INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Yuk, Mengenal Malaria

  • By
  • In Lihat
  • Posted 29 November 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 735

Malaria menjadi salah satu fokus penting yang terdapat dalam masalah kesehatan secara global terutama di daerah tropis maupun sub tropis. Malaria merupakan penyakit parasitik terpenting di dunia (Restu&Retno, 2016). Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Engka dkk (2016) dalam (Benyamin Dimi et.al., 2020) juga menyatakan bahwa, hingga tahun 2025, malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara di dunia. Serta sekitar 350-500 juta orang dari seluruh dunia tiap tahunnya terjangkit penyakit malaria.

Setiap tahunnya terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian di Indonesia (Sabila Fabi Hanida, 2018). AMI (Annual Malaria Incidence) secara nasional sebanyak 2,9% (Sabila Fabi Hanida, 2018). Sebagai upaya pencegahan dan juga upaya dalam menekan peningkatan kasus malaria di Indonesia, maka malaria dimasukkan sebagai salah satu dari bagian rencana strategis pembangunan di bidang kesehatan di Indonesia. Malaria juga merupakan salah satu dari target MDGs (Milenium Development Goals) di Indonesia dengan capaian menghentikan penyebaran dan mengurangi insiden malaria di tahun 2015 yang dilihat dari penurunan angka kesakitan dan kematian akibat malaria serta masih endemis di beberapa daerah di Indonesia (Kemenkes, 2011) dalam (Sabila Fabi Hanida, 2018).

1. Pengertian

Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan parasit dari kelompok plasmodium yang berada didalam sel darah merah, atau sel hati yang ditularkan oleh nyamuk anopheles. Sampai saat ini telah teridentifikasi sebanyak 80 spesies anopheles dan 18 spesies diantaranya telat dikonfirmasi sebagai vektor malaria(Hasyim et al., 2016)

2. Epidemiologi

Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembangbiak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit malaria yaitu faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin, ketinggian. Akibat rusaknya lingkungan seperti penggundulan hutan, nyamuk yang umumnya hanya tinggal di hutan, dapat berpindah di pemukiman manusia, kerusakan hutan bakau dapat menghilangkan musuh-musuh alami nyamuk sehingga kepadatan nyamuk menjadi tidak terkontrol dan meningkatkan prevalensi kejadian malaria. Menurut WHO, sekitar 40% populasi dunia hidup dinegara miskin, populasi tersebut memiliki resiko tinggi terkena malaria. Prevalensi kasus malaria di Indonesia atau daerah-daerah endemi malaria tidak sama, hal ini tergantung pada prilaku spesies nyamuk yang menjadi vektor. Menurut WHO, sekitar 40% kasus malaria di dunia disebabkan oleh P.vivax. Kasus malaria vivax walaupun jarang fatal tapi merupakan penyebab utama morbiditas dan mempengaruhi ekonomi baik tingkat individu maupun nasional(Leslie et al., 2007)

3. Penyebab

Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptile dan mamalia. Plasmodium terdiri dari 4 spesies : (Warrell, 2017)

1) Plasmodium falcifarum penyebab malaria tropika

Memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan demam tiap 24-48jam. Masa inkubasi 10-12 hari.

2) Plasmodium ovale penyebab malaria ovale

Dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, di Indonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan. Masa inkubasi 11-16 hari.

3) Plasmodium vivax penyebab malaria tertian

Merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke-3). Masa inkubasi 14-17 hari.

4) Plasmodium malariae penyebab malaria Quartanu

Jarang ditemui dan menyebabkan malaria quartana/malariae (demam tiap hari ke-4). Masa inkubasi 12-14 hari. Malaria juga melibatkan proses perantara yaitu manusia maupun vertebra lainnya, dan hosper definitif yaitu nyamuk anopheles.

