaitu kurang dari 12 wanita tiap 100.000 penduduk. Usia rata-rata penderita kanker ovarium adalah 63 tahun dan 70% di antaranya adalah stadium lanjut (Mussardo, 2019). Penduduk Indonesia yang menderita kanker ovarium menduduki urutan ke enam terbanyak setelah karsinoma servik, payudara, kolorektal, kulit, dan limfoma. Insidens kanker ovarium di Indonesia sebanyak 9.664 kasus atau 6,2 % dengan angka mortalitas 7.031 kasus. (Pangribowo, 2019).

Bagaimana Perawatan Post Operasi Ca Ovarium?

Setelah pembedahan, pasien mengalami kondisi lemah dan akan sulit melakukan aktivitas.Upaya perawat yang akan dilakukan untuk memulihkan pasien pasca general anestesi yaitu mengajarkan mobilisasi dini atau latihan fisik. Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, latihan nafas dalam (Majid Abdul, dkk, 2011).

Menjaga kebersihan bekas luka operasi dilakukan dengan cara menghindari bekas luka operasi dari air, mengganti balutan secara rutin 3 hari sekali, tidak menyentuh bekas luka operasi dengan tangan yang tidak bersih/steril, dapat menggunakan betadine atau cairan yang lainnya atas anjuran dokter. tanda–tanda peradangan (paling sedikit terdapat satu dari tanda-tanda infeksi berikut: nyeri, bengkak lokal, kemerahan dan hangat lokal, gangguan fungsi gerak pada daerah luka, Terdapat pus/ nanah yang keluar dari luka operasi (Kemenkes RI, 2017).

Pasien dianjurkan untuk melakukan kontrol jahitan. Pada kontrol ulang dilakukan 3 hari pertama setelah pasca operasi, biasanya dilakukan ganti balutan dan mengecek bekas luka operasi, apakah bekas luka operasi masih dalam batas normal atau tidak seperti, tidak mengeluarkan nanah dan darah, mengering, dan bersih.Setelah dilakukan kontrol ulang 3 hari pertama setelah pasca operasi dapat dilanjutkan dengan 1 minggu kemudian atau 3 hari kemudian lagi, maka apabila bekas jahitan tersebut sudah mengering dan tidak bernanah maupun berdarah, tahap selanjutnya yaitu melepas jahitan (Potter dan Perry, 2010).

Pasien pasca operasi juga dianjurkan meningkatkan asupan nutrisi. Diantara makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air yang cukup, maka yang paling penting untuk penyembuhan luka adalah protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C sangat penting peranannya dalam proses penyembuhan luka. (Potter dan Perry, 2010).

Apasaja Efek Samping Kemoterapi ?

Kemoterapi merupakan suatu bentuk pengobatan menggunakan obat-obatan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel kanker. Pasien Ca Ovarium yang menjalani kemoterapi akan muncul beberapa efek samping yang akan dirasakan yaitu mual dan muntah (Nausea dan Vomiting), rambut rontok (Alopecia), anemia, gangguan pencernaan.

Bagaimana Perawatan Pasien Ca Ovarium Post Kemoterapi ?

Efek samping yang ditimbulkan dari pengobatan kemoterapi sering sekali membuat pasien mengalami gangguan fisik, rasa nyaman, gelisah, cemas, dan menarik diri. Maka dari itu perlu sekali dilakukan perawatan dari efek samping yang ditimbulkan, antara lain :
1.Mual dan Muntah (Nausea dan Vomiting)
- Makan dalam porsi kecil (namun sering)
- Hindari makanan berlemak dan berbau tajam
- Hindari makanan yang berbumbu tajam (asam, pedas)
- Minum banyak air agar tubuh tidak kekurangan cairan
- Minum teh beraroma mint atau jahe
- Makan makanan dingin, kering, dan pada suhu ruangan
- Jika kondisi memburuk segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan
2. Rambut Rontok (Alopecia)
- Kepala jangan terlalu dipijat saat keramas dan memakai pencuci rambut 2-3 hari sekali serta menyisir rambut dengan lembut
- Konsumsi vitamin E
- Menggunakan bantal yang lembut
- Memakai jilbab, wig, topi untuk menutupi kepala agar percaya diri meningkat
- Apabila rambut panjang sebaiknya dipotong untuk meminimalisir kerontokan
3. Anemia
- Minum obat suplementasi besi sesuai dengan resep dokter
- Tidur dan istirahat yang cukup
- Kurangi olahraga berat
- Makan cukup yang mengandung zat besi misalkan, sayur hijau, bayam merah, hati, dan daging merah, jus jambu dsb
- Hindari konsumsi kopi dan minuman bersoda
- Makan makanan yang bergizi untuk melawan kelemahan dan keletihan
- Perbanyak minum air putih
4. Gangguan Pencernaan
- Apabila diare konsumsi banyak air dan makan makanan yang lunak (pisang, bubur, roti)
- Apabila sembelit konsumsi makanan tinggi serat (sayur dan buah – buahan)

