INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Waspadai Gangguan Perkembangan pada Anak Leukemia

  • By
  • In Lihat
  • Posted 06 August 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 737

Leukemia lymphoblastic akut (ALL atau juga disebut leukemia limfositik akut) adalah kanker darah dan sumsum tulang. Kanker jenis ini biasanya semakin memburuk dengan cepat jika tidak diobati. ALL adalah jenis kanker yang paling umum pada anak-anak. Anak yang sehat memiliki sumsum tulang yang memproduksi sel-sel induk darah (sel yang belum matang) yang menjadi sel-sel darah dewasa dari waktu ke waktu. Sebuah sel induk dapat menjadi sel induk myeloid atau sel induk limfoid (National Cancer Institute, 2015). (Kurniawan, 2020).

Gangguan Perkembangan Anak (GPA)/Children Development Disorder merupakan masalah mental anak yang sering diabaikan oleh orang tua. Masalah ini akan menjadi serius ketika pelakunya sudah mengganggu orang lain dan lingkungannya. Untuk itu diperlukan pemahaman dan pengetahuan masyarakat yang cukup dalam mengenali gangguan perkembangan anak secara dini. Dengan demikian gangguan perkembang anak dapat diketahui lebih cepat, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang (Silvana, 2020). Berikut ini tanda dan gejala gangguan perkembangan anak :

a.Gangguan Kognitif
Gangguan kognitif pada anak muncul ketika banyak tekanan dari lingkungan anak yang bersifat stressor bagi anak. Selain itu juga bisa diakibatkan karena pengobatan tertentu. Gangguan kognitif bisa berbentuk sebagai hilangnya kemampuan berpikir rumit, pelupa, disabilitas dalam belajar, sulit berkonsentrasi, menurunnya kecerdasan, dan penurunan lain di dalam lingkup fungsi berpikir (Shehata, 2016). Terapi definitif leukemia akut merupakan terapi dengan kemoterapi sitotoksik yang menggunakan kombinasi obat multiple. Kemoterapi ini dijalankan dalam proses yang lama dan memiliki efek samping seperti mual, muntah, luka pada rongga mulut. Selain efek samping secara fisik, psikologis anak juga dapat terganggu seperti tidak percaya diri, gangguan kognitif, kecemasan, dan depresi (Nuraini and Mariyam, 2020).
b.Gangguan Perkembangan Motorik Halus
Anak-anak berpenyakit leukemia memiliki masalah-masalah seperti berkurangnya kemampuan anak dalam beraktivitas pada sesuainya. Anak akan mengalami kesulitan seperti menggambar yang dicontohkan, menggambar garis yang lebih panjang. Kesulitan ini sebagai akibat rasa sakit nyeri pada bagian tulang (Hoffbrand, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian mengenai motorik halus diketahui banyak responden yang masuk dalam kategori normal, hal ini lebih disebabkan karena motorik halus tidak membutuhkan kekuatan otot besar, serta masih adanya stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Menurut Wong (2005), salah satu fase hospitalisasi pada anak adalah fase putus asa/ desfair fase. Fase ini responden tidak aktif, menarik diri dari orang lain, tertekan dan sedih, tidak tertarik dengan lingkungan sekitar, pendiam, menolak untuk bergerak.
c.Gangguan Perkembangan Motorik Kasar
Penderita leukemia mengalami beberapa ganguan seperti mengalami demam, nyeri pada tulang sendi, bahkan mengalami mimisan. Terbatasnya aktivitas bermain yang banyak menggunakan motorik kasar juga mempengaruhi pada motorik kasar. Rasa nyeri pada sendi tangan sebagai akibat sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih (Wong, 2003).
Peneltian yang dilakukan Theofanidis (2007) Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang sakit leukemia akan beradaptasi dengan lingkungan sosial yang baru. Oleh karena itu sangat diperlukan dari petugas kesehatan untuk memberikan dukungan baik kepada anak yang sakit mapun keluarga, yang pada akhirnya dapat proses perawatan selama dirumah sakit. Orang tua yang mendapat dukungan dari petugas kesehatan diharapkan menurunkan rasa cemas ataupun stress yang dialami.
d.Gangguan Psikologis
Anak-anak penderita penyakit leukemia pada umumnya memiliki permasalahan psikologis. Dunia anak yang penuh aktivitas dan keceriaan berubah, demikian pula dengan aktivitas sosial, seperti bermain dan bersekolah. Anak dihadapkan pada rasa nyeri, prosedur medis untuk diagnosis dan pengobatan, serta rutinitas pengobatan lain seperti minum obat dan pemantauan obat di rumah sakit. aspek ini memiliki peran tinggi dalam menunjang kelancaran proses pengobatan dan pengaruhnya terhadap perkembangan anak setelah sembuh.penderita leukemia bahwa tingkat stress berpengaruh negatif terhadap koping. Semakin tinggi tingkat stress anak semakin rendah koping. Selain itu, koping berpengaruh positif terhadap pencapaian adaptasi. Perilaku koping memberi pengaruh positif terhadap pencapaian adaptasi. Manifestasi perilaku stres dan koping orang-tua mempengaruhi manifestasi perilaku stress dan koping anak, rasa sakit yang ditimbulkan oleh tindakan medis seperti fungsi lumbal dan aspirasi sumsum tulang merupakan sumber stress yang besar bagi anak. (Gamayanti, 2009)
e.Gangguan Sosial
Pada keluarga anak dihadapkan dengan keadaan yang sulit. Hasil dari diagnosa kanker membuat munculnya perasaan takut dan putus asa, baik pada anak maupun keluarga. Orang tua akan mengalami kesulitan untuk memahami perasaan dan kondisi yang dialami anaknya. Ketidaktahuan akan kebutuhan dan perawatan finansial anak serta kehidupan sosial juga mempengaruhi psikologis dan fisik orang tua khususnya ibu dalam merawat anak dengan leukemia. Dalam kondisi sakit kanker, anak-anak akan mengalami perubahan besar dalam kehidupannya, dimana ia tidak bisa lagi bermain bebas bersama dengan teman-temannya, belajar dan melakukan kegiatan sekolah. Dengan adanya diagnosa leukemia pada diri anak-anak dan menjalankan berbagai pengobatan dengan efek samping yang dihasilkan dari pengobatan tersebut, perawatan dengan jangka waktu yang lama dapat berdampak pada kehidupan anak tersebut, dimana hal-hal tersebut dapat mempengaruhi penerimaan dirinya dengan kondisi saat ini. (Nasution, 2021)
f.Gangguan Perkembangan Emosional
Pada usia ini anak mulai belajar mengendalikan reaksi emosinya dengan berbagai cara atau tindakan yang dapat diterima lingkungannya (misalnya anak usia sekolah tidak lagi menjerit jerit dan berguling jika keinginannya tidak dipenuhi). Memang masih sering terjadi bahwa di rumah anak usia ini kurang besar motivasinya untuk mengendalikan emosinya bila dibandingkan dengan kontrol emosi yang dilakukannya di luar rumah (diantara teman atau di sekolah).

