INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Hemoptisis pada Pasien Aspergilloma

  • By
  • In Lihat
  • Posted 04 August 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 735

Aspergilllus merupakan jamur yang umum ditemukan pada materi organik. Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia ialah Aspergilllus fumigatus dan Aspergilllus niger, kadang-kadang bisa juga akibat Aspergilllus flavus dan Aspergilllus clavatus yang semuanya menular dengan transmisi inhalasi.

Umumnya Aspergilllus akan menginfeksi paru-paru, yang menyebabkan empat sindrom penyakit, yakni Allergic Bronchopulmonary Aspergilllus (ABPA), Chronic Necrotizing Pneumonia Aspergilllus (CNPA), Aspergilloma, dan Aspergilllus Invasif.

Aspergilloma merupakan fungus ball (misetoma) yang terjadi karena terdapat kavitas di parenkim akibat penyakit paru sebelumnya. Penyakit yang mendasarinya bisa berupa TB (paling sering) atau proses infeksi dengan nekrosis, sarkoidosis, fibrosis kistik, dan bula emfisema. Fungus ball ini dapat bergerak di dalam kavitas tersebut namun tidak menginvasi dinding kavitas. Adanya fungus ball menyebabkan terjadinya hemoptisis yang berulang.

Hemoptisis terjadi pada 55-83% penderita, bervariasi mulai dari bercak darah dalam sputum hingga hemoptisis massif yang seringkali mengancam jiwa pada 30% penderita. Hemoptisis merupakan ancaman utama penderita Aspergilloma. Beberapa cara alternatif yang kurang invasif untuk mengatasi hemoptisis telah dicoba. Embolisasi arteri bronkial memang dapat menghentikan hemoptisis untuk sementara, namun setelah beberapa saat hemoptisis kambuh kembali, diduga akibat banyaknya arteri kolateral menuju Aspergilloma.

Instilasi intrakaviter N-acetyl cystein, aminocaproic acid, dan ampoterisin B dapat menghentikan perdarahan pada episode akut hemoptisis, namun perdarahan kembali berulang pada sebagian besar penderita. Bahan-bahan lain yang pernah dicoba intrakaviter adalah natrium atau kalium iodide. Radioterapi juga dapat mengurangi hemoptisis masif untuk sementara waktu tanpa mengurangi ukuran Aspergilloma, dengan demikian tidak memperkecil resiko hemoptisis selanjutnya.

Dipandang dari sudut efektifitas pengendalian hemoptysis, tampaknya terapi bedah adalah pilihan pertama. Penelitian retrospektif kasus-kasus mortalitas pasca operasi menunjukan bahwa: penyakit dasar yang sudah parah (khususnya TB), fungsi cadangan paru yang jelek, dan usia lanjut merupakan faktor prognostik buruk. Seleksi yang ketat untuk menentukan penderita yang akan menjalani terapi bedah ternyata berhasil menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasca operasi.

METODE DAN HASIL

Berikut ini kami laporkan kasus seorang pasien Ny. M usia 45 tahun dengan kecurigaan Aspergilloma paru kiri. Batuk darah (hemoptisis) sejak 10 bulan sebelum masuk RS, keluar dahak berupa bercak darah bercampur lendir kental berwarna putih kelabu, dengan jumlah kurang lebih 1 sendok makan setiap kali batuk. Riwayat batuk sejak 3 tahun terakhir. Dada kanan dirasakan nyeri bila batuk. Nafsu makan menurun, berat badan menurun 5 kg dalam 6 bulan. Tidak didapatkan sesak nafas, demam, maupun keringat malam.

Pemeriksaan laboratorium didapatkan GDS meningkat 256. Pemeriksaan mikrobiologi sputum KOH ditemukan Hifa bersepta, gram negatif (+4), BTA negatif, hasil kultur MTB sputum negatif. Pemeriksaan kultur jamur sputum didapatkan Candida sp, kultur sputum aerob didapatkan Pseudomonas Aeroginosa.

Pemeriksaan histopatologi dari FNAB CT guiding dan biopsi jaringan lobektomi paru kiri diperoleh hasil Aspergilllus Pemeriksaan radiologi foto toraks AP diperoleh hasil kavitas berdinding tipis dengan opasitas bentuk oval batas tegas ukuran 4×2 cm dengan crescent sign (+) pada parahiler kiri kesan Aspergilloma. Pemeriksaan CT scan toraks didapatkan gambaran fungus ball di segmen apikoposterior lobus superior paru kiri.

Tata laksana pasien Aspergilllus bergantung pada berat ringannya gejala (hemoptisis), derajat keparahan penyakit dasar, usia, dan fungsi cadangan paru pasien. Pasien dengan hemoptisis masif berulang dan keadaan fisik “fit” sebaiknya menjalani terapi bedah. Pasien akhirnya menjalani operasi lobektomi lobus superior kiri tanpa mengalami komplikasi.

 

Sumber:  http://news.unair.ac.id/2021/08/02/hemoptisis-pada-pasien-aspergilloma/

Sumber gambar: Dreamstime

Penulis: Dr. Laksmi Wulandari, dr., Sp.P(K), FCCP

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

Gilang Muhammad Setyo Nugroho and Laksmi Wulandari (2021). Hemoptysis in a patient with pulmonary aspergilloma and type 2 diabetes mellitus: A rare case in an Indonesian adult. International Journal of Surgery Case Reports 84 (2021) 106125.

https://doi.org/10.1016/j.ijscr.2021.106125

 

Pin It
Hits 482