INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

APA SIH DIABETES MELLITUS ITU?

  • By
  • In Lihat
  • Posted 25 November 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 735

Diabetes Mellitus adalah kondisi ketika tubuh tidak dapat mengendalikan kadar gula dalam darah (glukosa), yang normalnya pada gula darah puasa 80-130 mg/dL, kadar gula darah sewaktu 100-200mg/dL, serta kadar gula darah 2 jam PP 120-200. Glukosa merupakan hasil penyerapan makanan oleh tubuh, yang kemudian menjadi sumber energi. Pada umumnya, penderita Diabetes Mellitus, kadar glukosa ini terus meningkat sehingga terjadi penumpukan (Pudiastuti, 2013).

Secara umum Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami ketidakstabilan kadar glukosa darah yang ditandai dengan adanya ketidakabsolutan insulin dalam tubuh (Kemenkes RI, 2014). DM diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM pada kehamilan, dan DM tipe lain: (Tandra,2017).

a. DM tipe 1

DM tipe 1 atau disebut juga sebagai Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) merupakan keadaan dimana penderita DM sangat bergantung pada insulin. Pada DM tipe 1 pankreas tidak dapat memproduksi insulin atau insulin yang diproduksi kurang, hal tersebut mengakibatkan penderita memerlukan suntikan insulin dari luar. DM tipe 1 merupakan penyakit autoimun, yaitu penyakit yang disebabkan oleh gangguan sistem imun atau kekebalan tubuh pasien sehingga mengakibatkan rusaknya sel- sel dalam pankreas yang merupakan tempat memproduksi insulin (Tandra, 2017).

b. DM tipe 2

DM tipe 2 adalah kondisi dimana pankreas masih bisa memproduksi insulin, tetapi kualitas insulinnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan gula ke dalam sel. Akibatnya, gula dalam darah meningkat. Kemungkinan lain timbulnya diabetes adalah sel- sel jaringan tubuh dan otot tidak peka atau resisten terhadap insulin (resistensi insulin) sehingga gula tidak dapat masuk ke dalam sel dan akhirnya tertimbun dalam perdedaran darah.

c. DM pada kehamilan

DM pada kehamilan yang lebih dikenal dengan nama DM Gestasional diartikan sebagai DM yang muncul hanya pada saat hamil atau ibu hamil dengan kondisi kadar gula darah yang tinggi. Ibu hamil dengan kondisi ini berisiko untuk mengidap penyakit DM tipe 2 di kemudian hari (Tandra,2017).

d. DM tipe lain

DM tipe lain atau diabetes sekunder adalah diabetes sebagai akibat dari penyakit lain. Diabetes sekunder muncul setelah adanya suatu penyakit yang mengganggu produksi insulin atau memengaruhi kerja insulin (Tandra,2017). Faktor risiko timbulnya DM adalah hal- hal yang bisa menimbulkan risiko terjadinya DM, antara lain keturunan, ras, obesitas, dan sindrom metabolik (Tandra,2017). Dari faktor- faktor tersebut, obesitas dan sindroma metabolik merupakan faktor yang dapat dikendalikan.

Menurut Rendy & Margaret (2012), penyebab diabetes mellitus dikelompokkan menjadi:

1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (IDDM)

a. Faktor Genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.

b. Faktor Imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Faktor Lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta pankreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel beta pancreas.

2. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

a. Riwayat keluarga

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang DM akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin. Glukosa darah puasa yang tinggi dikaitkan dengan risiko DM di masa depan.

b. Usia

Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang berisiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas yang memproduksi insulin.

c. Gaya hidup stress

Stress cenderung membuat hidup seseorang mencari makan yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stress juga meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas mudah rusak sehingga berdampak pada penurunan insulin.

d. Pola makan salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama risiko terkena DM. Malnutrisi dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja dan resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperanan pada ketidakstabilan kerja pankreas.

e. Obesitas

Obesitas mengakibat sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak Tanda gejalanya yaitu Penurunan berat badan, kelemahan, keletihan dan mengantuk, malaise, kesemutan pada ekstremitas, infeksi kulit dan pruritus, timbul gejala ketoasidosis &samnolen bila berat. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan perilaku pola makan yang seimbang; yaitu prinsip pola makan rendah lemak, rendah gula, rendah natrium, dan tinggi serat.

