INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

MANAJEMEN NYERI PADA TULANG

  • By
  • In Lihat
  • Posted 29 November 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 735

Nyeri tulang adalah kondisi nyeri yang terjadi pada salah satu atau beberapa bagian tulang. Nyeri tulang berbeda dengan nyeri otot yang seringkali dialami. Ketika terjadi nyeri otot, dapat tetap melakukan imobilisasi dan menjaga posisi otot untuk mengurangi nyeri. Sementara pada nyeri tulang, nyeri tidak dapat berkurang dengan imobilisasi maupun menjaga posisi. Sebab, nyeri tulang biasanya berkaitan dengan kondisi kesehatan lain atau gangguan pada tulang itu sendiri. (Hapsari, 2021)

Tipe Nyeri Tulang

Menurut Kim (2020), nyeri tulang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis menurut penyebabnya:

1. Cedera

Cedera dapat disebabkan dari peristiwa jatuh, cedera olahraga atau kecelakaan, yang dapat menyebabkan cedera atau trauma pada tulang.

2. Kekurangan mineral

Pertumbuhan tulang membutuhkan vitamin D, kalsium, dan fosfor dalam prosesnya. Nyeri tulang akibat kekurangan mineral ini biasanya dikaitkan dengan kondisi osteoporosis yang umumnya menyerang pada lansia karena defisiensi mineral tulang pada tubuh. Oleh karena itu, perlu untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian untuk menjaga keadekuatan mineral tulang.

3. Kanker tulang

Penyebab paling sering nyeri tulang adalah kanker tulang. Kanker tulang dapat terjadi karena penyebaran kanker dari organ lain atau karena kanker tulang itu sendiri. Sel kanker dapat merusak struktur tulang, membuat tulang lemah, dan akhirnya menyebabkan nyeri tulang yang parah. Jenis kanker yang umumnya dapat menyebabkan terjadinya kanker tulang yaitu leukemia. Sebab, leukemia juga dapat menyerang sumsum tulang yang bertugas untuk regenerasi tulang.

4. Infeksi

Jenis infeksi yang terjadi pada tulang yaitu osteomyelitis. Tanpa adanya penanganan yang tepat, osteomyelitis dapat membunuh sel tulang dan menyebabkan nyeri tulang. Gejala nyeri tulang yang dapat ditandai pada kondisi ini yaitu, nyeri tulang yang terjadi secara tiba-tiba tanpa penyebab yang jelas dan tidak membaik selama beberapa hari, rasa nyeri muncul dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, dan kelelahan.

Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi respon nyeri menurut Mawardi, 2014 :

1. Usia

Usia dapat mempengaruhi respon nyeri, seperti pada anak yang masih kecil akan kesulitan dalam memahami nyeri dan penanganannya. Berbeda dengan anak, lansia seringkali memiliki sumber nyeri lebih dari satu. Terkadang penyakit yang berbeda-beda yang diderita lansia menimbulkan gejala yang sama.

2. Jenis kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon terhadap nyeri. Akan tetapi terdapat penelitian yang memperlihatkan hormon testoteron pada mamalia berpengaruh terhadap tingkat toleransi terhadap nyeri. Hormon testosteron menaikkan ambang nyeri pada percobataan binatang, sedangkan estrogen meningkatkan pengenalan/sensitivitas terhadap nyeri.

3. Budaya

Mengakui perbedaan budaya akan menciptakan pemahaman yang lebih tentang nyeri dan akan lebih akurat dalam mengetahui pandangan penderita terhadap nyeri dan responrespon perilaku terhadap nyeri.

4. Kecemasan

Kecemasan dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif untuk nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang ansietas

5. Pengalaman masa lalu dengan dengan Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat maka cemas atau bahkan rasa takut dapat muncul. Sebaliknya, apabila individu mengalami nyeri dengan jenis yang sama berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri tersebut berhasil dihilangkan, akan lebih mudah bagi individu tersebut untuk menginterpretasikan sensasi nyeri.

6. Efek Plasebo

Efek placebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau tindakan lain karena sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut benar-benar bekerja. Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah merupakan efek positif. Harapan positif pasien tentang pengobatan dapat meningkatkan keefektifan medikasi lainnya.

