INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Ada Nyeri & Benjolan pada Leher ? Kenali Gejala dan Strategi Meredakan Nyeri Pada Kanker Tiroid

  • By Alina Ramadani
  • In Lihat
  • Posted 06 December 2021

Pada tahun 2016, data mengenai kanker tiroid di seluruh dunia menunjukkan 238.000 kasus baru dan 43.000 kematian. Berdasarkan jumlah usia yang hilang akibat kanker, kanker tiroid menempati urutan ke-28 dari 33 jenis kanker. Di Indonesia sendiri pada tahun 2014 dilansir dari registrasi Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia didapatkan kanker tiroid menempati urutan ke 9 dari 10 kanker terbanyak (4,43%), di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta menempati urutan ke 5 (Departemen Kesehatan, 2015).

Nah, melalui penjelasan tersebut kita menjadi lebih paham mengenai angka kejadian kanker tiroid di Indonesia bahkan di dunia. Lalu, apa itu kanker tiroid? Mari simak penjelasan berikut ini.

Definisi

Karsinoma tiroid merupakan suatu keganasan yang terjadi pada kelenjar tiroid dan merupakan karsinoma kelenjar endokrin yang sering ditemukan. Kanker tiroid, merupakan kanker ganas terbanyak dibandingkan kanker lain didalam sistem endokrin atau sistem endokrin (Adham &Aldino, 2018).

Pada perkembangannya, kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, namun lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak dan biasanya bisa disembuhkan. Kanker tiroid umumnya tergolong tumor dengan pertumbuhan dan perjalanan penyakit yang lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah, terutama pada kanker tiroid tipe papiler.

Faktor Risiko

Menurut American Cancer Society (2020), beberapa faktor risiko yang mungkin terjadi pada kanker tiroid antara lain :

1. Jenis kelamin dan umur

Lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Walaupun karsinoma ini dapat terjadi pada usia berapapun, tetapi risiko ini dapat meningkat pada usia 40 hingga 50 tahun pada perempuan dan 60 hingga 70 tahun pada laki-laki.

2. Genetik dan riwayat keluarga

Faktor genetik dianggap sebagai faktor pencetus utama terjadinya autoimun pada kelenjar tiroid. Pentingnya faktor genetik digarisbawahi dengan adanya kasus kanker tiroid dalam kanker tiroid. Karsinoma tiroid medularis familial terjadi pada neoplasia endokrin multiple tipe 2 yang berkaitan dengan mutasi protoonkogen RET di sel germ line. Mutasi inaktivasi gen TP53 jarang ditemukan pada kanker tiroid yang berdiferensiasi (papilar atau folikuar), tetapi sering pada kanker anaplastik (Dewi, 2015).

Faktor keturunan pada karsinoma tiroid ini dapat membuat seseorang menjadi menderita karsinoma sejak masa dewasa awal atau bahkan pada masa anak-anak, sehingga dikhawatirkan dapat menyebar lebih awal.

3. Radiasi

Kurangnya oksigen di otak yang disebabkan oleh rokok dan juga nikotin pada rokok menyebabkan peningkatan reaksi inflamasi. Terpaparnya seseorang terhadap radiasi dapat meningkatkan risiko untuk menderita karsinoma tiroid. Pada anak-anak banyaknya radiasi yang diberikan dan disertai dengan dosis paparan yang tinggi dapat meningkatkan terjadinya karsinoma tiroid di usia yang muda.

4. Diet Yodium

Lingkungan dengan kadar iodium kurang atau lebih dapat berisiko menyebabkan gangguan pada kelejar tiroid. Penggunaan yodium yang terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko karsinoma tiroid papiler.

Tanda dan Gejala

Kanker tiroid memiliki tanda dan gejala antara lain terdapat benjolan di bagian depan leher. Benjolan yang muncul ini memiliki karakteristik tertentu yaitu benjolan terletak di bagian depan leher, tepatnya di bawah jakun. Benjolan yang ada, tidak mudah digerakkan/bergeser saat ditekan. Saat diraba, kulit di sekitar benjolan akan terasa kencang, benjolan itu sendiri memiliki tekstur yang padat dan keras. Apabila diamati, pertumbuhan benjolan ini sangat cepat dan apabila semakin berkembang, akan menyebabkan nyeri pada area di sekitarnya (American Cancer Society, 2019).

