INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Yuk Kenali Patah Tulang Rahang!

  • By
  • In Lihat
  • Posted 29 November 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 735

Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibula atau biasa disebut dengan patah tulang. Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula) dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani dengan benar.

Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai tempat menempelnya gigi-geligi. Beberapa faktor dapat menyebabkan terjadinya fraktur mandibula yaitu, benturan keras pada rahang bawah serta kondisi tulang yang kurang baik akibat adanya penyakit lain pada tulang seperti osteoporosis, kanker tulang, dan tumor.

Penanganan fraktur mandibula secara umum dibagi menjadi dua metode yaitu reposisi tertutup dan terbuka. Reposisi merupakan upaya penempatan kembali tulang yang patah ke posisi semula. Tujuan dari penatalaksanaan fraktur mandibula adalah mengembalikan posisi tulang yang mengalami fraktur, menempatkan kembali oklusi (gigi geligi, rahang, sendi pada tulang mandibula, serta otot dan sistem sarafnya) seperti sebelum cedera, imobilisasi/membatasi pergerakan mandibula dalam periode tertentu untuk proses penyembuhan, menjaga nutrisi yang adekuat, mencegah infeksi, malunion (keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi terdapat kelainan bentuk) dan non-union (tidak sembuh dalam waktu antara 6-8 bulan), mastikasi (pengunyahan) dan pernafasan menjadi normal, mengembalikan kemampuan berbicara dan hasil estetika fasial dan dental yang dapat diterima dengan baik.

Teknik yang digunakan pada metode reposisi tertutup adalah fiksasi pada rongga mulut. Fiksasi ini dipertahankan 3-4 minggu pada fraktur daerah condyles/rahang belakang atas dan 4-6 minggu pada daerah lain dari mandibula. Apabila setelah melakukan reduksi tertutup pada daerah fraktur, namun terdapat indikasi yang kuat untuk melakukan reduksi terbuka (Open Reduction), maka dapat dilanjutkan dengan proses pembedahan untuk memfiksasi fraktur lebih rigid (kaku) dan menstabilisasi segmen-segmen tulang selama masa penyembuhan.

Reposisi terbuka bagian yang fraktur dibuka dengan pembedahan, segmen tulang yang patah ditempatkan di tempat semula dan difiksasi secara langsung dengan menggunakan kawat atau plat yang disebut wire atau plate osteosynthesis. Alat fiksasi tersebut berguna untuk menahan posisi tulang hingga proses penyembuhan selesai. Tindak lanjut setelah dilakukan operasi yaitu pantau rahang yang telah difiksasi selama 4-6 minggu dan dilakukan pengencangkan kabel setiap 2 minggu. Setelah wire dibuka, evaluasi dengan foto panoramik untuk memastikan fraktur telah sembuh. Aspek pertama dan yang paling penting dalam penanganan bedah adalah untuk mereduksi fraktur dengan tepat, atau menempatkan segmen-segmen fraktur untuk kembali memiliki hubungan yang baik satu sama lain.

Penyembuhan patah tulang rahang bawah membutuhkan waktu minimal 4-6 minggu setelah tindakan fiksasi dilakukan, selama itu pula mulut akan dalam posisi mengatup. Proses regenerasi akan terjadi lebih baik pada pasien dengan usia di bawah 11 tahun, yang mana pada usia tersebut proses pertumbuhan terjadi secara aktif.

Selama fase perawatan dan penyembuhan, sangatlah penting untuk meminimalkan efek samping yang mungkin terjadi pada status gizi. Integrasi bagi tulang normal berlaku dalam tempo 4-8 minggu, tergantung pada usia pasien (pada pasien dengan usia di bawah 11 tahun, yang mana pada usia tersebut proses pertumbuhan terjadi secara aktif proses regenerasi akan terjadi lebih baik, hal ini berarti kontrol periodik terhadap pasien harus terus dilakukan mulai dari periode geligi pergantian sampai geligi permanen dan oklusi menjadi stabil) dan jika integrasi tulang tidak berlaku dalam tempo itu maka akan terjadi malunion.