Apasaja Pantangan Makanan Pasien Kemoterapi ?

Selama menjalani kemoterapi sebaiknya pasien menghindari beberapa makanan yang berbumbu tajam (pedas), santan, asam karena dapat memperberat luka pada lambung. Hindari juga makanan mentah dan setengah matang. Adapun minuman yang harus dihindari antara lain kopi dan minuman yang mengandung soda/alkohol.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengobatan kanker ovarium primer yaitu operasi pengangkatan tumor primer dan metastasisnya. Setelah pembedahan, perawatan luka perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi. Prinsip perawatan luka menggunakan teknik aseptik, mengganti balutan dan pantau tanda infeksi. Menjaga kebersihan bekas luka operasi dapat dilakukan dengan cara hindari dari air, mengganti balutan secara rutin 3 hari sekali, tidak menyentuh bekas luka operasi dengan tangan yang tidak bersih, dapat menggunakan betadine atau cairan yang lainnya atas anjuran dokter. Pasien post operasi dianjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi agar status gizi pasien segera kembali normal, mempercepat proses penyembuhan, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Protein dan vitamin C paling penting untuk penyembuhan luka. Pasien juga dianjurkan untuk melakukan kontrol jahitan, apakah bekas luka operasi masih dalam batas normal atau tidak seperti, tidak mengeluarkan nanah dan darah, mengering, dan bersih. Setelah dilakukan pembedahan dilakukan kemoterapi. Beberapa efek kemoterapi yang membuat pasien mengalami gangguan rasa nyaman, cemas, dan menarik diri perlu ditangani dengan baik. Seperti mual dan muntah, rambut rontok, anemia, gangguan pencernaan. Jika tidak dapat ditangani dengan baik maka dapat mengganggu kualitas hidup pasien.

Penulis :
Syafira Dhea Fitra Ningtyas, Nia Meilansari, Adinda Nur Amalia, Nofita Dwi Rohmawati, Nurika Dian Meirani, Nur Athiyyah Amini , Sabrina Fadila TIM PKK III Minggu II Kelompok 2.1 Angkatan 2018

Referensi :
Abdul Majid, dkk. (2011). Keperawatan Perioperatif. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Arania, R. and Windarti, I. (2015) ‘Karakteristik Pasien Kanker Ovarium di Rumah Sakit Dr . H . Abdul Moeloek Ovarian Cancer Characteristic in H . Abdul Moeloek Hospital Bandar Lampung 2009-2013 Period’, Jurnal Kedokteran Unila, 5, pp. 43–47.
Ardhiansyah, A. 2021. Tips Mengatasi Efek Samping Kemoterapi. Surabaya: Airlangga University Press.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Mussardo, G. (2019) ‘Kanker Ovarium’, Statistical Field Theor, 53(9), pp. 1689–1699. Available at:https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/b24adde57acc93fe1519b8db71314748.pdf.
Pangribowo, S. (2019) ‘Beban Kanker di Indonesia’, Pusat Data dan Informasi Kemeterian Kesehatan RI, pp. 1–16.
Potter. P.A and A.G Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi .7. Jakarta: Salemba Medika
Pusat Data dan Informasi Kementerian (2015) ‘Situasi Penyakit Kanker’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.
Rahmawati, H., ER, D. and Pakasi, R. D. (2016) ‘Kanker Ovarium Disgerminoma’, Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 19(1), p. 51. doi: 10.24293/ijcpml.v19i1.390.
Sujono Riyadi & Harmoko. (2012). Standart Operating Procedure dalam Klinik Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Tumina, M. S., &Yona, S. (2021). Penerapan Intervensi Berbasis Evidence Based Practice untuk Mengatasi Efek Samping pada Pasien yang Menjalani Kemoterapi. Jurnal Keperawatan, 13(1), 99–110.

Pin It
Hits 14600