Selain tanda khusus di atas, gejala kanker otak dapat dilihat melalui ada atau tidaknya pembengkakan yang terjadi pada kelenjar getah bening di bagian leher. Gejala yang lain adalah terdapat rasa nyeri di bagian depan leher dan terkadang sampai naik ke bagian telinga. Akibat dari pembesaran massa pada tiroid adalah rasa sakit pada tenggorokan, kesulitan menelan, kesulitan bernapas, perubahan pada suara, batuk secara terus menerus. Tanda gejala yang telah disebutkan dapat disertai dengan gejala hipertiroidisme (American Cancer Society, 2019).

Setelah mengetahui apa itu kanker tiroid dan apa saja karakteristiknya. Salah satu gejala yang paling dikeluhkan oleh pasien kanker termasuk kanker tiroid adalah adanya nyeri. Nyeri yang dirasakan oleh pasien, tentunya akan mengurangi rasa nyaman mereka dan mengganggu aktivitas sehari-hari mereka. Nah, oleh karena itu, selanjutnya kita akan membahas mengenai penatalaksanaan nyeri kanker tiroid yang dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien. Mari simak penjelasan berikut.

Manajemen Nyeri

Manajemen nyeri yang efektif tidak hanya memberikan obat yang tepat pada waktu yang tepat, seperti yang dikatakan Smeltzer (2001) bahwa penatalaksanaan nyeri yang efektif juga dengan mengombinasian antara penatalaksaan farmakologis dan nonfarmakologis yang mana pendekatan ini diseleksi berdasarkan kebutuhan dan tujuan pasien secara individu keberhasilan terbesar sering dicapai jika intervensi tersebut dilakukan secara simultan.

Manajemen nyeri non farmakologi merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi atau menghilangkan nyeri dengan pendekatan non farmakologi (Smeltzer, 2001:223). Tindakan non farmakologis dapat digunakan sebagai pelengkap dalam pemberian analgesik, tetapi tindakan non farmakologis tidak ditujukan sebagai pengganti analgesik (Urden, 2009:145).

Terdapat beberapa jenis tindakan non farmakologis antara lain: teknik aromaterapi, teknik relaksasi, distraksi masase, terapi es dan panas, dan stimulasi saraf elektris transkutan.

Aromaterapi

Aromaterapi merupakan metode pengobatan melalui media bau-bauan yang berasal dari bahan tanaman tertentu. Aroma terapi dengan mengunakan esensial oil telah terbukti memberikan perubahan positif bagi kesehatan fisik dan psikologis, hal ini telah menjadi perhatian dan kajian selama bertahun-tahun (I Kei et al,2015). Pada studi yang dilakukan Nakayama, 2016) tentang efektifitas aroma terapi dalam menurunkan kerusakan kelenjar saliva pasca terapi iodine pada kanker tiroid menyatakan bahwa inhalasi uap citrus lemon dengan komponen utama essensial oil dari kulit buah jeruk. Aroma terapi lemon secara efektif berperan dalam mengaktifkan sistem saraf simpatis dan parasimpatis melalui rangsangan penciuman. Pemberian aroma terapi bisa dilakukan dalam berbagai macam cara seperti untuk massage atau pijat, mandi dan inhalsi.

Relaksasi Benson

Relaksasi Benson merupakan teknik relaksasi yang digabungkan dengan keyakinan yang dianut oleh pasien, dan akan menghambat aktivitas saraf simpatis yang dapat menurunkan konsumsi oksigen oleh tubuh dan selanjutnya otot-otot tubuh menjadi relaks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman.

Relaksasi Slow Deep Breathing (SDB)

Relaksasi Slow Deep Breathing (SDB) adalah bentuk latihan nafas yang terdiri atas pernafasan abdomen (diafragma) dan purse lips breathing (Kozier, et al., 2010, hlm.914). Slow Deep Breathing (SDB) akan menstimulasi saraf otonom yang mempengarui kebutuhan oksigen dengan mengeluarkan neurotransmiter. Respons saraf simpatis dari SDB adalah dengan meningkatkan aktivitas tubuh. Sedangkan respons saraf parasimpatis adalah menurunkan aktivitas tubuh.