Untuk meminimalisir terjadinya fraktur mandibula maka dapat dilakukan upaya pencegahan. Salah satu upaya pencegahannya yaitu dengan melakukan safety facilities. Safety facilities merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum suatu peristiwa terjadi untuk mencegah faktor risiko yang mendukung terjadinya kejadian yang menyebabkan fraktur pada mandibula. Faktor tertinggi penyebab terjadinya fraktur adalah kecelakaan kendaraan bermotor, sehingga perlu bagi kita untuk menerapkan Safety Riding. Langkah-langkah dalam menegakkan upaya Safety Riding yaitu, mengecek kondisi motor sebeleum berkendara (lihat apakah ada kerusakan atau tidak, seperti pada ban, air radiator, dan kapas rem), gunakan helm SNI untuk melindungi kepala dari benturan ketika terjatuh/mengalami kecelakaan, patuhi aturan lalu lintas, dan gunakan anti fog pada kaca helm agar kaca helm tidak mengembun saat hujan & mengganggu penglihatan kita.

Pencegahan untuk mengurangi atau menghentikan perkembangan penyakit atau fraktur mendibula ke arah kerusakan atau risiko lebih parah, seperti pencegahan infeksi, gangguan pernapasan dan menjaga nutrisi yang adekuat. Upaya dalam mencegah komplikasi fraktur mandibula yang lebih berat dapat dilakukan dengan menggunakan cara rehabilitasi yang tepat, pemberian pendidikan kesehatan dan konseling untuk mengubah perilaku & gaya hidup yang berisiko dan kurang baik.

 

Penulis:

PKK II Kelompok 14 :
1. Miftahul Jannah (131911133065)
2. Monica Juni B (131911133088)
3. Nabila Salma Q. A (131911133087)
4. Ratna Dhelva I. W. (131911133089)
5. Wildan Kurniadi Rohman (131911133090)
6. Ayu Shania (131911133064)

Sumber :

Fitri, R. F., & Akmal, E. (2019). Open Reduction Internal Fixation (ORIF) pada Fraktur Kominutif Parasimfisis Mandibula. SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal, 1(1), 8-8.

Hakim, A. H., Adhani, R., & Sukmana, B. I. (2016). Deskripsi Fraktur Mandibula pada Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasih Periode Juli 2013-Juli 2014. Vol I. No 2. September 2016, 192.

Nismal, Harfindo. 2020. Pengelolaan Malokluso Open Bite Anterior Akibat Fraktur Neglected Maksila Le Fort I Dengan Teknik Osteotomi Le Fort I Dan Fiksasi Transosseous. Nurhaziqah, Hifzhan. 2016. Prevalensi Perawatan Fraktur Mandibula Pada Pasien Geriatrik Berdasarkan Jenis Kelamin, Lokasi Fraktur, Jenis Perawatan Dan Etiologi Di Rsup H. Adam Malik Medan Tahun 2013-2015. Skripsi. Diakses pada https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/19218/120600185.pdf?sequence=1&isAllowed=y Tanggal 24 November 2021

Rejeki., Putri. (2018). HIGH MANDIBULAR RAMUS FRACTURE- ENDOSCOPY TREATMENT. Bali: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Reksodiputro, Mirta., dan Noval Aldino. (2017). Penatalaksanaan Fraktur Simfisis Mandibula Dengan Dua Perpendicular Mini-plates. ORLI Vol. 47 (2): 185-192

Soesetijo, Adi dkk. 2016. Proccedings Book The ABC's Of Dentistryf Knowledge And Skill FORKINAS (Forum Komunikasi Ilmiah Nasional) VI FKG UNEJ 14th-15th. Jember: Dental Faculty University Of Jember.

Yuwono, Budi. 2010. Penatalaksanaan Perawatan Fraktur Temporomandibular Joint Pada Anak-Anak. Stomatognatic (J.K.G. Unej) Vol. 7 No. 1 2010 : 22-25

 

Pin It
Hits 18719