INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Kasus Stunting Di Indonesia Dan Faktor Penyebabnya

  • By Salwa Az Zahra
  • In Lihat
  • Posted 09 June 2022

Akhir-akhir ini sering kita dengar masalah soal stunting yang sering seliweran di media sosial. Lantas apa sih stunting itu?

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Menurut Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes selaku Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, stunting adalah masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan keadaan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya.

Beliau juga menjelaskan bahwa masalah stunting ini akan mempengaruhi daya tahan tubuh anak. Anak yang menderita stunting akan lebih rentan terhadap penyakit dan ketika dewasa berisiko untuk mengidap penyakit degeneratif. Selain pada kesehatan anak, stunting juga mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Balita stunting di masa yang akan datang juga akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.

Dilihat dari data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara atau South-East Asia Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%.

Hal ini menjadikan kasus balita stunting menjadi masalah utama yang dihadapi Indonesia. Stunting memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya, seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017. Provinsi dengan prevalensi tertinggi balita sangat pendek dan pendek pada usia 0-59 bulan tahun 2017 adalah Nusa Tenggara Timur, sedangkan provinsi dengan prevalensi terendah adalah Bali.

Banyak faktor yang mengakibatkan anak dapat mengalami stunting, berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi stunting pada anak, yaitu :

Faktor Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Kondisi ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan dalam memenuhi asupan yang bergizi dan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita. Sedangkan sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi.

Berdasarkan data Joint Child Malnutrition Estimates tahun 2018, negara dengan pendapatan menengah ke atas mampu menurunkan angka stunting hingga 64%, sedangkan pada negara menengah ke bawah hanya menurunkan sekitar 24% dari tahun 2000 hingga 2017. Pada negara dengan pendapatan rendah justru mengalami peningkatan pada tahun 2017.

Faktor Ibu

Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum, saat kehamilan dan setelah persalinan mempengaruhi pertumbuhan janin yang berisiko terjadinya stunting. Faktor lainnya yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan yang terlalu dekat, ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan menyebutkan bahwa masa sebelum kehamilan, masa kehamilan, persalinan, dan masa sesudah melahirkan serta keadaan ibu hamil yang terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan, dan terlalu dekat jarak kelahiran, usia kehamilan ibu yang terlalu muda (di bawah 20 tahun) beresiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Bayi BBLR mempengaruhi sekitar 20% dari terjadinya stunting.

Faktor Situasi Bayi dan Balita

Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir tentunya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD), gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Sedangkan dari sisi pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) hal yang perlu diperhatikan adalah kuantitas, kualitas, dan keamanan pangan yang diberikan.

Pada tahun 2017, secara nasional persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD sebesar 73,06%, artinya mayoritas bayi baru lahir di Indonesia sudah mendapat inisiasi menyusu dini. Provinsi dengan persentase tertinggi bayi baru lahir mendapat IMD adalah Aceh (97,31%) dan provinsi dengan persentase terendah adalah Papua (15%). Ada 12 provinsi yang masih di bawah angka nasional sedangkan Provinsi Papua Barat belum mengumpulkan data.

Dari pembahasan di atas kita menjadi tahu seberapa besar dampak yang ditimbulkan oleh stunting dan faktor-faktor pemicunya. Semoga dengan adanya pembahasan tentang apa itu stunting dan apa faktor-faktor penyebabnya, dapat menjawab pertanyaan yang selama ini ada di benak para pembaca tentang stunting.

Daftar Pustaka:

Didik Budijanto. 2018. Situasi Balita Pendek (STUNTING) di Indonesia. Oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta : Pusat Data dan Informasi.

Penulis : Soviya Oktaviana (Airlangga Nursing Journalist)
Editor : Inaya Nur Khofifah (Airlangga Nursing Journalist)

 

 

 

Pin It
Hits 5546