Distraksi

Distraksi merupakan tindakan yang memfokuskan perhatian pada sesuatu selain pada nyeri misalnya menonton film. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desendens yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri (Smeltzer, 2001:232). Asmadi (2008) mengelompokan beberapa teknik distraksi yang dapat dilakukan antara lain, bernapas lambat dan berirama secara teratur, menyanyi berirama dan menghitung ketukannya, mendengarkan musik mendorong klien untuk menghayal (guided imagery) tekniknya sebagai berikut, atur posisi nyaman pada klien, dengan suara yang lembut mintakan klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau pengalaman yang membantu semua indra, minta klien untuk tetap fokus pada bayangan yang menyenangkan sambil merelaksasikan tubuhnya, bila klien tampak relaks perawat tidak perlu berbicara lagi.

TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)

TENS merupakan salah satu teknik pengendalian nyeri non farmakologik karena teknik tersebut menyebakan pelepasan endorfin, seperti penggunaan placebo (substansi inert). Efek placebo timbul dari produksi alamiah (endogen) endorfin dalam dalam sistem kontrol desenden. Efek ini merupakan respon fisiologis sejati yang dapat di putar balik oleh nalokson, suatu antagonis narkotik (Smeltzer,2001:216-221).

Terapi Es

Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan (Smeltzer,2001:230).

Massage (pijatan)

Ada beberapa teknik pijatan yang dapat dilakukan yaitu, remasan pada otot bahu, selang seling tangan memijat punggung dengan tekanan pendek, cepat dan bergantian tangan, petriasi dengan menekan punggung secara horizontal kemudian pindah tangan dengan arah yang berlawanan dengan mengguakan gerakan meremas, tekanan menyikat secara halus tekan punggung dengan menggunakan ujung-ujung jari untuk mengakhiri pijatan (Asmadi, 2008:149-151).

 

Referensi :

Adham, M. dan Aldino. (2018). Diagnosis dan Tatalaksana Karsinoma Tiroid Berdiferensiasi. ORLI, 48(2), p197-209.

American Cancer Society. (2019). Signs ans Symptoms of Thyroid Cancer. Tersedia pada: https://www.google.com/amp/s/amp.cancer.org/cancer/thyroid-cancer/detection-diagnosis-staging/signs-symptoms.html (Diakses pada: 24 November 2021).

Riztiyanto, Edhi dkk. Efektivitas Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing (SDB) dan Relaksasi Benson terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pasien Kanker di RS Tugurejo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK).

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:Salemba Medika.

Damayanti, Dewi dkk. Efektifitas Penggunaan Aromaterapi untuk Menurunkan Kerusakan Kelanjar Ludah pada Pasien Kanker Tiroid yang Menjalani Terapi Radioactif Iodine di Rumah Sakit Kanker Darmais Jakarta. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, V No 2, Oktober 2017

Kozier, B, Erb, G, Berman, A & Snyder, SJ. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &Praktik, Edisi 7, Vol. 1. Jakarta: EGC

Mayasari, C. D. (2016). PENTINGNYA PEMAHAMAN MANAJEMEN NYERI NON FARMAKOLOGI BAGI SEORANG PERAWAT. Jurnal Wawasan Kesehatan, 35-42.

Riztiyanto, Edhi dkk. Efektivitas Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing (SDB) dan Relaksasi Benson terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pasien Kanker di RS Tugurejo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK).

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Urden & Stacy. 2009. Critical Care Nursing: Diagnosis and Management. 6thedition. Maryland Heights: Mosby

 

Kontributor : Kelompok 16 PKK 2 Minggu Ke-2

1. Wahyu Laksmi Aldila              (131911133119)

2. Rahma Eka Faradilla              (131911133120)

3. Risky Nur Marcelina               (131911133134)

4. Dimas Putra Firmansyah        (131911133135)

5. Syafina Mulida                      (131911133136)

6. Shofy Annida Rahman           (131911133137)

Pin It
Hits 6327