INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

ABSES SUBMANDIBULA

  • By
  • In Lihat
  • Posted 10 December 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 737

Abses adalah kumpulan pus atau nanah yang terletak dalam satu kantung yang terbentuk dalam jaringan yang disebabkan oleh infeksi (Asyari, 2019). Abses submandibula di definisikan sebagai terben¬tuknya abses pada ruang potensial di regio subman¬dibula yang disertai dengan nyeri tenggorok, demam dan terbatasnya gerakan membuka mulut. Abses submandibula menempati urutan tertinggi dari seluruh abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, teng¬gorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher (Anggreni setiawan & Putra, 2020).

Pada umumnya sumber infeksi pada ruang submandibula berasal dari proses infeksi gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe submandibula, trauma serta kelanjutan infeksi dari ruang leher dalam lainnya. Sebagian besar abses submandibula disebabkan oleh infeksi gigi yaitu sebanyak 70-85%, selebihnya disebabkan oleh sialadenitis, limfadenitis, laserasi dinding mulut atau fraktur mandibula (Utari, 2019). Selain itu, abses submandibula dapat terjadi akibat diabetes mellitus, arterial hipertensi, dan penggunaan tembakau (Priyamvada, 2019). Adanya imunosupresi akibat penggunaan medikasi imunosupresi pada pasien kemoterapi atau HIV/AIDS juga dapat menyebabkan infeksi pada gigi dan menyebabkan abses (Sanders, 2021).

Abses submandibula dapat menyerang laki-laki maupun perempuan (Hesly et al., 2014). Beberapa penelitian mendapatkan angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan (Utari, 2019). Selain itu, angka kejadian juga ditemukan lebih tinggi pada daerah dengan fasilitas kesehatan yang kurang lengkap (Hesly et al., 2014).

Manifestasi klinis dari asbes mandibula adalah pembengkakan di bawah dagu atau di bawah lidah. Manifestasi ini disertai dengan kondisi demam, keluhan nyeri, nyeri tekan dan teraba hangat pada area pembengkakan, trismus (kesulitan membuka, menggerakkan, dan menutup mulut) (Asyari, 2019).

Infeksi pada submandibula bermula dari masuknya bakteri, seperti Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans kemudian bakteri patogen tersebut melepaskan 3 enzim utama yang berperan dalam penyebaran infeksi gigi, yaitu streptokinase, streptodornase, dan hyaluronidase yang masuk ke dalam gigi berlubang atau bagian tengah gigi, kemudian menyebar hingga akar. Selanjutnya, terjadi infeksi odontogen yang dapat menyebarkan bakteri menjadi lebih luas lagi melalui jaringan ikat (perikontinuitatum), pembuluh darah (hematogenous), dan pembuluh limfe (limfogenous) (Anggreni, 2020).

Infeksi yang terjadi akibat bakteri patogen ini akan membangkitkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan dan menghancurkan bakteri, sel, ataupun jaringan yang telah terinfeksi. Sebagian sel yang telah mati dan hancur akan meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang telah mati. Sel-sel dan jaringan yang telah mati lainnya akan membentuk pus/nanah yang akan mengisi rongga tersebut (Sanders, 2021).

Akibat dari penimbunan nanah ini akan mendorong jaringan disekitarnya untuk tumbuh mengelilingi rongga tersebut dan terbentuklah abses. Selain itu, S.mutans akan membentuk sebuah pseudomembran yang terbuat dari jaringan ikat, yang disebut sebagai membran abses yang berperan menjadi dinding pembatas (Fibrosus Capsule) abses. Jika suatu abses pecah di dalam tubuh, maka infeksi dapat menyebar secara sistemik (Anggreni, 2020).

Infeksi abses submandibula dapat menjalar ke ruang leher dalam lainnya dan dapat mengenai struktur neurovaskular seperti arteri karotis, vena jugularis interna dan Nerve X (syaraf vagus). Penjalaran infeksi ke daerah selubung karotis dapat menimbulkan erosi sarung karotis atau menyebabkan trombosis vena jugularis interna. Infeksi yang terjadi dapat meluas ke tulang dan menimbulkan osteomielitis mandibula dan vertebra servikal. Infeksi yang terjadi menyebabkan hambatan pada saluran nafas atas, peradangan pada rongga dada mediastinum (mediastinitis), dehidrasi, dan sepsis (infeksi pada seluruh tubuh) (Pesis et al., 2019).