1. PENCEGAHAN

a. Tidur dengan kelambu
b. Hindari berpergian kedaerah yang dlketahui sedang mengalami wabah malaria
c. Mengenakan pakaian tertutup jika terdapat didaerah endemic malaria
d. Gunakan obat anti nyamuk atau krlm anti nyamuk

2. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan medis

Obat-obat malaria yang terdaftar di Dit. Jen. Pengawasan Obat dan Makanan dan memenuhi standar untuk program pemberantasan penyakit malaria Dep. Kes. adalah klorokuin, S-P, kina, primakuin dan beberapa antibiotika yang beredar di Indonesia. Obat baru halofantrin, artemisin (qinghaosu) danderivatnya: artemeter, artesunat, arte-ater, pironaridin, atovakuan, yinghausu (arteflen).

b. Self-treatment Malaria

Hal yang bisa dilakukan pengidap malaria untuk mempercepat penyembuhan ialah

a) Menghindari :
- Makanan tinggi serat
- Makanan berminyak dan pedas
- Makanan cepat saji
- Gorengan
- Minuman berkafein

b) Memperbanyak minum air putih (1500-2000 cc/hari). Pemberian cairan yang tidak adekuat akan menyebabkan timbulnya nekrosis tubuler akut. Sebaliknya pemberian cairan yang berlebihan dapat menyebabkan oedema paru

c) Diit lunak yang mengandung protein, energy dan zat gizi lainnya. Makan makanan dalam bentuk mudah dicerna, rendah serat dan tidak mengandung bumbu yang tajam. Mengonsumsi makanan tinggi protein dan zat besi seperti ayam, ikan, telur.

d) Mengonsumsi air glukosa/air tebu/air kelapa/minuman elektrolit (sari lemon dicampur air, gula, dan garam)

e) Konsumsi buah-buahan kaya vit.A dan C

f) Membatasi aktivitas (tidak perlu istirahat mutlak)

 

Penulis:

131911133044 Nur Syarifah Addawiyah

131911133045 Shinta Desy Rachmawati

131911133046 Deby Fitroti Al-Baroroh

131911133061 Hanifah Birra Kharisma

131911133062 Risma Listya Widiyanti

131911133063 Nur Jihan Fakhirah

 

DAFTAR PUSTAKA

Alami, R., & Adriyani, R. (2016). Tindakan Pencegahan Malaria Di Desa Sudorogo the Prevention of Malaria At Sudorogo Village Kaligesing. Jurnal Promkes, 4(2), 199–211. Alim, A., Adam, A., & Dimi, B. (2020). Prevalensi Malaria Berdasarkan Karakteristik Sosio Demografi. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 19(01), 4–9. https://doi.org/10.33221/jikes.v19i01.399

Boewono, D. T., Kawulur, H., & Okta, A. (2010). Laporan Studi Kasus Malaria Di Pegunungan Puncak Jaya Distrik Homeyo Kabupaten Intan Jaya Propinsi Papua. Hanida, S. F. (2018). Potensi Tinggi Faktor Lingkungan Fisik dan Biologis Terjadinya Penularan Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Pandean Trenggalek. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 10(1), 82–91.

Hasyim, H., Camelia, A., & Fajar, N. A. (2016). Determinan kejadian malaria di wilayah endemis. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 291–294.

Leslie, T., Mayan, M. I., Hasan, M. A., Safi, M. H., Klinkenberg, E., Whitty, C. J. M., & Rowland, M. (2007). Sulfadoxine-pyrimethamine, chlorproguanil-dapsone, or chloroquine for the treatment of Plasmodium vivax malaria in Afghanistan and Pakistan: a randomized controlled trial. Jama, 297(20), 2201–2209.

Leslie, T., Mayan, M. I., Hasan, M. A., Safi, M. H., Klinkenberg, E., Whitty, C. J. M., & Rowland, M. (2007). Sulfadoxine-pyrimethamine, chlorproguanil-dapsone, or chloroquine for the treatment of Plasmodium vivax malaria in Afghanistan and Pakistan: a randomized controlled trial. Jama, 297(20), 2201–2209.

Puasa, R., H, A. A., & Kader, A. (2018). Identifikasi Plasmodium Malaria Didesa Beringin Jaya Kecamatan Oba Tengah Kota Tidore Kepulauan. Jurnal Riset Kesehatan, 7(1), 21. https://doi.org/10.31983/jrk.v7i1.3056

Vianti, E. (2010). RORANO MALARIA.Warrell, D. A. (2017). Clinical features of malaria. In Essential malariology (pp. 191–205). CRC Press.

 

Pin It
Hits 2793