Kemudian juga perilaku tetap menjaga  aktifitas fisik dan berolahraga  secara teratur dengan intensitas sedang; dianjurkan untuk berolahraga setiap hari selama 30 menit atau lebih selama setidaknya 5 hari seminggu. Pencegahan merujuk pada rekomendasi dari Kementerian Kesehatan adalah dengan perilaku PATUH dan CERDIK

 P A T U H :

     P : Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
     A : Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
     T : Tetap diet sehat dengan gizi seimbang
     U : Upayakan beraktivitas fisik dengan aman
     H : Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya

 C E R D I K :

     C :  Cek kondisi kesehatan secara berkala
     E : Enyahkan asap rokok
     R : Rajin aktifitas fisik
     D : Diet sehat dengan kalori seimbang
     I : Istirahat yang cukup
     K :  Kendalikan stress

Tes gula darah merupakan pemeriksaan yang wajib dilakukan untuk mendiagnosis diabetes tipe 1 atau tipe 2. Dengan melihat hasil pengukuran gula darah, bisa diketahui apakah seseorang mengidap diabetes atau tidak.

a. Tes Gula Darah Sewaktu

Tujuan tes ini dilakukan adalah untuk mengukur kadar glukosa darah pada jam tertentu secara acak. Untuk menjalani tes ini, pengidap tidak perlu berpuasa terlebih dahulu. Bila hasil tes gula darah sewaktu menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih, maka pengidap bisa dikatakan positif mengidap diabetes.

b. Tes Gula Darah Puasa

Tes gula darah puasa, bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pengidap dalam kondisi puasa. Untuk menjalani tes ini, pengidap akan diminta untuk berpuasa terlebih dahulu selama 8 jam. Setelah itu, baru akan diambil sampel darahnya untuk mengetahui kadar gula darahnya. Bila hasil tes gula darah puasa menunjukkan kadar gula darah kurang dari 100 mg/dL, maka kadar gula darah masih normal. Namun, bila hasil tes gula darah berada di antara 100–125 mg/dL, maka pengidap mengalami kondisi yang dinamakan prediabetes. Sedangkan hasil tes gula darah puasa yang berada di angka 126 mg/dL atau lebih, menunjukkan bahwa pengidap positif mengidap diabetes.

c. Tes Toleransi Glukosa

Pengidap juga perlu berpuasa terlebih dahulu selama semalam untuk menjalani tes ini. Kemudian, pengidap akan menjalani pengukuran tes gula darah puasa. Setelah tes tersebut selesai dilakukan, pengidap akan diminta meminum larutan gula khusus. Kemudian, sampel gula darah akan kembali diambil setelah 2 jam minum larutan gula. Bila hasil tes toleransi glukosa di bawah 140 mg/dL, berarti kadar gula darah masih normal. Sedangkan hasil tes toleransi glukosa yang berada di antara 140–199 mg/dL menunjukkan kondisi prediabetes. Hasil tes toleransi glukosa dengan kadar gula 200 mg/dL atau lebih berarti pengidap positif mengidap diabetes.

d. Tes HbA1C (glycated haemoglobin test)

Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa rata-rata pengidap selama 2–3 bulan ke belakang. Tes ini akan mengukur kadar gula darah yang terikat pada hemoglobin, yaitu protein dalam sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Untuk menjalani tes HbA1C, pengidap tidak perlu berpuasa terlebih dahulu. Hasil tes HbA1C di bawah 5,7 persen menunjukkan kondisi normal. Sedangkan hasil tes HbA1C yang berada di antara 5,7–6,4 persen, menunjukkan kondisi prediabetes. Hasil tes HbA1C di atas 6,5 persen berarti pengidap mengalami diabetes.

Penatalaksanaan DM dimulai dengan pola hidup sehat, dan bila perlu dilakukan intervensi farmakologis dengan obat antihiperglikemia secara oral dan/atau suntik

1. Edukasi

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM secara holistik.

2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)

Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.

3. Latihan Jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-5) hari seminggu selama sekitar 30-45 menit , dengan total 150 menit perminggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-70%) denyut jantung maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara = 220-usia pasien

4. Intervensi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.

 Obat Antihiperglikemia Oral
 Obat Antihiperglikemia Suntik
 Terapi Kombinasi


Referensi :

Eliana, Fatimah. Tt. Penatalaksanaan Dm Sesuai Konsesnsus Perkeni 2015 Haslim. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. M Dengan Kepala Keluarga Menderita Diabetes Mellitus Diwilayah Kerja Puskesmas Wolo Kabupaten Kolaka. Poltekkes Kendari

Kristina Sonya. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien Diabetes Melitus Dengan Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Karya Tulis Ilmiah. Stikes Panti Waluya Malang

Purwanto, Hadi. 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta Selatan : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Wilkinson, Judith M. 2016. Diagnosis keperawatan : Diagnosis NANDA – I, Intervensi NIC, Hasil NOC, Edisi 10. Jakarta : EGC

Wulandari, W. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Ruang Flamboyan Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Poltiteknik Kesehatan Kalimantan Timur

 

Anggota kelompok 17 PKK 2 online:

1. Resva Nur Syamsiah 131911133138
2. Haninda Alya Sudjono 131911133139
3. Novita Nismala Putri 131911133140
4. Rizqi Nur Rahma 131911133154
5. Dina Ardianti 131911133155

Pin It
Hits 1603