INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

YUK, CEGAH DIABETES MELITUS DI MASA PANDEMI COVID-19 !

  • By
  • In Lihat
  • Posted 26 November 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 737

Apa Sih, Diabetes Melitus Itu ?

Diabetes Melitus adalah penyakit kronis serius yang terjadi baik ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah, atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya (WHO, 2016).

Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia

Prevalensi diabetes mellitus menurut konsensus Perkeni 2015 pada penduduk ≥ 15 tahun meningkat sebanyak 10,9%. Hal ini mencerminkan peningkatan faktor risiko seperti gaya hidup yang tidak sehat hingga mengakibatkan kelebihan berat badan atau obesitas.

Prevalensi DM pada tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter, jenis kelamin, dan daerah domisili. Berdasarkan kategori usia, penderita DM terbesar berada pada rentang usia 55-64 tahun dan 65-74 tahun. Selain itu, penderita DM di Indonesia lebih banyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 1,8% daripada laki-laki sebanyak 1,2%. Kemudian untuk daerah domisili lebih banyak penderita diabetes melitus yang berada di perkotaan sebanyak 1,9% dibandingkan dengan di perdesaan dengan prevalensi hanya 1,0%.

Apa Itu Sedentary Lifestyle ?

Sedentary lifestyle adalah kebiasaan hidup dengan karakteristik tingkat aktivitas fisik rendah. Batasan karakteristiknya adalah rata-rata aktivitas fisik yang dilakukan kurang dari rekomendasi menurut jenis kelamin dan usia, kapasitas fisik yang mengalami penurunan fungsi, dan pilihan aktivitas sangat rendah untuk melakukan aktivitas fisik (Sholihah, 2019).

Pola hidup sedentari (sedentary lifestyle) adalah pola hidup dengan aktifitas fisik yang kurang sehingga menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor penyebab terjadinya yang dapat dimodifikasi, disamping faktor lainnya seperti pola makan yang tidak seimbang, riwayat toleransi glukosa terganggu atau terganggu glukosa darah puasa dan merokok (Ardiani et al., 2021).

Gaya hidup sedentary semakin meningkat di era digital yang membuat kehidupan serba mudah. Di tahun 2020 ini, pandemi COVID-19 menimbulkan pembatasan segala aktivitas di luar rumah yang dianjurkan oleh pemerintah. Kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun terjadi di seluruh negara di dunia (Putra et al., 2021).

Sedentary Lifestyle Penderita Diabetes Melitus di Masa Covid-19

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan pandemi yang terjadi di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Tingginya angka persebaran COVID-19 menyebabkan pemerintah perlu mengambil tindakan segera dalam menghentikan penyebaran salah satunya dengan pemberlakuan kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Kebijakan PPKM mengharuskan masyarakat untuk membatasi kegiatan di luar ruangan. Pembatasan ini menyebabkan masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. Waktu yang dihabiskan di dalam rumah mengarah pada perilaku sedentari.

Perilaku sedentari merupakan perilaku duduk ataupun berbaring dalam sehari-hari baik di tempat kerja (kerja di depan komputer, membaca, dll), di rumah (nonton TV, main game, dll), di perjalanan/ transportasi (bus, kereta, mobil, motor), tetapi tidak termasuk waktu tidur. (Irwan et al., 2021). Perilaku ini menjadikan masyarakat malas untuk bergerak. Perilaku sedentari merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular salah satunya diabetes melitus (DM). Perilaku sedentari menyebabkan metabolisme otot hanya sedikit sekali memakai glukosa sebagai sumber bahan bakar, sehingga hal ini memicu kenaikan kadar glukosa dalam darah. (Azitha et al., 2018) Kenaikan glukosa dalam darah akan memicu terjadinya DM. Selain itu perilaku sedentari dapat menyebabkan seseorang kelebihan berat badan atau obesitas. Kelebihan berat badan akan meningkatkan kebutuhan insulin pada tubuh. Orang dewasa yang kegemukan memiliki sel-sel lemak yang lebih besar pada tubuh mereka, sel-sel lemak yang lebih besar tidak merespons insulin dengan baik sehingga meningkatkan risiko terjadinya DM. (Suwinawati et al., 2020).