7. Keluarga dan lingkungan

Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal khusus yang penting untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri

8. Pola koping

Penting untuk mengerti sumber koping individu selama nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan 20 bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana untuk mensupport penderita untuk menurunkan nyeri. Sumber koping lebih dari sekitar metode teknik. Seperti seseorang mungkin tergantung pada support emosional dari anak-anak, keluarga atau teman. Meskipun nyeri masih ada tetapi dapat meminimalkan kesendirian. Kepercayaan pada agama dapat memberi kenyamanan untuk berdo’a, memberikan banyak kekuatan untuk mengatasi ketidak nyamanan yang datang Manajemen Nyeri

Terdapat 4 teknik dalam manajemen nyeri tulang meliputi (Valda, Garcia, 2021)

1. Teknik Stimulasi Kutaneus

Teknik stimulasi kutaneus dilakukan untuk menghilangkan nyeri dengan stimulasi langsung pada kulit. Berikut teknik yang dapat dilakukan untuk menstimulasi kulit.

a. Kompres dingin
b. Krim pereda nyeri atau analgetic ointments
c. Plaster hangat atau counterirritant
d. Contralateral stimulation, memijat kulit yang berlawanan dengan area nyeri

2. Teknik Distraksi atau Pengalihan

Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatian seseorang terhadap nyeri yang dirasakan. Adapun contoh teknik distraksi yang dilakukan, sebagai berikut:

a. Distraksi visual: menonton televisi, membaca Koran
b. Distraksi pendengaran: mendengarkan musik hingga bercakap-cakap dengan orang lain
c. Distraksi intelektual: mengisi TTS
d. Distraksi pernapasan: hirup napas melalui hidung, napas berirama,

3. Teknik Bimbingan Antisipasi atau Anticipatory Guidance

Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan informasi yang dapat mencegah terjadinya nyeri dan membantu pemahaman penderita terhadap pencegahan nyeri. Adapun informasi yang diberikan meliputi:

a. Penyebab nyeri
b. Lokasi nyeri
c. Bagaimana terjadinya nyeri
d. Tingkatan rasa nyeri dari ringan-berat
e. Hal-hal yang diharapkan pasien selama prosedur

4. Teknik Relaksasi

Teknik relaksasi efektif dilakukan untuk pada nyeri kronik. Adapun manfaat yang diperoleh, seperti menurunkan nyeri dan stres, mendorong individu melupakan nyeri, serta meningkatkan efektifitas terhadap terapi lain. Terdapat tiga hal utama dalam teknik relaksasi meliputi:

a. Posisi yang tepat
b. Pikiran yang tenang
c. Lokasi/lingkungan yang tenang

 

Penulis: Yoland Melly Choyrunisak, Fachriza Safrila Amalia, Belinda Anisa Rifanti, Lidya Rahmawati, Yaskur Hidayatulloh, Nadhya Nurul Khairunnisa

Kelompok 25 PKK II; Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

 

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Valda Garcia. 2021. Tatalaksana Nyeri : Kenali Prosedur dan Indikasinya Diakses di https://www.ciputramedicalcenter.com/tatalaksana-nyeri-kenali-prosedur-danindikasinya/ (akses, 23 November 2021)

Hapsari, Annisa. 2021. Semua Hal yang perlu Anda tahu tentang Nyeri Tulang dan Cara Mengatasinya. Retrieved 23 November 2021, from : https://hellosehat.com/parenting/remaja/tumbuh-kembang-remaja/makanan-untuk- pertumbuhan-tulang/

Kim C, Kaar SG. Commonly encountered fractures in sports medicine. In: Miller MD, Thompson SR. eds. DeLee and Drez's Orthopaedic Sports Medicine. 5th ed. Philadelphia, PA: Elsevier; 2020:chap 10.

MAWARDI, ARI (2014) EFEKTIFITAS PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP TINGKAT NYERI PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DI RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA. Bachelor thesis, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

Weber TJ. Osteoporosis. In: Goldman L, Schafer AI, eds. Goldman-Cecil Medicine. 25th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2016:chap 243.

 

Pin It
Hits 1316