Perkembangan kepribadian dan psikososial anak dengan leukemia dapat mengalami gangguan. Penelitian Vina (2008) pada anak penderita kanker di Rumah sakit Kanker menunjukkan bahwa terdapat adanya perbedaan kepribadian antara anak penderita kanker dengan anak bukan penderita kanker. Berdasarkan penelitian tersebut disimpulkan bahwa penyakit kanker dapat mengganggu perkembangan emosional anak.

Penanganan Dampak Hospitalisasi:

a.Terapi Bermain
Melalui bermain dapat mengetahui persepsi anak tentang hospitalisasi. Merupakan kesempatan untuk menghilagkan stress. Terdiri dari aktivitas yang tergantung dengan kebutuhan perkembangan anak maupun lingkungan seperti pertunjukan wayang, seni, permainan boneka, dll
b.Terapi Badut
Bermain dengan lemah lembut dan penuh tawa bersama anak agar anak dapat mengekspresikan emosinya, memenuhi rasa kontrol, dan dapat berinteraksi secara sosial
c.Terapi Musik
Suatu metode yang dilakukan untuk mengurangi stress pada anak yang mengalami hospitalisasi. Beberapa penelitian menunjukkan efek fisiologis dan psikologis dari musik terhadap anak yang mengalami hospitalisasi (Fadlian N, 2015)

Penyusun :
1.Siti Aisah 131811133002
2.Mustika Milenia Dwi Tunjung Biru 131811133060
3.Halim Rahmat Zhafran 131811133131
4.Hani Salsabila Deva 131811133136
5.Realvan Margaret Eindhitya 131811133146
6.Fhauzhy Yosshy Pratama 131811133148
7.Nadira Emillita Muslimah 131811133153
8.Dian Larasati Santoso 131811133155

DAFTAR PUSTAKA
Fadlian N, A. K. (2015) ‘Hospitalisasi pada Anak’, Manajemen Pengembangan Bakat Minat Siswa Di Mts Al-Wathoniyyah Pedurungan Semarang, pp. 2–3.
Gamayanti, I. L. (2009). Stres, koping dan pencapaian adaptas ianak yang menderita Leukemia Limfoblastik akut.
Kurniawan, H. P. (2020). Metode Mendongeng Menurunkan Nyeri Pada Anak Penderita Acute Limpoblastic Leukimia (ALL). Ners Muda , 1, 178.
Nasution, E. S. (2021). PENERIMAAN DIRI PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA . JP3SDM .
Nuraini, D. and Mariyam, M. (2020) ‘Dampak Fisiologis Post Kemoterapi Pada Anak Limfositik Leukemia Akut (LLA)’, Ners Muda, 1(2), p. 120. doi: 10.26714/nm.v1i2.5795.
Shehata, G. A. (2016) ‘Childhood Cognitive Impairment’, Achta Psichopatologica, 2(37). doi: 10.4172/2469-6676.100063.
Silvana, M. A. (2020). Pemanfaatan Metode Naïve Bayes dalam Implementasi Sistem Pakar Untuk Menganalisis Gangguan Perkembangan Anak. Jurnal Nasional Teknologi dan Sistem Informasi , 6, 74-81.
Utami, T., Arifah, S., Kp, S., Zulaicha, E., &Kp, S. (2013). HubunganFrekuensiHospitalisasi Anak Pre School
DenganKemampuanPerkembanganMotorikHalus Pada Anak Penderita Leukemia Di RSUD Dr. Moewardi (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Pin It
Hits 3992