Di era pandemi COVID-19 penderita DM merupakan individu yang rentan. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar gula darah yang berinteraksi dengan faktor lain seperti usia lansia, obesitas, pola makan tidak sehat, rendahnya aktifitas fisik dan adanya penyakit komorbid lainnya sehingga menurunkan respons imun serta memicu terjadinya inflamasi. Oleh karena itu perlu adanya pencegahan terhadap peningkatan terjadinya DM di era pandemi. Pencegahan dapat dilakukan dengan tetap beraktivitas meskipun di rumah. Aktivitas fisik dapat dilakukan secara teratur dalam kurun waktu 3-4 kali seminggu dengan melakukan olahraga atau gerakan tubuh seperti berjalan kaki, jogging, dan melakukan latihan yang bersifat aerobic. Selain itu latihan senam diabetik juga dapat dilakukan di dalam rumah dengan posisi berdiri, duduk, maupun tidur. Senam ini berfungsi untuk memperbaiki sirkulasi peredaran darah, memperkuat otot kecil pada kaki, serta mencegah deformitas.

Penulis :
Anggota Kelompok 21 PKK II Online
Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga
1.Miftakhul Qorni Isna (131911133006)
2.Azizia Kanya Fathiarachman (131911133034)
3.Shafa Fadia Kanza Salsabila (131911133035)
4.Siti Imma Nurrotin Nahdliyah (131911133038)
5.Mega Anjas Sari (131911133039)
6.Dinda Febri Putri Anjarwanti (131911133040)

DAFTAR PUSTAKA
Azitha, M., Aprilia, D., & Ilhami, Y. R. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah Puasa pada Pasien Diabetes Melitus yang Datang ke Poli Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(3), 400. https://doi.org/10.25077/jka.v7i3.893 Kemenkes RI. 2018. Senam Kaki Diabetes. http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus/page/7/lakukan-senam-kaki-diabetes-secara-rutin-dimana-saja-sambil-bersantai (Diakses pada 24 November 2021)
Harmawati, & Etriyanti. (2019). Upaya Pencegahan Dini Terhadap Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Abdimas Saintika, 1(1), 43–46. file:///C:/Users/ACER/Desktop/JURNAL HIPERTENSI/jurnal revisi 1.pdf
Purnama, A., & Sari, N. (2019). Aktivitas Fisik dan Hubungannya dengan Kejadian Diabetes Mellitus. Window of Health: Jurnal Kesehatan, 2(4), 368–381. https://doi.org/10.33368/woh.v0i0.213
Sholihah, M. (2019). PENGEMBANGAN MODEL PERAN KELUARGA TERHADAP SEDENTARY LIFESTYLE REMAJA BERBASIS FAMILY CENTERED DAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR.
Herdiana, Y., Wardhana, Y. W., & Runadi, dan D. (2019). PEMELIHARAAN POLA HIDUP SEHAT DAN PEMANFAATAN OBAT UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS Yedi. Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat, 8(2), 98–100. journdharmakarya/article/viewFile/11437/5233al.unpad.ac.id/
Sasmiyanto. (2019). Relationship of Health Behavior with the Area of Sugar Content and Quality of Life of Diabetes Patients: Hubungan Perilaku Kesehatan dengan Kadar Gula Darah dan Kualitas. Jurnal Kesehatan Primer, 4(2), 114–123.
Suwinawati, E., Ardiani, H., & Ratnawati, R. (2020). Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Posbindu PTM Puskesmas Kendal Kabupaten Ngawi. Journal of Health Science and Prevention, 4(2), 79–84. https://doi.org/10.29080/jhsp.v4i2.388
Irwan, Ahmad, F., & Bialangi, S. (2021). Hubungan Riwayat Keluarga dan Perilaku Sedentari terhadap Kejadian Diabetes Mellitus. Jambura Journal of Health Sciences and Research, 3(1), 103–114. http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjhsr/article/view/7075/2537

Pin It
Hits 1714