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk mendeteksi sedini mungkin penyakit ini. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui ukuran dan lokasi abses yaitu pemeriksaan rontgen, USG, CT Scan atau MRI, dan pemeriksaan laboratorium darah yang menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit) di dalam tubuh (Khairunnisa, 2019).

Perawatan pada abses dapat dilakukan dengan drainase untuk mengeluarkan seluruh nanah dan insisi pada abses (Khairunnisa, 2019). Perawatan pada abses tergantung pada letak dan luas abses. Pemberian antibiotika juga diperlukan untuk penanganan abses yang lebih adekuat. Untuk mendapatkan antibiotika yang efektif terhadap pasien diperlukan pemeriksaan kultur bakteri dan uji kepekaan antibiotika terhadap bakteri penyebab abses (Sanders, 2021).

Abses submandibula dapat dicegah dengan melakukan kebersihan mulut dan gigi, mengurangi konsumsi gula, berhenti merokok, dan penanganan segera pada infeksi gigi sehingga tidak menimbulkan komplikasi lebih lanjut, seperti terjadinya abses submandibula akibat infeksi pada gigi (Sipahi, 2015).

Penulis : Kelompok 8-PKK 2-Prodi S-1 Keperawatan
1.Rima Mutiara Dhani (131911133104)
2.Teuku M. Hanif Daffa N. (131911133106)
3.Tristiana Anggiaswati (131911133122)
4.Dara Astuti Trinanda (131911133123)
5.Anggi Rizky Amelia (131911133124)
6.Florentina Lisa Pratama (131911133125)

DAFTAR PUSTAKA

Anggreni setiawan, P. D., & Putra, I. D. A. E. (2020). Karakteristik penderita abses submandibula di Departemen THT-KL RSUP Sanglah Denpasar. Medicina, 51(2), 153–158. https://doi.org/10.15562/medicina.v51i2.762
Asyari, A. (2019) ‘Penatalaksanaan Abses Submandibula dengan Penyulit Uremia dan Infark Miokardium Lama’, Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang, 2(Gambar 1), pp. 1–7.
Hesly, I., Lumintang, N., & Limpeleh, H. (2014). PROFIL ABSES SUBMANDIBULA DI BAGIAN BEDAH RS Prof. Dr. R. D. KANDO MANADO PERIODE JUNI 2009 SAMPAI JULI 2012. E-CliniC, 2(1), 0–1. https://doi.org/10.35790/ecl.2.1.2014.3603
Khairunnisa, R. and Nindya, T. (2019) ‘Manajemen Kedaruratan Dental Pada Abses Submandibula Dextra Et Causa Nekrosis Pulpa Gigi 44’, Medika Kartika Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 3(Volume 3 No 1), pp. 62–70. doi: 10.35990/mk.v3n1.p62-70.
Pesis, M. et al. (2019) ‘Deep neck infections, life threatening infections of dental origin: Presentation and management of selected cases’, Israel Medical Association Journal, 21(12), pp. 806–811.
Priyamvada, S., & Motwani, G. (2019). A Study on Deep Neck Space Infections. Indian Journal of Otolaryngology and Head and Neck Surgery, 71(s1), 912–917. https://doi.org/10.1007/s12070-019-01583-4
Sanders JL, Houck RC. Dental Abscess. [Updated 2021 Jul 17]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493149/
Sipahi Calis, A., Ozveri Koyuncu, B., Ozturk, K., Mert, A., & Bilgen, C. (2015). General approach to the treatment of odontogenic abscesses and cost analysis. Journal of Istanbul University Faculty of Dentistry, 49(2), 17–22. https://doi.org/10.17096/jiufd.90557
Utari, I. G. A. O. S. (2019). Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Rumah Sakit Umum Daerah Bangli - Bali. Jurnal Kedokteran, 05(01), 187–197.

Pin It
Hits 40483